![281351848_5051497621600982_1839999133567284081_n.jpg](https://www.kba13.com/wp-content/uploads/2022/05/281351848_5051497621600982_1839999133567284081_n.jpg)
Pada tanggal 15 Mei 2022, alumni Program Khusus Madrasah Aliyah (MAPK) dan Madrasah Aliyah Agama (MAK) Banda Aceh mengadakan reuni di sebuah kedai kopi di kota Banda Aceh. Acara ini merupakan hasil dari inisiasi beberapa alumni untuk tetap bersilaturahim antar generasi.
MAPK dan MAK merupakan program Kementerian Agama Republik Indonesia dari tahun 1990 hingga awal 2000-an. Kelas unik ini berisikan anak-anak terbaik yang telah diuji dan dipersiapkan secara khusus sejak Munawir Sdjazali menjadi Menteri Agama Republik Indonesia.
Adapun jumlah yang diterima, hanya 40 orang yang diberikan beasiswa penuh oleh pemerintah. Oleh karena itu, memasuki kelas khusus ini tidaklah mudah. Selama 3 tahun, setiap angkatan belajar di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banda Aceh. Semua mahasiswa diberikan fasilitas penginapan gratis di asrama. Namun, mereka memiliki program tambahan: belajar Kajian Islam dari sore hingga malam hari.
Kini program unggulan Kementerian Agama sudah tidak ada lagi di Aceh. Namun, alumni yang dihasilkan tampaknya telah memberikan pengaruh yang signifikan di provinsi Aceh dan Sumatera Utara.
Dalam temu alumni, setiap angkatan alumni memberikan sambutan dan kemajuan mereka selama berada di masyarakat. Alumni memainkan perannya di liga sebagai pemimpin di kampus, dosen, birokrat, hakim, bisnis, tokoh politik, pemimpin pendidikan, pemimpin agama, pengusaha, dan berbagai kegiatan masyarakat lainnya.
Pengaruh alumni MAPK sudah mulai terasa di masyarakat. Oleh karena itu, pertemuan tersebut ingin menyatukan kekuatan para alumni untuk lebih baik lagi dalam melayani masyarakat di Aceh. Dengan kekuatan persaudaraan ini, jaringan alumni yang selama ini belum terkoordinir dengan baik akan semakin kokoh dan saling menjaga.
Keberhasilan MAPK tidak lagi dilanjutkan karena Kementerian Agama Republik Indonesia tidak lagi memiliki program seperti ini. Saat ini, sekolah dengan sistem asrama dijalankan terutama oleh pihak swasta, yang menekankan pada penghafalan Al-Qur’an. Sementara Kementerian Agama sudah memiliki program Ma’had Aly di beberapa pondok pesantren untuk jenjang sarjana, dengan program studi khusus studi Islam.
Beberapa alumni MAPK dan MAK secara nasional juga sudah mulai memberikan dampak yang luar biasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka memiliki visi moderat dalam mempelajari studi Islam di Indonesia. Meski belum ada penelitian tentang kontribusi alumni MAPK dan MAK secara nasional, beberapa kampus Islam negeri di Kementerian Agama telah dipimpin oleh alumni MAPK, tak terkecuali Aceh.
Semangat belajar Islam di MAPK/MAK sangat terbuka. Memiliki visi mempersiapkan kadernya untuk melanjutkan studi Islam atau studi umum di Indonesia dan Timur dan Barat. Salah satu harapan alumni MAPK/MAK di Aceh adalah pemerintah membuka kembali program ini bagi generasi baru Islam di Indonesia.
Varian pemikiran yang dimiliki alumni MAPK/MAK saat ini bukan tanpa dasar ilmu yang telah dipelajari selama di madrasah. Ilmu-ilmu dasar yang dipelajari adalah bekal mereka untuk memahami berbagai pemikiran Islam yang muncul dalam lintasan sejarah Peradaban Islam.
Akhir kata, saya ingin menyampaikan beberapa saran mengenai arah dan tujuan alumni MAPK/MAK di Aceh untuk memperkuat barisan guna menjaga persaudaraan antar alumni. Dengan modal dan model kiprah alumni MAPK/MAK sekarang, mereka akan lebih mewarnai pembangunan masyarakat Aceh dengan kekuatan alumni MAPK/MAK.
Selain itu, pemerintah Aceh harus menyadari betul bahwa generasi Aceh yang dididik khusus beberapa dekade lalu telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang legislatif, yudikatif, dan eksekutif di Aceh.
Pemerintah Pusat di Jakarta juga harus memikirkan kembali membuka program kaderisasi bagi generasi Islam, yang dipersiapkan dengan baik dan kemudian dapat bertindak secara nasional dengan berbagai kapasitasnya.