Demikian
kisah perjalanan Touring Indonesia Harmoni di Pulau Sumatera. Harus diakui
bahwa rute ini memang tidak memiliki kendala yang cukup berarti. Namun perlu
ditambahkan, kami juga pernah menaiki bus untuk bus, dari pulang Jawa ke
kampung halaman, Krueng Mane. Dan, naik bus lagi dari Padang menuju ke
Surabaya. Begini kisahnya.
Ketika
Touring Indonesia Harmoni, dua hal yang selalu membuat saya berpikir ke Aceh,
yaitu anak-anak dan berita sakit parah abang kandung saya, Syamsul Akmal. Dua
hal ini yang selalu menyebabkan ketika saya gas Nyak Ver, selalu mereka hadir
di dua kaca spion saya. Anak-anak memang kami titipkan pada keluarga besar di
Banda Aceh. Akan tetapi, mereka selalu bertanya, kapan kami akan pulang, karena
mereka sangat rindu sekali dengan kehadiran kedua orang tua mereka. Rupanya Video Call tidak mampu menyembuhkan
kadar kerinduan saya pada anak-anak. Akan tetapi, saya mengatakan kepada mereka
bahwa abah mereka dalam rute pulang, setelah mencapai Merauke pada tanggal 10
Oktober 2021.
Namun
demikian, berita sakit parah Abang Syamsul benar-benar membuat saya terus
berpikir untuk pulang menjenguknya di kampung halaman. Ketika saya masih dalam
perjalanan ke Merauke, dia sudah keluar masuk rumah sakit. Dua kali dia sempat
menelpon saya untuk mengabarkan bahwa dia sudah tahu akan ajalnya dijemput oleh
Malaikat Izrail. Lalu saya berusaha keras, agar dia mendapatkan pelayanan
kesehatan yang maksimal bagi Abang Syamsul. Saya mencoba mengubungi beberapa
sahabat di Lhokseumawe untuk memastikan pelayan kesehatan bagi Abang Syamsul.
Begitu
sampai di Surabaya, pada tanggal 18 Oktober 2021, saya mendapatkan kabar bahwa
dia sudah dibawa ke Rumah Sakit Zainal Abidin di Banda Aceh. Kami pun
berdiskusi untuk segera pulang. Karena istri saya trauma naik pesawat, maka
diputuskan kami akan naik bis ke Aceh. Begitulah keputusan yang super cepat
saat itu. Saya kemudian memberitahukan perihal kepulangan kami ke Banda Aceh.
Saat sampai di Surabaya, Nyak Ver memang masih di Merauke. Dia berangkat
melalui kapal cargo Tanto Selalu. Jadi, kalau kami memutuskan pulang ke Aceh,
tentu tidak akan berefek pada jadwal touring kami yang hendak pulang ke Aceh.
Tanggal
20 Oktober 2021, kami berangkat dari Surabaya dengan bus Sinar Jaya. Kami
memutuskan untuk turun di Terminal Pulo Gebang, demi menyambungkan perjalanan
kami dengan Bus Pelangi ke Aceh. Kami membeli tiket dengan aplikasi pemesanan
tiket online. Naik bus bukanlah hal baru bagi saya, sebab ketika kuliah di
Yogyakarta, rute Aceh-Yogyakarta sudah pernah saya rasakan. Dengan begitu,
sudah dapat dibayangkan apa saja yang akan dialami selama perjalanan jarak jauh
dengan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).
Sore
hari kami berangkat dengan Bus Sinar Jaya yang memiliki spesifikasi double decker. Istri saya sangat bahagia
naik bus, karena kalau naik pesawat, dia akan lemas. Semua fasilitas bus untuk
penumpang hendak dicobanya. Walaupun sudah dapat dipastikan fasilitas bus,
seperti Wi Fi tidak akan pernah hidup di dalam bus AKAP, walaupun tertera di
dinding bus mereka. Malam itu, Sinar Jaya menyusuri jalan tol Trans Jawa.
Namun, kami memanfaatkan waktu di dalam bus untuk beristirahat. Hanya saja,
masalah pertama mulai muncul, yaitu AC bus tidak membuat dingin ruang bus.
Sehingga naik bus AC, terasa naik bus ekonomi yang memakai kipas angin.
Beruntung malam hari, suhu di dalam bus tidak begitu panas. Tepat menjelang
shubuh, Sinar Jaya pun sampai di Terminal Pulo Gebang.