Bundoora, 27 Feb. 09
Saya ingin mengamati apa yang akan terjadi mengenai pemilu di Indonesia:
Pertama, satu hal yang akan terjadi adalah perkosaan terhadap isi pikiran rakyat, dimana pada saat yang, manusia ajak untuk mengingat seseorang hingga tanggal 9 April. Kemudian, setelah itu, mereka yang sudah dipilih, akan melupakan mereka yang menjadi pemilihnya. Akibat dari sini, adalah sumpah dan serapah akan muncul, dalam empat tahun kedepan, dan setelah itu, kembali lagi roda penipuan ini berjalan.
Kedua, akan ramai dibuat manajemen fitnah dan perkelahian kesempatan untuk ingin dikenang sebagai orang yang paling berjasa terhadap rakyat. Disini, mereka yang akan dipilih dan yang akan memilih, akan mengalami kebuntuan berpikir secara sehat, sebab semakin banyak uang yang dihabiskan, semakin banyak pula kemufikan yang akan dijalankan.
Ketiga, para Capres akan saling gotong royong membodohi rakyat, walaupun sekarang banyak yang sudah begitu percaya diri, bahwa merekalah yang paling disukai oleh rakyat. Namun, hingga detik ini, semua Capres masih bingun untuk meyakinkan diri mereka sendiri, apakah mereka layak dan pantas dipilih oleh rakyat Indonesia, sebagai pemimpin bangsa. Yang muncul pasti adalah kerjaan demi kerjaan yang menuntut pengakuan dalam serba cepat dari semua pihak, bahwa saya yang paling pantas dipilih oleh rakyat. Lobi akan dijalankan pada bulan Juni, sedangkan pada bulan Juli akan muncul puluhan hingga ribuan rapat di seluruh Indonesia untuk konsolidasi pemenangan seorang capre.
Keempat, dalam hal ini, yang paling susah adalah Megawati, karena dia sudah terlalu percaya diri, dan tidak membuka ruang kaderisadi di dalam partainya. Dalam hal ini, Megawati tidak akan bisa tampil sebagai pemenang, jika dia tidak berani melepaskan namanya dari Bapak-nya. Inilah satu kebohongan publik di Indonesia, yang hingga sekarang sangat susah dimengerti dengan akal sehat, ketika darah dan politik tidak bisa dipisahkan.
Adapun dengan SBY, dia akan memenangi pemilu kali ini, namun jika dia sadar bahwa kepercayaan rakyat terhadapnya, bukan karena partai atau siapapun yang menjadi calon Presiden. Sedangkan di kubu Golkar, yang muncul adalah saling lobi dan saling meningkatkan kepercayaan diri diantara para individu, lalu mereka dijual ke rakyat, sebagai capres.
Jusuf Kalla, sepertinya tidak akan bisa berpisah dengan figur SBY, walaupun PD dan Golkar tidak akan bisa saling bekerja sama dalam waktu yang paling lama. Jadi, pemilihan Presiden tahun 2009 ini akan menjadi tonggak sejarah kebuntuan politik percaya diri di Indonesia.
Dari empat hal di atas, maka yang paling mungkin bagi kita orang awam adalah melihat bagaimana ‘mesin politik’ dan ‘mesin uang’ berjalan di Indonesia sejak beberapa bulan yang lalu dan yang akan datang. Peran militer akan sangat aktif, walaupun mereka netral di permukaan. Gerak mereka sangat terpantau dari perut bumi, bahwa mereka sudah sekian lama bekerja untuk memenangi beberapa kelompok tertentu.
Kita jangan abai, bahwa semua CALON PRESIDEN di Indonesia adalah para purnawirawan yang memiliki ‘amunisi’ yang tidak sedikit. Karena itu, pada beberapa bulan yang akan datang, ‘operasi militer’ untuk pemenangan salah satu CAPRES akan terus berjalan, apakah itu membantu atau kemudian berkhianat.
Saya ingin menggaris bawahi bahwa kekuatan politik real di Indonesia masih ada di tangan TNI. Hanya saja, ini tidak akan bisa dihadang, mengingat konstelasi politik Indonesia masing sangat memerlukan TNI sebagai basis territorial NKRI. Jadi, wajar jika kemudian para purnawirasan bermimpin jadi Presiden di Indonesia.
Disamping itu, proses penipuan dan manajemen fitnah akan terus dimulai, khususnya untuk menghadap partai-partai yang popular di kalangan rakyat. Saat, politik Indonesia memang sedang menuju pada proses pergantian generasi pemain politik, kecuali di PDI-P.
Adapun SHB dia akan terus dibuat seperti kasus Cak Nur, yaitu dinaikkan dan lalu ditenggelamkan secara berjamaah.
Agaknya, raja Yogya ini benar-benar akan mengalami sebuah proses pergantian kharisma dan wibawa dari kerajaan Mataram. Kayaknya dia adalah capres yang paling sibuk sekarang untuk berdiri sama tegak dan duduk sama rata di dalam kancah politik Indonesia. Raja kok mau jadi Presiden? Aneh!