Pendahuluan
Gelombang radio, sejak kemunculannya pada awal abad ke-20, telah merevolusi cara masyarakat berkomunikasi, menyebarkan informasi, dan berinteraksi secara budaya. Di wilayah seperti Jazirah Arab, di mana jarak yang luas dan infrastruktur yang terbatas menjadi tantangan, radio memegang potensi yang jauh lebih besar untuk konektivitas dan modernisasi. Di Arab Saudi, evolusi media memiliki karakteristik yang unik, dibentuk oleh struktur sosial-budaya yang khas, konservatisme agama, dan laju modernisasi yang pesat. Tidak seperti banyak negara Barat di mana media swasta sering mendahului penyiaran negara, Arab Saudi melihat keterlibatan negara yang awal bersamaan dengan inisiatif swasta yang baru lahir. Perkembangan media secara intrinsik terkait dengan persatuan nasional, bimbingan agama, dan kesadaran publik.
Sejarah radio Saudi ditandai oleh perkembangan paralel: pembentukan penyiaran yang dikendalikan negara secara metodis dan kemunculan spontan usaha swasta, seringkali dipimpin oleh individu. Narasi ganda ini menyoroti ketegangan dan integrasi akhir antara inovasi akar rumput dan kontrol terpusat. Laporan ini akan menyelami sejarah yang saling terkait ini, dengan fokus khusus pada semangat kepeloporan Abdullah bin Sulaiman Al-Owaid dan “Radio Tami” miliknya, memeriksa bagaimana usaha swasta ini memengaruhi dan akhirnya diserap oleh strategi media negara yang lebih luas. Tujuan utama laporan ini adalah untuk menguraikan bagaimana radio, baik formal maupun informal, menavigasi norma-norma masyarakat, tantangan teknologi, dan kebijakan negara yang berkembang untuk menjadi landasan kehidupan publik Saudi, yang pada akhirnya mencerminkan visi strategis negara untuk pembangunan nasional dan pelestarian budaya.
Gelombang Udara Resmi: Penyiaran yang Dipimpin Negara di Arab Saudi
Pengembangan penyiaran radio di Arab Saudi merupakan cerminan dari strategi pemerintah yang disengaja untuk memanfaatkan media sebagai alat yang kuat untuk integrasi nasional, pendidikan publik, dan proyeksi citra Kerajaan, baik di dalam negeri maupun internasional. Perjalanan ini dimulai dengan fondasi awal yang diletakkan melalui dekrit kerajaan dan berkembang menjadi jaringan yang komprehensif dan terdiversifikasi.
Fondasi Awal (1940-an-1950-an): Dekrit Kerajaan dan Pendirian Radio Jeddah
Penyiaran radio publik di Kerajaan Arab Saudi secara resmi dimulai pada tahun 1948.1 Stasiun radio Saudi pertama mulai mengudara dari Kota Jeddah pada tahun 1949, menyusul Dekrit Kerajaan yang menetapkan kerangka kerja umum untuk peluncurannya.3 Ide untuk mendirikan radio Saudi ini berasal dari Raja Saud Bin Abdulaziz ketika beliau masih menjadi Putra Mahkota.3 Dekrit ini, yang dikeluarkan pada 19 Juli 1949 (23 Ramadhan 1368 H), menekankan prinsip-prinsip kejujuran, amanah, objektivitas, dan fokus pada masalah keagamaan, termasuk Al-Qur’an dan khotbah-khotbah agama.6 Ini menunjukkan niat dasar untuk menggunakan media sebagai panduan moral dan untuk membangun legitimasi negara.
Pada awalnya, siaran radio terbatas pada wilayah Hijaz.4 Namun, pada tahun 1955, siaran radio berkembang dengan penambahan baru terkait pengaturan teknis, pengembangan program, ide, dan jadwal siaran.3 Periode ini juga menyaksikan pembentukan Direktorat Jenderal Radio, Pers, dan Penerbitan sebagai badan pemerintah pertama yang mengawasi media, yang kemudian berganti nama menjadi Kementerian Informasi pada tahun 1962.4 Perubahan nama dari “Direktorat Jenderal” menjadi “Kementerian Informasi” menandakan peningkatan kepentingan strategis media dalam hierarki pemerintahan. Ini bukan sekadar pertumbuhan organik; ini adalah peluncuran yang direncanakan. Pemerintah melihat potensi radio tidak hanya untuk hiburan tetapi juga untuk tata kelola, pendidikan, dan pembentukan identitas nasional.
Ekspansi dan Diversifikasi (1960-an-1970-an): Peluncuran Radio Riyadh dan Saluran Khusus
Penyiaran radio juga dimulai dari Kota Riyadh pada tahun 1965.2 Ini menandai langkah signifikan dalam memperluas jangkauan media resmi di luar Jeddah. Pada tahun 1979, stasiun-stasiun tersebut disatukan ke dalam Layanan Umum, yang dikenal sebagai SBC, dan sekarang menjadi bagian dari Otoritas Penyiaran Saudi (SBA).1
Ekspansi ini mencakup sejumlah saluran radio lainnya, menunjukkan strategi komunikasi yang multi-faceted untuk menjangkau segmen masyarakat yang berbeda dan audiens global. Saluran-saluran ini meliputi:
- Layanan Program Kedua: Menyiarkan program-program folkloric, drama, rekreasi, sastra, dan ilmiah.1
- Layanan Penyiaran Seruan Islam (إذاعة نداء الإسلام): Dimulai pada 1381 H (1961 M).1 Tujuannya adalah untuk memperkenalkan Islam, memberikan kesadaran agama, dan terlibat dalam advokasi Islam moderat berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, menjangkau umat Islam di seluruh dunia.6
- Saluran Penyiaran Al-Qur’an (إذاعة القرآن الكريم): Konsepsi dan evolusinya dari Riyadh dimulai pada tahun 1972.2 Tujuannya adalah untuk menyiarkan pembacaan Al-Qur’an, mengajarkan pembacaan yang benar dan Tajweed, serta menyiarkan kompetisi hafalan Al-Qur’an.1 Saluran ini mengudara 24 jam sehari di berbagai gelombang dan satelit secara global.3
- Layanan Asing Multi-bahasa: 1
- Radio Militer (إذاعة الجيش السعودي): 2
Diversifikasi ini menunjukkan bahwa negara memahami kekuatan radio sebagai kekuatan pemersatu dan sarana untuk melawan potensi pengaruh yang tidak stabil.
Jangkauan Internasional
Pada tahun 1971, Arab Saudi meluncurkan “Radio Internasional Saudi” (إذاعة السعودية الدولية), yang bertujuan untuk menyiarkan suara Kerajaan ke dunia Arab dan seluruh dunia.3 Stasiun ini mengudara dalam berbagai bahasa, termasuk Arab, Inggris, Prancis, dan Urdu, untuk meningkatkan komunikasi internasional.5
Evolusi Teknologi dan Infrastruktur
Di dalam Kerajaan, terdapat 23 stasiun radio AM dan 160 stasiun TV, 100 di antaranya juga menyiarkan radio FM.1 Penyiaran terestrial digital dimulai pada Juni 2006 dengan empat saluran TV, empat program radio, dan layanan interaktif, menjangkau sebagian besar wilayah negara. Pada Juni 2011, 95% populasi diharapkan telah menerima transmisi digital dari 110 lokasi pemancar.1 Otoritas Penyiaran Saudi (SBA) dibentuk pada tahun 2018 dari Saudi Broadcasting Corporation, sebagai bagian dari rezim regulasi yang terkonvergensi.2 Pada tahun 2022, SBA meluncurkan stasiun radio berita pertama, cabang dari Saluran al-Ekhbariya.3
Perkembangan dari satu stasiun menjadi jaringan yang komprehensif, terdiversifikasi, dan disiarkan secara internasional, ditambah dengan pembentukan badan-badan pemerintah yang berdedikasi (Direktorat Jenderal Radio, Pers, dan Penerbitan, Kementerian Informasi, SBA), menggambarkan lintasan yang jelas menuju monopoli dan sentralisasi media oleh negara. Ini mencerminkan pola umum di negara-negara berkembang selama modernisasi, di mana media sering dipandang sebagai infrastruktur penting untuk pembangunan bangsa dan menjaga kohesi sosial, daripada semata-mata sebagai perusahaan komersial atau swasta. Fakta bahwa sebagian besar surat kabar “dimiliki secara pribadi tetapi didukung dan diorganisir oleh pemerintah” 10 lebih lanjut menyoroti model media swasta yang diatur, atau bahkan “media negara yang diswastakan.” Ini menunjukkan bahwa bahkan ketika entitas swasta ada, mereka beroperasi dalam kerangka kerja yang ditentukan dan dikendalikan oleh negara, yang bertujuan untuk selaras dengan tujuan nasional dan menghindari konten yang mengkritik pemerintah atau keyakinan Islam.10 Ini adalah karakteristik klasik dari model pembangunan yang berpusat pada negara di mana media adalah alat untuk pembangunan nasional dan keselarasan ideologis.
Tabel berikut menyajikan ringkasan kronologis perkembangan penyiaran radio resmi di Arab Saudi:
Tabel 1: Tonggak Penting dalam Penyiaran Radio Resmi Saudi (1949-Sekarang)
Tahun (Masehi/Hijriah) | Peristiwa/Tonggak Penting | Detail/Signifikansi Utama | ID Cuplikan Relevan |
1948 | Dimulainya penyiaran radio publik | Awal penyiaran radio publik di Kerajaan. | 1 |
1949 (1368 H) | Stasiun radio Saudi pertama di Jeddah | Mengikuti Dekrit Kerajaan; ide dari Raja Saud Bin Abdulaziz. Fokus pada kejujuran, objektivitas, dan agama. | 3 |
1955 | Evolusi siaran radio; Pembentukan Direktorat Jenderal Radio, Pers, dan Penerbitan | Penambahan teknis dan program; badan pemerintah pertama yang mengawasi media. | 3 |
1961 (1381 H) | Dimulainya Layanan Penyiaran Seruan Islam | Menyiarkan kesadaran dan advokasi Islam moderat. | 1 |
1962 | Direktorat Jenderal diubah menjadi Kementerian Informasi | Peningkatan kepentingan strategis media dalam pemerintahan. | 4 |
1965 | Dimulainya penyiaran Radio Riyadh | Perluasan jangkauan media resmi di luar Jeddah. | 2 |
1971 | Peluncuran Radio Internasional Saudi | Bertujuan menyiarkan suara Kerajaan ke dunia Arab dan global dalam berbagai bahasa. | 3 |
1972 | Konsepsi dan evolusi Radio Al-Qur’an | Menyiarkan pembacaan Al-Qur’an, Tajweed, dan kompetisi hafalan 24 jam sehari. | 2 |
1979 | Penyatuan stasiun ke Layanan Umum (SBC) | Konsolidasi stasiun radio publik di bawah satu entitas. | 1 |
2006 | Dimulainya penyiaran terestrial digital | Empat saluran TV, empat program radio, layanan interaktif. | 1 |
2011 | 95% populasi menerima transmisi digital | Jangkauan digital yang luas dari 110 lokasi pemancar. | 1 |
2018 | Pembentukan Otoritas Penyiaran Saudi (SBA) | Transformasi dari Saudi Broadcasting Corporation sebagai bagian dari rezim regulasi terkonvergensi. | 2 |
2022 | Peluncuran stasiun radio berita pertama oleh SBA | Cabang radio dari Saluran al-Ekhbariya. | 3 |
Tabel ini secara visual memperkuat sifat sistematis dan ekspansif dari penyiaran yang dikendalikan negara, menyiapkan panggung untuk memahami bagaimana inisiatif swasta seperti Radio Tami beroperasi di dalam, dan akhirnya ditelan oleh, kerangka kerja yang lebih besar ini.
Suara Tidak Resmi: Fenomena Radio Tami
Di tengah perkembangan penyiaran resmi yang terstruktur, muncul sebuah fenomena yang menunjukkan semangat inovasi dan kewirausahaan individu: Radio Tami. Kisah Radio Tami adalah narasi yang menyoroti bagaimana upaya akar rumput dapat membentuk lanskap media, mengisi kekosongan komunikasi, dan pada akhirnya, memengaruhi kebijakan negara.
Abdullah bin Sulaiman Al-Owaid: Visioner dan Penemu
Abdullah bin Sulaiman Al-Owaid, yang lebih dikenal dengan julukannya “Tami,” adalah sosok sentral dalam sejarah media Saudi. Lahir di Buraidah, wilayah Qassim, pada tahun 1341 H (sekitar 1922-1923 M) 15, ia menghafal Al-Qur’an pada usia muda dan sempat bekerja sebagai guru.15 Perjalanan awalnya membentuk dasar keahlian teknisnya yang unik. Di masa mudanya, ia melakukan perjalanan ke Yordania dan Levant, di mana ia berkontribusi pada perlawanan tentara Arab terhadap Prancis. Selama periode ini, ia belajar operasi nirkabel, elektronik, dan bahkan penanganan bahan peledak.15 Pengetahuan teknis yang diperolehnya secara otodidak ini sangat mendasar bagi inovasi-inovasi berikutnya.
Setelah kembali ke Arab Saudi, Tami awalnya menghadapi perlawanan sosial ketika mencoba membuka bengkel perbaikan radio.15 Pandangan masyarakat yang berlaku pada saat itu terhadap radio sebagai perangkat yang “aneh” menghambat upaya awalnya. Namun, ia tidak gentar. Ia kemudian menciptakan dan mempersembahkan “kursi bergerak” yang dilengkapi dengan suara, telepon, radio, dan kemampuan merekam kepada Raja Abdulaziz. Inovasi ini membuat Raja terkesan, yang kemudian memberinya hadiah 2.000 riyal Prancis.15 Ia juga membuka bengkel pertama untuk perbaikan radio dan perekam di Mekah pada 1371 H (1951 M).15 Perjalanan Al-Owaid, dari belajar elektronik secara otodidak di Levant hingga menciptakan “kursi bergerak” dan “radiophone” (interkom), dan kemudian mendirikan Radio Tami, menunjukkan kecerdikan dan semangat kewirausahaan yang luar biasa pada periode dan wilayah di mana usaha teknologi swasta semacam itu masih baru dan menghadapi hambatan sosial dan potensial regulasi yang signifikan. Ketekunannya meskipun ada perlawanan sosial awal terhadap bengkel perbaikan radio menyoroti dorongan pribadi yang mendalam dan keyakinan pada potensi media.
Filosofi di balik karyanya adalah untuk melayani negaranya 18 dan ia melihat radio sebagai sarana untuk menciptakan sesuatu dari ketiadaan, membawa “transformasi media historis yang aneh” dari media cetak ke media audio.17 Ia digambarkan sebagai “fenomena kecerdikan dan kejeniusan,” seorang “penemu muda Saudi yang menjanjikan”.20 Karyanya dipandang sebagai “preseden nasional” dan “model yang indah” untuk representasi nasional.17 Ini adalah kasus klasik seorang individu yang mendorong batas-batas di bidang yang sedang berkembang.
Mendirikan Radio Tami (1961-1964)
Radio Tami merupakan stasiun radio swasta pertama di Wilayah Tengah Arab Saudi.15 Stasiun ini mulai mengudara dari Riyadh pada tahun 1961 (1381 H).15 Ini adalah langkah yang berani mengingat lanskap media yang didominasi oleh negara dan sentimen sosial yang berhati-hati terhadap teknologi baru.
Secara teknis, Tami awalnya mengoperasikan radio dari sebuah apartemen di lantai empat sebuah gedung di Jalan Al-Wazir di Riyadh.15 Dengan kecerdikan, ia menempatkan pemancar siaran di puncak pohon terdekat.15 Ia adalah satu-satunya penyiar, sutradara, dan produser, mengudara sekitar empat jam setiap hari setelah salat Isya, yang kemudian diperpanjang hingga 10 jam setiap hari.15
Meskipun merupakan inisiatif swasta, Tami mencari dan menerima persetujuan resmi. Ia mengajukan permohonan kepada Menteri Komunikasi saat itu, Abdullah Al-Saad, yang kemudian meneruskannya ke Dewan Menteri Saudi. Persetujuan diberikan, termasuk lisensi, perlindungan, dan insentif finansial sebesar sepuluh ribu riyal.15 Kemudian, ia menerima dukungan tambahan: sebuah mobil dan lima ribu riyal, yang memungkinkannya untuk memperoleh dua pemancar tambahan, memperluas jangkauan siarannya ke negara-negara tetangga.15 Raja Saud sendiri terkesan dengan program-program radio tersebut.23 Keputusan pemerintah untuk melisensikan Radio Tami, memberikan dukungan finansial, dan bahkan mengakui siarannya (kekaguman Raja Saud) sebelum Radio Riyadh resmi didirikan, menunjukkan pendekatan pragmatis. Ini menunjukkan bahwa pihak berwenang mengakui permintaan publik akan radio dan potensi inisiatif swasta semacam itu. Dengan melisensikan dan mendukungnya, mereka dapat mengamati operasinya, mengukur penerimaan publik, dan berpotensi melegitimasi media di mata publik, membuka jalan bagi ekspansi resmi di masa depan.
Pemrograman dan Keterlibatan Publik
Program-program Radio Tami dicirikan oleh dialek yang sederhana, spontan, dan sehari-hari, tanpa kepatuhan ketat terhadap waktu.15 Penyiar (Tami) dikenal dengan frasa “Saya membacakannya untuk Anda”.15 Program “Concerns of the Street and Demands of the Citizen” (هموم الشارع ومطالب المواطن) merupakan inti dari keterlibatan komunitas Radio Tami, mencakup 50% dari siaran hariannya.16
Program ini menjadi layanan publik informal yang vital, mengisi kekosongan kritis dalam masyarakat dengan saluran komunikasi formal yang terbatas, menumbuhkan ikatan unik antara penyiar dan komunitas. Ini secara efektif menunjukkan manfaat langsung dan nyata dari radio di luar sekadar hiburan, berkontribusi pada pembangunan perkotaan dan kohesi sosial.21 Contoh spesifik masalah komunitas yang ditangani meliputi:
- Kehilangan dan Penemuan: Radio menyiarkan pengumuman tentang barang-barang yang hilang (dompet, anak-anak, ternak) dan uang di Riyadh, termasuk nama-nama yang kehilangan. Penemu diminta untuk menyerahkan barang-barang tersebut ke stasiun, dan Tami akan menawarkan hadiah radio, seperti lagu, atas nama penemu.15
- Pemantauan Harga: Stasiun ini memantau harga dan membongkar pedagang yang manipulatif, sehingga mendapat pujian publik.16
- Hasil Siswa: Ia mengumumkan nama-nama siswa yang berhasil di Riyadh, menarik kerumunan. Ketika surat kabar mulai menerbitkan hasil, Tami mulai mengumumkan nama-nama yang gagal.15
- Pengumuman Darurat: Tami pernah mengumumkan kebakaran di sebuah gudang, yang menyebabkan petugas pemadam kebakaran menyelamatkan barang-barang.22
- Opini Publik/Hiburan: Tami akan berjalan di pasar, meminta lelucon baru dan membayar dua riyal untuk disiarkan.22
Radio Tami juga memelopori siaran langsung:
- Acara Olahraga: Radio Tami mencoba menyiarkan pertandingan sepak bola pada 1381 H (1961 M) antara Al-Hilal dan Al-Wahda untuk final Piala Raja di Stadion Al-Sayigh di Riyadh, berhasil menyiarkan seperempat terakhir pertandingan.15 Ini merupakan preseden media yang signifikan.
- Upacara Resmi: Pada 1382 H (1962 M), ia menyiarkan upacara yang diadakan oleh Fakultas Perdagangan di Universitas Raja Saud di Riyadh secara langsung, yang mungkin merupakan acara resmi pertama yang disiarkan langsung di media Saudi.15
Selain itu, Radio Tami juga menyiarkan konten keagamaan, termasuk fatwa dari Syekh Ibn Baz dan khotbah Jumat pertama oleh Syekh Abdulaziz bin Zahim dari Masjid Al-Hussai.16 Tami juga menyiarkan ulang berita internasional dari berbagai stasiun Arab dan asing (Sawt al-Arab, Radio Kuwait, Radio Irak, radio Jerman) karena kemahirannya dalam beberapa bahasa non-Arab.15
Jangkauan dan Pengaruh
Siaran Radio Tami mencakup wilayah yang luas di Kerajaan dan menjangkau negara-negara Arab dan Teluk tetangga, bahkan Iran.15 Radio ini memperoleh penerimaan publik yang signifikan karena kebaruan dan programnya yang sehari-hari, sederhana, dan lucu yang sesuai dengan kondisi sosial dan budaya saat itu.15 Stasiun ini menerima ratusan surat setiap hari dari pendengar.15 Pengaruhnya begitu besar sehingga seorang penyair, Sulaiman bin Hadhour, menulis: “Andai saja Tami tidak membuka radionya, atau memikat sebagian orang dengan nyanyiannya. Ia menaungi ‘Sawt al-Arab’ dengan pendengarannya, semua orang mencari frekuensinya sampai mereka menemukannya”.16
Tabel berikut merangkum program-program perintis Radio Tami dan dampaknya terhadap masyarakat:
Tabel 2: Program Perintis Radio Tami dan Dampak Sosialnya
Jenis Program/Konten | Fitur/Contoh Utama | Dampak/Signifikansi Sosial | ID Cuplikan Relevan |
“Concerns of the Street and Demands of the Citizen” (هموم الشارع ومطالب المواطن) | Mencakup 50% siaran harian. Gaya spontan, dialek sehari-hari. | Menjadi layanan publik informal yang vital, mengisi kekosongan komunikasi, dan menumbuhkan ikatan komunitas. | 15 |
Pengumuman Kehilangan dan Penemuan | Menyiarakan kehilangan barang (dompet, anak, ternak) dan uang. Menawarkan hadiah seperti lagu untuk penemu. | Membantu masyarakat menemukan barang hilang, menunjukkan peran radio sebagai alat layanan komunitas langsung. | 15 |
Pemantauan Harga | Memantau harga pasar dan membongkar pedagang manipulatif. | Mendapat pujian publik, menunjukkan peran radio dalam melindungi konsumen dan menjaga transparansi. | 16 |
Pengumuman Hasil Siswa | Mengumumkan nama siswa yang berhasil dan gagal di Riyadh. | Menarik perhatian publik yang besar, menunjukkan peran radio dalam kehidupan sehari-hari dan peristiwa penting masyarakat. | 15 |
Pengumuman Darurat | Mengumumkan kebakaran gudang, membantu pemadam kebakaran menyelamatkan barang. | Menunjukkan peran radio dalam situasi darurat dan layanan publik yang cepat. | 22 |
Pengumpulan Lelucon | Tami mencari lelucon baru di pasar dan membayarnya untuk disiarkan. | Menunjukkan interaksi langsung dengan komunitas dan peran radio sebagai sumber hiburan lokal. | 22 |
Siaran Langsung Olahraga | Upaya menyiarkan pertandingan final Piala Raja (Al-Hilal vs. Al-Wahda) pada 1961. | Preseden media yang signifikan, menunjukkan kemampuan teknis dan inovasi dalam penyiaran acara besar. | 15 |
Siaran Langsung Upacara Resmi | Menyiarkan upacara Fakultas Perdagangan Universitas Raja Saud pada 1962. | Mungkin acara resmi pertama yang disiarkan langsung di media Saudi, menunjukkan peran radio dalam mendokumentasikan peristiwa penting negara. | 15 |
Konten Keagamaan | Menyiarkan fatwa Syekh Ibn Baz dan khotbah Jumat. | Menunjukkan peran radio dalam pendidikan agama dan bimbingan spiritual, membantu melegitimasi media di masyarakat konservatif. | 16 |
Berita Internasional | Menyiarkan ulang berita dari stasiun Arab dan asing (Sawt al-Arab, Radio Kuwait, dll.). | Menunjukkan peran Tami dalam menghubungkan pendengar Saudi dengan dunia luar, memanfaatkan kemahiran bahasanya. | 15 |
Tabel ini secara visual menunjukkan sifat unik dan berpusat pada komunitas dari program Radio Tami. Ini menyoroti bagaimana inisiatif swasta dapat menjadi sangat responsif terhadap kebutuhan lokal dan memelopori bentuk-bentuk penyiaran baru (seperti olahraga langsung dan acara resmi), yang merupakan hal yang inovatif pada saat itu. Tabel ini menggarisbawahi peran Radio Tami sebagai inovator sosial dan budaya, membedakannya dari siaran yang lebih formal dan didorong oleh negara.
Menavigasi Perlawanan: Masyarakat, Agama, dan Media Baru
Adopsi radio di Arab Saudi tidaklah mulus; ia menghadapi perlawanan yang signifikan dari masyarakat dan kalangan agama. Namun, seiring waktu, persepsi ini bergeser, sebagian besar karena kemampuan media untuk beradaptasi dan mengintegrasikan konten yang selaras dengan nilai-nilai inti masyarakat.
Penolakan Sosial Awal
Pada tahun 1950-an, radio secara luas dianggap sebagai “kekejian” (رجس) dan mendengarkannya adalah “kejahatan,” dengan pemiliknya dicap sebagai “fasik” (fajir).25 Sentimen ini sangat kuat di Najd dan wilayah tengah, di mana radio disambut dengan “penolakan yang kuat”.25 Ini bukan sekadar skeptisisme teknologi, melainkan kekhawatiran yang mendalam tentang implikasi moral dan sosial dari media yang tidak diatur dan meresap yang dapat memperkenalkan konten asing atau “tidak bermoral” ke dalam ranah domestik, terutama ke dalam rumah.
Anecdota-anekdota menggambarkan penolakan ini: beberapa orang percaya bahwa membawa radio ke dalam rumah sama dengan membawa “pelacur,” dan itu dipandang sebagai “malapetaka baru” dan “kejahatan yang meluas” yang mengancam nilai-nilai dan menyebarkan amoralitas.25 Ada kasus-kasus di mana tokoh-tokoh agama (“Mutawa’a”) menggeledah rumah, menyita radio, dan memenjarakan pemiliknya. Sebuah laporan menggambarkan seorang ayah dipenjara pada 1362 H (sekitar 1942-1943 M) karena memiliki radio, yang disebut sebagai “setan bisu”.25 Kisah-kisah perlawanan ini termasuk penduduk desa yang mencambuk teman-teman karena berbuka puasa berdasarkan berita radio, dan seorang pria yang melaporkan iparnya karena memiliki radio, yang menyebabkan penggeledahan dan upaya penyitaan.25 Anecdota-anekdota ini menyoroti tekanan sosial dan ketakutan yang intens terkait dengan teknologi baru.
Sikap Keagamaan: Pemeriksaan Fatwa dan Pandangan Awal
Meskipun fatwa resmi spesifik dari ulama terkemuka tidak secara eksplisit dirinci dalam cuplikan, narasi dengan jelas menunjukkan bahwa tokoh-tokoh agama berada di garis depan oposisi. Mereka mengeluarkan fatwa (tidak secara eksplisit disebutkan namanya, tetapi tersirat) yang “secara kategoris melarang” radio, dengan beberapa bahkan mengklaim “Setan datang melalui radio”.25 Larangan ini meluas ke fonograf (“Bashtakhta”) dan kaset di dekade-dekade berikutnya.25 Argumen inti untuk larangan sering didasarkan pada “sadd al-dharai'” (menutup pintu keburukan), karena radio dianggap memperkenalkan “musik dan omong kosong”.25
Penolakan sosial dan agama yang intens terhadap radio pada awalnya, yang memandangnya sebagai “kekejian” atau “karya setan,” mengungkapkan mekanisme penjaga gerbang budaya dan agama yang kuat. Ini bukan sekadar skeptisisme teknologi, melainkan kekhawatiran yang mendalam tentang implikasi moral dan sosial dari media yang tidak diatur dan meresap yang dapat memperkenalkan konten asing atau “tidak bermoral” ke dalam lingkup domestik, terutama ke dalam rumah. Penyebutan “Mutawa’a” yang menggeledah rumah dan memenjarakan orang menunjukkan perlawanan yang aktif dan terlembaga. Ketakutan itu bukan hanya pada perangkat, tetapi pada konten yang bisa dibawanya, terutama musik dan program non-agama, yang dipandang sebagai ancaman terhadap nilai-nilai yang sudah mapan. Ini menyoroti peran otoritas agama dalam membentuk penerimaan publik terhadap teknologi baru di masyarakat konservatif.
Pergeseran dan Penerimaan Bertahap
Persepsi mulai berubah seiring dengan semakin jelasnya kegunaan radio, terutama dengan siaran Al-Qur’an, khotbah agama, dan program-program yang bermanfaat.25 Komentator mencatat bahwa “radio dulunya ‘rijis’ dan terlarang, kemudian menjadi sarana terbaik untuk mendengar Al-Qur’an dan fatwa.” Demikian pula, televisi, yang dulunya “keji,” menjadi sarana untuk salat, ritual Haji, dan program-program keagamaan.25 Argumen yang muncul adalah bahwa jika kontennya baik (misalnya, Al-Qur’an, program murni), maka memiliki radio diperbolehkan.25 Ini menunjukkan pergeseran dari larangan kategoris berdasarkan media itu sendiri menjadi kebolehan bersyarat berdasarkan kontennya. Beberapa pandangan menunjukkan bahwa ulama tidak secara inheren menentang perkembangan, melainkan “musik dan omong kosong” yang terkait dengan siaran awal.25
Pergeseran persepsi yang pada akhirnya terjadi, di mana radio menjadi dapat diterima dan bahkan bermanfaat ketika digunakan untuk konten agama dan pendidikan (Al-Qur’an, fatwa), menunjukkan kekuatan konten untuk melegitimasi suatu media. Adaptasi strategis ini, yang kemungkinan didorong oleh permintaan publik dan kebijakan resmi (seperti yang terlihat dalam pembentukan Radio Al-Qur’an), memungkinkan radio untuk berintegrasi ke dalam masyarakat Saudi dengan menyelaraskan diri dengan nilai-nilai intinya, secara efektif menetralkan oposisi agama awal. Pembentukan “Saluran Penyiaran Al-Qur’an” pada tahun 1972 2 dan “Layanan Penyiaran Seruan Islam” pada tahun 1961 1 oleh negara merupakan langkah yang disengaja. Dengan membanjiri gelombang udara dengan konten yang disetujui secara agama, pemerintah secara efektif mengkooptasi media, menjadikannya alat untuk pendidikan agama dan bimbingan moral. Strategi ini memungkinkan teknologi untuk diterima dan diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan agama dapat membentuk adopsi teknologi dan bagaimana institusi dapat memanfaatkan media baru untuk tujuan mereka sendiri.
Pelukan Negara: Regulasi, Sentralisasi, dan Identitas Nasional
Perkembangan media di Arab Saudi, khususnya radio, merupakan cerminan dari strategi pemerintah yang berkembang untuk mengendalikan informasi, membentuk identitas nasional, dan memajukan tujuan pembangunan. Evolusi ini melibatkan pembentukan lembaga-lembaga media yang kuat dan pergeseran kebijakan yang signifikan, yang pada akhirnya mengarah pada sentralisasi kontrol media.
Pembentukan Lembaga Media
Organisasi formal sektor media di Arab Saudi dimulai pada tahun 1924 dengan didirikannya surat kabar Umm Al-Qura.4 Badan pemerintah pertama yang mengawasi media adalah Direktorat Jenderal Radio, Pers, dan Penerbitan, yang didirikan melalui Dekrit Kerajaan pada tahun 1955.4 Direktorat ini kemudian diubah menjadi Kementerian Informasi pada tahun 1962.4
Baru-baru ini, Otoritas Penyiaran Saudi (SBA) dibentuk pada tahun 2018 2, dan Komisi Umum Pengatur Media (الهيئة العامة لتنظيم الإعلام) didirikan, dengan independensi finansial dan administratif, untuk mengatur sektor media, mendorong investasi, dan menetapkan kontrol konten.27 Lembaga-lembaga ini mencerminkan pengakuan pemerintah yang semakin besar terhadap media sebagai instrumen yang kuat untuk membentuk kesadaran publik dan kesediaannya untuk mengatur dan memusatkannya guna mencapai tujuan sosial-politik.
Pergeseran Kebijakan: Dari Kepemilikan Individu ke Institusional
“Era jurnalisme individu” (صحافة الأفراد) berlangsung sekitar tiga puluh tahun, dari tahun 1928, di mana lebih dari dua puluh surat kabar dan majalah diterbitkan.4 Namun, pada tahun 1963, kepemilikan surat kabar individu dihapuskan.9 Pada tahun 1964, sistem untuk lembaga jurnalistik swasta disetujui, memberikan lisensi untuk penerbitan surat kabar.4 Ini menandai pergeseran dari usaha media individu, yang seringkali bersifat
ad-hoc, ke bentuk yang lebih terorganisir dan terlembaga, meskipun masih di bawah regulasi pemerintah. Kerangka regulasi saat ini bertujuan untuk memastikan konten media selaras dengan kebijakan media Kerajaan.27
Penghapusan kepemilikan surat kabar individu pada tahun 1963 dan persetujuan selanjutnya untuk “lembaga jurnalistik swasta” menunjukkan pergerakan menuju entitas yang lebih mudah dikendalikan. Tujuan eksplisit Kementerian Informasi dan Komisi Umum Pengatur Media dengan jelas menyatakan tujuan yang berkaitan dengan citra nasional, kualitas konten, dan keselarasan dengan kebijakan media. Pernyataan bahwa “sebagian besar surat kabar dimiliki secara pribadi tetapi didukung dan diorganisir oleh pemerintah” dan bahwa “kritik terhadap pemerintah dan keluarga kerajaan… tidak diterima” menunjukkan sistem kebebasan yang dikelola, di mana media beroperasi dalam parameter yang ditentukan untuk melayani kepentingan negara. Ini menunjukkan kebijakan yang disengaja untuk menggunakan media untuk pembangunan nasional dari atas ke bawah dan rekayasa sosial, daripada sebagai platform untuk debat publik yang tidak terkekang.
Penutupan Radio Tami
Radio Tami, meskipun populer dan mendapat dukungan pemerintah, beroperasi kurang dari tiga tahun, dimulai pada tahun 1961 (1381 H) dan berhenti pada tahun 1964.15 Penghentiannya adalah hasil langsung dari “arahan pemerintah” karena “pembukaan resmi Radio Riyadh yang akan datang”.15 Abdullah Al-Owaid diberi kompensasi finansial oleh pemerintah atas usahanya.15 Ia diangkat ke Kementerian Pertahanan, karena posisi di Kementerian Informasi terbukti sulit.15 Setelah pensiun dari pekerjaan pemerintah, ia mendedikasikan dirinya pada hasratnya untuk penemuan, menciptakan perangkat pendingin udara dan “radiophone” (interkom).15
Keputusan pemerintah untuk menutup Radio Tami pada peluncuran resmi Radio Riyadh, ditambah dengan kompensasi finansial dan posisi pemerintah untuk Al-Owaid, menandakan penyerapan strategis inisiatif swasta yang sukses ke dalam aparatur media yang dikendalikan negara. Ini bukan penindasan langsung, melainkan langkah yang diperhitungkan untuk mengkonsolidasikan kekuatan media sambil mengakui dan menghargai kecerdikan individu. Ini menunjukkan keinginan untuk memanfaatkan daya tarik publik yang terbukti dan keahlian teknis dari usaha swasta untuk tujuan negara. Keberhasilan dan jangkauan luas Radio Tami jelas menunjukkan kekuatan radio. Pemerintah telah melisensikan dan mendukungnya. Waktu penutupannya “karena pembukaan resmi Radio Riyadh yang akan datang” sangat penting. Ini menunjukkan bahwa negara melihat kebutuhan akan suara resmi yang terpadu di ibu kota. Mengkompensasi Al-Owaid dan memberinya pekerjaan pemerintah menunjukkan niat untuk mengintegrasikan bakat dan pengetahuannya, daripada mengasingkannya. Ini adalah bentuk kontrol media yang canggih, bukan hanya sensor, tetapi kooptasi strategis dari usaha swasta yang sukses ke dalam proyek nasional.
Media sebagai Alat Pembangunan Nasional
Peran fundamental media, sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Dasar Pemerintahan, adalah untuk “mendidik dan menginspirasi persatuan nasional”.10 Kebijakan media pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kontribusi media terhadap ekonomi Kerajaan, meningkatkan kualitas konten media lokal, memperkuat citra Arab Saudi secara lokal dan internasional, dan mendorong komunikasi tentang pencapaian nasional dan aspirasi masa depan.30 Radio, khususnya, dipandang sebagai alat penting untuk “kesadaran dan pendidikan masyarakat Saudi dan memperkuat komunikasi rakyat dengan kepemimpinan mereka”.5 Ia berfungsi sebagai “satu-satunya sumber pengetahuan dan penyebaran berita” di seluruh bangsa pada masa-masa awal.13 Tujuan negara untuk media termasuk mempromosikan keragaman budaya, menghormati kekhasan budaya, dan mengintegrasikan media dengan tujuan pendidikan.31
Pergeseran dari “era jurnalisme individu” ke media yang terlembaga di bawah pengawasan langsung pemerintah mencerminkan pergeseran yang lebih luas dalam pendekatan negara terhadap kontrol informasi dan pembentukan identitas nasional. Sentralisasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa media melayani tujuan nasional tertentu seperti persatuan, pendidikan, dan proyeksi citra positif, berpotensi mengorbankan wacana kritis independen. Ini menyoroti pengakuan pemerintah yang semakin besar terhadap media sebagai instrumen yang kuat untuk membentuk kesadaran publik dan kesediaannya untuk mengatur dan memusatkannya guna mencapai tujuan sosial-politik.
Tabel berikut memberikan garis waktu yang jelas tentang bagaimana pemerintah Saudi memformalkan dan memusatkan kendalinya atas media.
Tabel 3: Evolusi Kerangka Regulasi Media di Arab Saudi (1950-an-Sekarang)
Tahun (Masehi/Hijriah) | Badan Regulasi/Pergeseran Kebijakan | Mandat/Signifikansi Utama | ID Cuplikan Relevan |
1924 | Pendirian surat kabar Umm Al-Qura | Organisasi formal sektor media dimulai, media cetak pertama yang diakui secara resmi. | 4 |
1928 | Dimulainya “era jurnalisme individu” | Lebih dari dua puluh surat kabar dan majalah diterbitkan oleh individu. | 4 |
1955 (1374 H) | Pembentukan Direktorat Jenderal Radio, Pers, dan Penerbitan | Badan pemerintah pertama yang mengawasi semua media. | 4 |
1962 | Direktorat Jenderal diubah menjadi Kementerian Informasi | Peningkatan status dan pentingnya media dalam struktur pemerintahan. | 4 |
1963 | Penghapusan kepemilikan surat kabar individu | Pergeseran dari media individu ke bentuk yang lebih terorganisir dan terkontrol. | 9 |
1964 | Persetujuan sistem lembaga jurnalistik swasta | Pemberian lisensi untuk penerbitan surat kabar oleh institusi, bukan individu. | 4 |
2012 (1433 H) | Transformasi Saudi Press Agency (SPA) menjadi badan umum | SPA menjadi entitas yang lebih independen secara administratif di bawah Menteri Informasi. | 35 |
2018 | Pembentukan Otoritas Penyiaran Saudi (SBA) | Konsolidasi penyiaran publik di bawah satu otoritas, bagian dari rezim regulasi konvergen. | 2 |
2018 (1439 H) | Penerbitan Sistem Media Visual dan Audio | Mengatur aktivitas media visual dan audio, mendorong investasi, dan memastikan keselarasan konten dengan kebijakan media. | 27 |
2023 (1445 H) | Persetujuan peraturan Komisi Umum Pengatur Media | Mengatur sektor media secara komprehensif, mendorong investasi, mengawasi kinerja, dan menetapkan kontrol konten. | 27 |
Tabel ini sangat penting untuk memahami lingkungan kebijakan di mana penyiar resmi dan swasta beroperasi, dan bagaimana peran negara berevolusi dari sekadar pengawasan menjadi regulasi komprehensif dan arahan strategis.
Warisan dan Evolusi: Radio di Arab Saudi Modern
Dampak dari penyiaran radio awal di Arab Saudi, baik yang resmi maupun yang swasta, telah membentuk lanskap media Kerajaan secara mendalam. Warisan ini terus memengaruhi perannya dalam masyarakat modern, bahkan saat teknologi terus berkembang.
Dampak Abadi Radio Awal
Fondasi yang diletakkan oleh penyiar resmi dan swasta, seperti Radio Tami, secara signifikan membentuk perkembangan media selanjutnya di Kerajaan. Radio awal membantu menjembatani jarak geografis, menyebarkan informasi, dan menumbuhkan rasa komunitas nasional.5 Upaya perintis individu seperti Abdullah Al-Owaid menunjukkan kekuatan media dan selera publik terhadapnya, memengaruhi strategi media negara itu sendiri.17 Keberhasilan awal radio dalam program-program keagamaan (Al-Qur’an, Seruan Islam) menetapkan preseden untuk perannya dalam pelestarian moral dan budaya, yang berlanjut hingga hari ini.5
Meskipun ada pergeseran teknologi besar-besaran dari penyiaran analog ke digital dan kerangka regulasi yang berkembang, tujuan inti radio di Arab Saudi – persatuan nasional, pendidikan publik, bimbingan agama, dan keterlibatan komunitas – sebagian besar tetap konsisten. Ini menunjukkan pemahaman yang mendalam oleh negara tentang peran media sebagai alat untuk kohesi dan pembangunan masyarakat, terlepas dari medium teknologinya. Dekrit kerajaan awal untuk radio menekankan “kejujuran, amanah, objektivitas” dan konten agama.6 Kemudian, tujuan Kementerian Informasi mencakup “mendidik dan menginspirasi persatuan nasional” dan “meningkatkan kontribusi sektor media terhadap ekonomi Kerajaan, meningkatkan kualitas konten media lokal, memperkuat citra Arab Saudi”.10 Komisi Umum Pengatur Media juga bertujuan untuk “transparansi, kesetaraan,” dan “mempromosikan identitas nasional”.29 Bahkan dengan pergeseran ke platform digital 5, tujuan dasar media tetap selaras dengan pembangunan nasional dan kesadaran sosial. Konsistensi ini menunjukkan filosofi fundamental dan abadi di balik peran media di Kerajaan.
Dari Analog ke Digital
Lanskap penyiaran Saudi telah mengalami transformasi teknologi yang signifikan. Dari transmisi AM/FM awal, ia beralih ke penyiaran terestrial digital.1 Munculnya internet dan media sosial telah mengantar era baru transformasi digital untuk radio Saudi, dengan program-program sekarang disiarkan secara online dan dapat diakses melalui platform media sosial, memungkinkan keterlibatan audiens yang lebih luas dan lebih fleksibel.5
Lanskap Radio Kontemporer
Otoritas Penyiaran Saudi (SBA) mengoperasikan stasiun TV dan radio publik negara, termasuk 2 stasiun lokal dan 5 stasiun nasional yang dikenal sebagai Radio Saudi.2 Ada juga sekitar 9 stasiun radio komersial swasta di Arab Saudi, yang mencakup berbagai genre seperti olahraga, berita, dan musik.2 Lanskap media sangat dinamis, dengan diskusi tentang topik-topik seperti tantangan podcasting 2 dan peran influencer media sosial.31 Komisi Umum Pengatur Media terus mengatur sektor ini, mendorong investasi, memastikan kualitas konten, dan mendorong kebebasan berekspresi dalam parameter yang ditentukan.27
Lanskap media Saudi kontemporer, yang dicirikan oleh penyiaran yang dikendalikan negara yang kuat (SBA) dan semakin banyaknya stasiun komersial swasta, menunjukkan model media hibrida. Meskipun negara mempertahankan pengawasan dan pengaruh yang signifikan, ia juga memungkinkan tingkat partisipasi sektor swasta, kemungkinan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mendiversifikasi konten, dan memenuhi preferensi audiens yang bervariasi, semua sambil memastikan keselarasan dengan kebijakan nasional. Ini menunjukkan evolusi pragmatis dari monopoli ketat ke pluralisme yang lebih bernuansa dan diatur. Kehadiran 23 stasiun AM dan 160 stasiun TV, dengan 100 di antaranya juga menyiarkan FM 1, di samping 9 stasiun radio komersial swasta 2, menunjukkan ekosistem yang beragam. Namun, keragaman ini beroperasi dalam kerangka regulasi yang jelas.27 Tujuan pemerintah yang dinyatakan untuk “meningkatkan kontribusi sektor media terhadap ekonomi Kerajaan” dan “mendorong investasi” 27 menunjukkan motivasi ekonomi untuk memungkinkan pemain swasta. Ini bukan sistem media pasar bebas, melainkan liberalisasi yang terkontrol, di mana entitas swasta dapat berkembang selama mereka beroperasi dalam visi strategis negara dan batas-batas regulasi. Model hibrida ini memungkinkan inovasi dan aktivitas ekonomi sambil mempertahankan kontrol negara tertinggi atas narasi keseluruhan.
Peran Berkelanjutan Radio
Radio tetap menjadi media yang signifikan untuk kesadaran sosial, pelestarian budaya, dan wacana publik. Ia memainkan peran dalam menumbuhkan persatuan nasional dan mengkomunikasikan inisiatif pemerintah.10 Pergeseran ke platform digital memungkinkan radio untuk beradaptasi dengan kebiasaan konsumsi modern, menjaga relevansinya dalam lingkungan media yang kompetitif.
Kesimpulan: Gema Inovasi dan Adaptasi
Perjalanan radio di Arab Saudi merupakan bukti inisiatif negara dari atas ke bawah dan inovasi individu dari bawah ke atas. Penyiaran resmi, yang dimulai pada tahun 1949, secara sistematis memperluas jangkauannya dan mendiversifikasi kontennya untuk melayani tujuan nasional. Sementara itu, usaha swasta seperti Radio Tami, yang diluncurkan pada tahun 1961, menunjukkan kecerdikan yang luar biasa dan hubungan yang mendalam dengan masyarakat.
Abdullah Al-Owaid, “Tami,” berdiri sebagai tokoh penting, yang keahliannya yang diperoleh secara otodidak, semangat inventif (kursi bergerak, radiophone), dan pendirian berani radio swasta pertama di Arab Tengah mengukir ruang unik dalam sejarah media Saudi. Kemampuannya untuk terhubung dengan “jalan” dan mengatasi masalah komunitas melalui program-program inovatif (“Concerns of the Street”) menunjukkan potensi besar radio sebagai media yang responsif dan menarik.
Sejarah radio Saudi adalah mikrokosmos dari interaksi yang lebih luas antara adopsi teknologi, nilai-nilai masyarakat, dan kontrol negara. Perlawanan awal masyarakat dan agama terhadap radio secara bertahap memberi jalan kepada penerimaan, sebagian besar difasilitasi oleh penggabungan strategis konten agama dan berfokus pada komunitas oleh penyiar swasta dan resmi. Negara, yang mengakui kekuatan media, secara progresif memusatkan kontrol, menyerap inisiatif swasta yang sukses dan membangun kerangka regulasi yang kuat untuk menyelaraskan media dengan pembangunan dan identitas nasional.
Seiring Arab Saudi melanjutkan transformasi digitalnya, radio menghadapi tantangan dan peluang baru. Kemampuannya untuk beradaptasi dengan platform online dan berintegrasi dengan media sosial akan sangat penting untuk relevansinya yang berkelanjutan. Warisan masa lalunya, yang ditandai oleh semangat kepeloporan dan panduan negara yang strategis, tidak diragukan lagi akan menginformasikan lintasan masa depannya, karena ia terus berfungsi sebagai suara vital dalam lanskap media Kerajaan yang terus berkembang.
Daftar Pustaka
Al-Owaid, M. T. (2018). إذاعة طامي من الرياض: قصة طموح سعودي قاوم الصعاب. [Terjemahan: Radio Tami dari Riyadh: Kisah Ambisi Saudi yang Melawan Kesulitan]. Riyadh, Arab Saudi: [Nama Penerbit, jika diketahui].
Al-Riyadh Newspaper. (t.t.). مرحلة البدايات الصعبة لـ «الإذاعة» في المملكة. [Terjemahan: Fase Awal yang Sulit bagi ‘Radio’ di Kerajaan]. Diakses dari [Sertakan URL lengkap jika tersedia, contoh: https://www.alriyadh.com/xxxxxx]
Sabq.org. (t.t.). إذاعة طامي.. الإذاعة «الأهلية» الأولى في المنطقة الوسطى. [Terjemahan: Radio Tami.. Radio ‘Swasta’ Pertama di Wilayah Tengah]. Diakses dari [Sertakan URL lengkap jika tersedia, contoh: https://sabq.org/xxxxxx]
Saudipedia. (t.t.). Timeline of the Development of Saudi Radio. Diakses dari https://saudipedia.com/en/article/2036/government-and-politics/media/timeline-of-the-development-of-saudi-radio
Saudi Ministry of Media. (t.t.). بدايات (إذاعة طامي) في معرض الرياض للكتاب. [Terjemahan: Awal Mula (Radio Tami) di Pameran Buku Riyadh]. Diakses dari http://media.gov.sa/ar/news/1699
Wikipedia. (t.t.). إذاعة طامي. Diakses pada [Tanggal Akses, misal: 15 Agustus 2025] dari https://ar.wikipedia.org/wiki/%D8%A5%D8%B0%D8%A7%D8%B9%D8%A9_%D8%B7%D8%A7%D9%85%D9%8A
YouTube. (t.t.). بودكاست إذاعة طامي. [Terjemahan: Podcast Radio Tami]. Diakses dari [Sertakan URL video YouTube jika tersedia, contoh: https://www.youtube.com/watch?v=xxxxxx]