ISIS: The State of Terror – Mengurai Jantung Kekerasan Global

Pendahuluan

Buku ISIS: The State of Terror lahir pada saat dunia terperangah oleh kebangkitan kelompok teroris paling brutal abad ke-21. Ditulis oleh Jessica Stern—akademisi Harvard yang dikenal sebagai otoritas global dalam studi terorisme—dan J.M. Berger, seorang peneliti radikalisasi dan propaganda digital, buku ini menjadi dokumentasi komprehensif yang membedah anatomi ISIS dari hulu ke hilir.

Kekuatan buku ini terletak pada kombinasi riset intelijen, wawancara lapangan, dan analisis teoritis yang tidak hanya menjelaskan bagaimana ISIS muncul, tetapi juga mengapa mereka mampu berkembang menjadi kekuatan militan yang melampaui batas negara dan memanfaatkan teknologi untuk menanamkan ketakutan global.

Struktur dan Isi Buku

Buku ini dibagi ke dalam 11 bab, didahului oleh pengantar, glosarium, dan timeline yang membantu pembaca memahami kronologi peristiwa.

1. The Rise and Fall of Al Qaeda in Iraq

Stern & Berger memulai dengan mengurai sejarah AQI (Al-Qaeda in Iraq) di bawah Abu Musab al-Zarqawi. Bab ini menjelaskan bagaimana kekerasan sektarian dan strategi brutal Zarqawi menjadi fondasi kultural ISIS. Dengan detail, penulis menunjukkan bahwa kejatuhan AQI bukanlah akhir, melainkan metamorfosis menuju entitas yang lebih mematikan.

See also  Post-Tradisionalisme Islam – Membaca Ulang Warisan Intelektual Arab

2. The Rise of ISIS

Bab ini mengulas kelahiran ISIS di tengah kekosongan kekuasaan pasca invasi AS ke Irak dan perang sipil Suriah. Penulis membedah faktor geopolitik: lemahnya pemerintahan Irak, intervensi asing, serta pecahnya oposisi Suriah yang memberi ruang bagi ISIS membangun proto-state.

3. From Vanguard to Smart Mob

Konsep “Smart Mob” menjadi sorotan—bagaimana ISIS bertransformasi dari sel gerilya menjadi jaringan militan yang memanfaatkan crowdsourcing jihad melalui media sosial. Penulis memaparkan evolusi strategi rekrutmen online, yang menjadi model baru bagi kelompok ekstremis global.

4. The Foreign Fighters

Salah satu aspek paling mengkhawatirkan dari ISIS adalah kemampuannya menarik ribuan foreign fighters dari Eropa, Asia, Afrika, dan bahkan Amerika. Stern & Berger menelusuri motivasi, jalur perjalanan, dan mekanisme integrasi para pejuang asing ini ke dalam struktur ISIS.

5. The Message

Propaganda adalah senjata utama ISIS. Bab ini mengupas narasi ideologis, simbol-simbol visual, dan retorika apokaliptik yang dipakai untuk membangun citra sebagai “Caliphate of purity”. Analisis mendalam pada konten Dabiq dan video eksekusi menjadi bukti kuat kekuatan pesan mereka.

6. Jihad Goes Social

ISIS memanfaatkan Twitter, Facebook, dan platform daring lain dengan presisi militer. Mereka tidak sekadar menyebarkan pesan, tapi membangun community of belief yang hidup di ruang digital. Penulis mengurai taktik swarming, penggunaan hashtags, dan algoritma viralitas.

See also  Leaders Eat Last: Kepemimpinan yang Mengutamakan Manusia

7. The Electronic Brigades

Serangan siber, peretasan, dan manipulasi media menjadi bagian strategi. Bab ini menyingkap bagaimana unit khusus ISIS memanipulasi persepsi publik dan menyerang infrastruktur digital musuh.

8. The AQ-ISIS War

Ketegangan antara ISIS dan Al-Qaeda menjadi konflik ideologi sekaligus perebutan legitimasi jihad global. Stern & Berger menggambarkan persaingan ini sebagai perpecahan strategis yang mengubah lanskap terorisme internasional.

9. ISIS’s Psychological Warfare

Teror bukan sekadar aksi fisik, tetapi operasi psikologis. Pemenggalan yang disiarkan, penyerangan mendadak, dan provokasi barbar sengaja dirancang untuk mematahkan moral lawan dan memicu reaksi berlebihan dari pemerintah target.

10. The Coming Final Battle?

Narasi apokaliptik ISIS berakar pada nubuat perang akhir zaman (malhamah kubra). Penulis menguraikan bagaimana mitos dan teologi kiamat digunakan untuk memotivasi pejuang dan membenarkan kekejaman.

11. The State of Terror

Bab penutup memadukan semua elemen menjadi gambaran ISIS sebagai “negara teror” yang memiliki struktur birokrasi, sistem perpajakan, hingga pengadilan syariah versi mereka. Inilah diferensiasi ISIS dibanding kelompok teroris sebelumnya: mereka tidak hanya bergerak sebagai organisasi, tetapi mengklaim status kenegaraan.

Kekuatan Buku

  1. Pendekatan Interdisipliner – Menggabungkan studi keamanan, psikologi terorisme, ilmu politik, dan analisis media digital.

  2. Akses Data Primer – Penulis menggunakan wawancara dengan mantan anggota, dokumen intelijen, dan observasi langsung.

  3. Analisis Digital Propaganda – Menjadi salah satu karya awal yang secara serius menganalisis peran media sosial dalam terorisme.

  4. Kontribusi Kebijakan – Rekomendasi yang ditawarkan relevan untuk aparat keamanan, pembuat kebijakan, dan akademisi.

See also  Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Imam Al-Ghazzali

Kritik

Meski komprehensif, buku ini lebih kuat di bagian analisis media dan ideologi daripada membedah ekonomi politik ISIS. Aspek pendanaan, peran jaringan kriminal, dan keterlibatan negara-negara sponsor tidak dibahas sedalam yang diharapkan.

Relevansi untuk Dunia Saat Ini

Meskipun ISIS telah kehilangan sebagian besar wilayahnya sejak 2019, buku ini tetap relevan karena:

  • Strategi propaganda digital ISIS diadopsi oleh kelompok ekstremis lain.

  • Ideologi dan jaringan sel tidur mereka masih aktif di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Filipina.

  • Pola rekruitmen foreign fighters memberikan pelajaran berharga untuk penanggulangan radikalisasi di era globalisasi.

Kesimpulan

Saya melihat ISIS: The State of Terror sebagai salah satu karya kunci dalam literatur terorisme kontemporer. Buku ini tidak hanya merekam sejarah, tetapi juga menawarkan lensa analitis untuk memahami terorisme abad ke-21—di mana perang tidak lagi terbatas pada medan fisik, tetapi berlangsung di ruang pikiran dan dunia digital.

ISIS: The State of Terror

 Jessica Stern & J.M. Berger
Penerbit: HarperCollins
Tahun Terbit: 2015
ISBN: 978-0-06-239554-2

Also Read

Bagikan:

Avatar photo

Kamaruzzaman Bustamam Ahmad

Prof. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (KBA) has followed his curiosity throughout life, which has carried him into the fields of Sociology of Anthropology of Religion in Southeast Asia, Islamic Studies, Sufism, Cosmology, and Security, Geostrategy, Terrorism, and Geopolitics. Prof. KBA is the author of over 30 books and 50 academic and professional journal articles and book chapters. His academic training is in social anthropology at La Trobe University, Islamic Political Science at the University of Malaya, and Islamic Legal Studies at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. He received many fellowships: Asian Public Intellectual (The Nippon Foundation), IVLP (American Government), Young Muslim Intellectual (Japan Foundation), and Islamic Studies from Within (Rockefeller Foundation). Currently, he is Dean of Faculty and Shariah, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia.

Leave a Comment