Refleksi Dua Dekade Damai Aceh di UIN Ar-Raniry: Mengurai Logos, Etos, Ideologi, dan Dinamika UUPA

BANDA ACEH โ€“ Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh menggelar Diskusi Publik bertema Refleksi 20 Tahun Damai Aceh: Menavigasi Tantangan, Mengawal Otonomi, dan Merumuskan Masa Depan di Gedung Teater Museum UIN Ar-Raniry, Selasa (12/8/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari peringatan dua dekade perdamaian pasca penandatanganan MoU Helsinki 2005, menghadirkan tokoh-tokoh kunci yang memiliki kontribusi langsung dalam proses dan dinamika perdamaian Aceh.

Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Mujiburrahman, dalam paparannya menyoroti makna damai Aceh melalui tiga bingkai analisis: Logos, Etos, dan Ideologi. Menurutnya, Logos mengacu pada rasionalitas perdamaian yang harus terus dijaga dengan argumentasi dan nalar yang sehat; Etos menekankan semangat membangun kepercayaan antar pihak yang pernah berkonflik; sementara Ideologi adalah nilai dasar yang harus menjadi landasan dalam merawat perdamaian agar tidak sekadar menjadi simbol, tetapi menjadi ruh yang menggerakkan pembangunan dan harmoni sosial.

Munawar Liza Zainal, mantan Wali Kota Langsa sekaligus anggota Tim Perunding Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam proses Helsinki, memberikan perspektif historis dan pengalaman langsung dari meja perundingan. Ia menguraikan bagaimana dinamika, kompromi, serta strategi komunikasi menjadi faktor penentu dalam meraih kesepakatan damai. Munawar juga menekankan pentingnya menjaga ingatan kolektif masyarakat Aceh agar perdamaian tidak diambil untuk diberikan begitu saja tanpa perlindungan politik dan hukum yang memadai.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Prof. Mawardi Ismail, mengupas Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) sebagai capaian monumental rakyat Aceh. Ia menjelaskan bahwa UUPA tidak hanya menjadi kerangka hukum bagi pelaksanaan otonomi khusus, tetapi juga menjadi instrumen politik yang mengatur relasi kekuasaan antara Aceh dan pemerintah pusat. Mawardi menyoroti dampak UUPA terhadap tata kelola pemerintahan daerah, pengelolaan sumber daya alam, serta implikasi yuridisnya bagi sistem hukum nasional.

See also  FSH UIN Ar-Raniry Gelar Kuliah Umum Internasional Bahas Kekacauan Istilah Patani di Thailand Selatan

Diskusi publik ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, mulai dari unsur pemerintahan, legislatif, akademisi, tokoh masyarakat, perunding damai, hingga aktivis LSM. Kehadiran mereka menegaskan bahwa refleksi dua dekade damai Aceh bukan sekadar mengenang, tetapi juga memproyeksikan masa depan yang lebih inklusif, berdaulat, dan berkelanjutan.

Melalui forum ini, UIN Ar-Raniry menegaskan posisinya sebagai ruang akademik yang tidak hanya mengkaji secara teoritis, tetapi juga menjadi arena strategis untuk merumuskan langkah-langkah menjaga dan mengembangkan capaian perdamaian Aceh. Seiring perjalanan waktu, tantangan baru akan terus muncul, namun semangat Logos, Etos, dan Ideologi diharapkan menjadi kompas yang menuntun masyarakat Aceh menuju masa depan yang damai dan sejahtera.


About The Author


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *