Pyin Oo Lwin, Myanmar – 5–7 Agustus 2025. Di sebuah kota pegunungan yang tenang, Pyin Oo Lwin, derap langkah puluhan relawan dan staf Palang Merah Myanmar (MRCS) berpadu dengan semangat belajar. Hotel Shwe Nan Htaik yang biasanya menjadi tempat singgah wisatawan, selama tiga hari penuh berubah menjadi ruang akademi darurat yang membahas satu persoalan paling mendasar bagi kehidupan manusia: air. Di sinilah pelatihan Nature of Groundwater and Drilling Tube Well berlangsung, sebuah momentum yang diselenggarakan oleh MRCS bersama International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC).
Laporan tentang pelatihan ini ditulis langsung oleh Aye Than (Council AMAN di Myanmar), salah satu fasilitator yang bersama rekannya, Ko Ko Lay, berperan menghidupkan diskusi teknis seputar air tanah dan pengeboran sumur tabung. Laporan tersebut bukan sekadar daftar kegiatan, melainkan catatan reflektif tentang bagaimana pengetahuan sederhana bisa menjadi penyelamat ketika krisis air melanda masyarakat.
Air bersih adalah sumber kehidupan. Pelatihan di Pyin Oo Lwin menjadi bukti bahwa pengetahuan teknis dapat memperkuat ketahanan masyarakat. Mari simak laporan lengkap dari Aye Than.
Sebuah Tujuan yang Lebih Besar dari Sekadar Pelatihan
Menurut laporan Aye Than, pelatihan ini tidak hanya sekadar mengajarkan teori tentang formasi geologi, siklus hidrologi, atau perhitungan teknis sumur. Di balik itu semua, terdapat misi yang jauh lebih besar: memperkuat ketahanan masyarakat dalam mengelola sumber air bersih.
Tujuan utama yang digarisbawahi adalah bagaimana staf MRCS, IFRC, dan Relawan Palang Merah (RCVs) dapat memahami proses pengeboran dalam dua konteks sekaligus: darurat dan pembangunan jangka panjang. Dalam situasi bencana, pengetahuan teknis ini bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati bagi ribuan orang yang membutuhkan air bersih. Sedangkan dalam pembangunan jangka panjang, keterampilan ini akan menjadi fondasi untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada sistem air yang rapuh.
Dari Geologi hingga Perubahan Iklim
Selama pelatihan, para fasilitator menghadirkan berlapis-lapis materi. Aye Than, dengan pengalamannya di bidang hidrogeologi, membuka sesi dengan topik geological formation dan hydrological cycle. Ia menjelaskan bagaimana air bergerak di bawah tanah, bagaimana lapisan akuifer terbentuk, serta apa dampaknya bila eksploitasi berlebihan dilakukan tanpa kendali.
Sementara itu, Ko Ko Lay membawa para peserta masuk ke dunia teknis pengeboran: mulai dari metode pengeboran, instalasi pipa, hingga proses back washing dan gravel packing. Diskusi bahkan merambah ke isu-isu global seperti perubahan iklim yang mengancam ketersediaan air tanah, serta teknologi pemurnian air modern seperti reverse osmosis yang kini semakin banyak digunakan.
Peserta dari Berbagai Penjuru Myanmar
Sebanyak 40 peserta datang dari berbagai wilayah: Mandalay, Yangon, Nay Pyi Taw, Bago, Sagaing, hingga Shan State bagian selatan. Komposisi gender yang seimbang, 20 laki-laki dan 20 perempuan, menunjukkan keseriusan MRCS dalam menerapkan prinsip kesetaraan dalam pengembangan kapasitas.
Kehadiran mereka bukan hanya sebagai peserta pasif. Laporan Aye Than menekankan bahwa mereka datang dengan ekspektasi tinggi: ingin memahami cara mendesain sumur, memperoleh keterampilan praktis, hingga mampu berbagi pengetahuan kepada komunitas mereka masing-masing. Ada semangat untuk membawa pulang ilmu, lalu menanamkannya kembali di tanah mereka sendiri.
Belajar Sambil Berdebat, Memahami Lewat Diskusi
Metodologi pelatihan ini tidak berhenti pada ceramah satu arah. Setiap sesi diwarnai dengan diskusi kelompok, tanya-jawab yang memicu perdebatan, hingga praktik langsung melakukan perhitungan teknis. Para peserta diajak untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mengkritisinya, menyesuaikan dengan konteks daerah mereka, dan kemudian mencari solusi bersama.
Aye Than mencatat bahwa meskipun sebagian besar peserta bukan berasal dari latar belakang teknis, antusiasme mereka untuk belajar mampu mengatasi keterbatasan itu. Istilah-istilah asing dalam dunia pengeboran mungkin terdengar rumit, tetapi melalui interaksi antarpeserta, jembatan pemahaman bisa terbangun.
Hasil yang Lebih dari Sekadar Pengetahuan Teknis
Pelatihan ini melahirkan dua jenis hasil: output dan outcome. Dari sisi output, para peserta memperoleh pengetahuan teknis, dokumen pendukung, serta jejaring baru antarwilayah. Sementara dari sisi outcome, hasil yang lebih mendalam tercapai: muncul keyakinan bahwa mereka kini mampu mendukung proses pengeboran sumur, memahami standar konstruksi yang benar, hingga memiliki kesadaran baru tentang ancaman perubahan iklim terhadap sumber air tanah.
Yang lebih penting, pelatihan ini menumbuhkan rasa kebersamaan. Relawan dari berbagai wilayah Myanmar kini merasa lebih terhubung, lebih percaya diri, dan lebih siap untuk bekerja sama dalam menghadapi tantangan di lapangan.
Tantangan yang Menjadi Pelajaran
Tidak ada proses belajar tanpa kendala. Tantangan utama yang dicatat Aye Than adalah latar belakang peserta yang sebagian besar non-teknis. Hal ini menyebabkan beberapa konsep sulit dipahami dengan cepat. Namun, kendala ini justru memperlihatkan bahwa transfer pengetahuan bukan hanya soal kemampuan teknis, melainkan juga tentang kemampuan menjelaskan dengan bahasa yang dapat dipahami semua orang.
Penutup: Air, Pengetahuan, dan Solidaritas
Di akhir laporannya, Aye Than menekankan bahwa pelatihan ini berhasil bukan hanya karena pengetahuan teknis yang tersampaikan, tetapi juga karena terbangunnya solidaritas di antara para peserta. Dari berbagai kota, dengan latar belakang yang berbeda, mereka kini memiliki satu visi yang sama: memperkuat akses masyarakat Myanmar terhadap air bersih.
Pelatihan ini menjadi bukti bahwa pengetahuan teknis bisa menjadi jembatan menuju ketahanan masyarakat. Lebih dari itu, ia adalah pengingat bahwa air—sebagai sumber kehidupan—tidak bisa dikelola hanya dengan teknologi, tetapi juga dengan semangat kebersamaan.
Masa depan ketahanan air membutuhkan lebih dari sekadar teknologi. Dibutuhkan solidaritas, kerja sama, dan pengetahuan yang tepat. Ikuti terus laporan-laporan strategis lainnya hanya di www.kba13.com, pusat analisis keamanan, sosial, dan geopolitik yang mendalam.
Catatan Redaksi KBA13:
Tulisan ini disarikan dari laporan resmi Aye Than dari Myanmar, yang menjadi saksi sekaligus penggerak dalam proses pelatihan. Melalui gaya laporannya yang lugas, kita dapat merasakan denyut nadi sebuah pelatihan yang sederhana tetapi bermakna besar bagi ketahanan air di Myanmar.