Pendahuluan
Dubai telah mengalami transformasi luar biasa dari kota pelabuhan kecil menjadi metropolis kosmopolitan dalam beberapa dekade terakhir. Saat ini Dubai dikenal sebagai salah satu pusat bisnis dan pariwisata terkemuka di dunia, menarik perhatian investor, profesional, hingga wisatawan dari berbagai negara. Posisi Dubai sebagai hub global tercermin dari demografinya: sekitar 88,5% populasi Uni Emirat Arab (UEA) merupakan ekspatriat, yaitu lebih dari 10 juta penduduk asing yang bekerja dan tinggal di negara ini[1]. Proporsi ekspatriat yang sedemikian tinggi menunjukkan daya tarik Dubai sebagai magnet global bagi talenta dan pencari peluang dari seluruh penjuru dunia. Dari kalangan pekerja menengah hingga individu berpenghasilan tinggi, banyak yang melihat Dubai sebagai “tanah peluang” berkat lingkungan bisnis yang kondusif dan kualitas hidup yang ditawarkannya.
Reputasi Dubai sebagai destinasi unggulan tampak dalam berbagai indikator. Misalnya, Dubai secara konsisten termasuk salah satu kota paling populer bagi wisatawan internasional. Pada tahun 2023, Dubai menjadi kota ketiga yang paling banyak dikunjungi di dunia dengan sekitar 17 juta wisatawan mancanegara[2]. Dari sisi keamanan, Dubai juga diakui sebagai salah satu kota teraman di dunia. Survei global Numbeo Crime Index tahun 2025 menempatkan beberapa kota UEA di peringkat teratas, dengan Dubai berada di peringkat ke-4 dunia untuk keamanan, berkat infrastruktur perkotaan modern dan sistem pengawasan canggih[3]. Faktor-faktor seperti inilah yang menjadikan Dubai istimewa sebagai tempat tinggal; masyarakat dapat menikmati lingkungan perkotaan modern yang aman, beragam fasilitas, dan suasana multikultural.
Artikel ini akan menganalisis secara mendalam mengapa Dubai menjadi salah satu tujuan paling menarik di dunia untuk tinggal dan berbisnis. Berbagai aspek kunci akan dibahas, termasuk kebijakan pemerintah Dubai yang pro-bisnis, infrastruktur modern dan kemajuan teknologi, keunggulan geografis serta konektivitas global, budaya dan gaya hidup kosmopolitan serta tingkat keamanan, insentif pajak dan keberadaan zona ekonomi bebas, reputasi internasional Dubai di mata berbagai kawasan (Eropa, Amerika, Asia, dll.), hingga strategi jangka panjang pemerintah Dubai seperti Dubai 2040 Urban Master Plan dan Dubai Economic Agenda D33. Pembahasan ini akan mengacu pada data dan sumber dari berbagai belahan dunia untuk memberikan perspektif global tentang daya tarik Dubai sebagai tempat tinggal dan pusat bisnis.
Pembahasan
Kebijakan Pemerintah Dubai yang Pro-Bisnis dan Pro-Investasi
Keberhasilan Dubai menarik investor dan perusahaan internasional tidak terlepas dari kebijakan pemerintahnya yang sangat pro-bisnis dan pro-investasi. Pemerintah Dubai – dan UEA secara umum – secara konsisten menerapkan reformasi untuk menciptakan iklim usaha yang ramah dan kompetitif. Salah satu perubahan kebijakan besar terbaru adalah dihapuskannya kewajiban local sponsor bagi pendirian bisnis. Efektif per 1 Juni 2021, pemerintah UEA menghapus syarat kepemilikan lokal untuk perusahaan, sehingga investor asing dapat mendirikan perusahaan dengan kepemilikan 100% di sebagian besar sektor[4]. Langkah ini secara signifikan meningkatkan kemudahan berbisnis dan daya tarik UEA (khususnya Dubai) bagi investor asing, karena sebelumnya pemodal asing harus bermitra dengan sponsor lokal untuk beroperasi di luar zona bebas. Perubahan regulasi kepemilikan ini adalah bagian dari upaya pemerintah meningkatkan ease of doing business dan menarik lebih banyak investasi, sekaligus memperkuat posisi negara sebagai pusat ekonomi internasional[5].
Upaya pemerintah Dubai menciptakan lingkungan bisnis kondusif juga terlihat dari beragam inisiatif yang mempercepat proses perizinan dan pendirian usaha. Di Dubai, pendirian perusahaan dapat dilakukan hanya dalam hitungan hari melalui prosedur yang sederhana dan berbasis daring[6]. Sistem perizinan yang cepat dan efisien ini sangat kontras dengan birokrasi berbelit di banyak negara, dan telah menjadi salah satu daya tarik utama bagi para pendiri startup dan pengusaha mancanegara[7]. Survei informal menunjukkan banyak pelaku bisnis Eropa terkesan bahwa kemudahan administratif di Dubai jauh lebih baik dibanding negara asal mereka[6]. Regulasi usaha di Dubai pun dianggap jelas dan prediktabel, memberikan kepastian hukum yang sering kali tidak dirasakan pengusaha di yurisdiksi lain[8].
Kebijakan pro-investasi lainnya adalah pemberian kepemilikan asing 100% di zona daratan (onshore) untuk sebagian besar jenis bisnis sejak 2021 sebagaimana disebutkan di atas, yang dulunya terbatas hanya di zona bebas[4][9]. Selain itu, pemerintah secara aktif melonggarkan regulasi yang menghambat investasi. Berbagai reformasi hukum telah diterapkan, misalnya pembaruan undang-undang kepailitan dan investasi, perlindungan kekayaan intelektual, serta aturan perijinan yang lebih luwes. Pemerintah UEA juga memperkenalkan visa jangka panjang (Golden Visa) bagi investor, pengusaha, dan profesional berbakat. Golden Visa ini memberikan izin tinggal hingga 10 tahun bagi kategori tertentu (misalnya investor properti dengan nilai minimal AED 2 juta)[10]. Program visa ini memberi kepastian dan daya tarik bagi ekspatriat berpenghasilan tinggi dan pemilik modal, karena mereka dapat menetap lebih lama dan merasa lebih aman menanamkan modal di Dubai tanpa kekhawatiran akan batas visa jangka pendek.
Efek nyata dari kebijakan pro-bisnis ini tercermin dalam berbagai indeks dan data investasi. Laporan Global Competitiveness Index 2019 oleh World Economic Forum menempatkan UEA (dengan Dubai sebagai kontributor utama) sebagai ekonomi paling kompetitif di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara[11]. WEF mencatat bahwa adopsi teknologi informasi dan komunikasi di UEA melengkapi keunggulan kompetitif tradisional negara ini, termasuk lingkungan makroekonomi yang stabil, pasar produk yang efisien, serta salah satu sistem transportasi modern terbaik di dunia[12]. Kombinasi faktor-faktor tersebut, ditambah dengan lokasi geografis strategis dan lingkungan yang sangat aman, menjadikan UEA (terutama Dubai) sebagai tempat yang ideal untuk berbisnis[13][14].
Dampak positif kebijakan pro-investasi Dubai juga dapat diukur dari arus masuk investasi asing langsung (Foreign Direct Investment – FDI) dan pertumbuhan bisnis baru. Dubai consistently memimpin regional dalam hal FDI. Pada tahun 2022, Dubai menjadi lokasi nomor satu di dunia untuk proyek FDI pendirian kantor pusat perusahaan (global headquarters FDI projects), mempertahankan posisi itu selama tiga tahun berturut-turut[15]. Jumlah proyek FDI yang diumumkan di Dubai meningkat tajam dari 470 proyek (tahun 2020) menjadi 1.187 proyek pada 2022 (kenaikan 92% dalam setahun)[16]. Tren ini berlanjut hingga 2024, di mana Dubai mencatat rekor 1.823 proyek FDI baru, tertinggi sepanjang sejarah Dubai, menunjukkan kenaikan berkelanjutan tiap tahun[17]. Lonjakan investasi ini menegaskan ketahanan ekonomi kota dan daya tariknya bagi investor global yang mencari lokasi usaha yang efisien[17]. Dari sisi nilai, aliran modal FDI ke Dubai juga mencapai rekor. Pada 2024, modal FDI greenfield (investasi baru) mencapai AED 52 miliar, meningkat 33% dari tahun sebelumnya dan menempatkan Dubai di peringkat ke-4 dunia untuk penerimaan modal FDI greenfield, hanya di belakang Phoenix (AS), Singapura, dan Tokyo[18]. Prestasi ini menunjukkan bahwa kebijakan dan iklim usaha Dubai mampu bersaing dengan kota-kota besar dunia dalam menarik investasi baru.
Lebih jauh lagi, investasi yang masuk turut menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ekosistem bisnis lokal. Sepanjang 2024, diperkirakan 58.680 lapangan kerja baru tercipta di Dubai melalui proyek-proyek FDI, naik 51% dibanding tahun sebelumnya[19]. Pertumbuhan kesempatan kerja ini mencerminkan bagaimana pemerintah secara aktif mengembangkan tenaga kerja terampil dan menarik talenta global, yang pada gilirannya makin meningkatkan daya tarik Dubai sebagai pusat ekonomi dunia[19]. Berbagai sektor berteknologi tinggi juga mendapatkan porsi besar dari investasi asing tersebut, sejalan dengan fokus Dubai pada inovasi. Pada tahun 2021, sekitar 66% dari total FDI ke Dubai mengalir ke sektor teknologi tingkat menengah-tinggi (seperti IT, software, teknologi finansial), proporsi yang sangat tinggi dan menandakan keberhasilan Dubai membangun ekosistem inovasi[20]. Meskipun proporsi ini sedikit menyesuaikan di tahun-tahun berikutnya (sekitar 53% di 2024), namun teknologi tetap menjadi pusat rencana ekonomi Dubai[20]. Pemerintah Dubai secara jelas mengarahkan kebijakan ekonomi untuk menarik startup dan perusahaan inovatif; program seperti Expand North Star misalnya, rutin digelar untuk mempertemukan startup dan investor global[21]. Fokus ini konsisten dengan agenda ekonomi jangka panjang Dubai yang akan dibahas pada bagian lain.
Singkatnya, kepemimpinan visioner dan kebijakan pemerintah Dubai yang pro-bisnis telah menciptakan fondasi kokoh bagi iklim usaha yang kondusif. Regulasi yang ramah investor (mulai dari kemudahan pendirian usaha, kepemilikan asing penuh, hingga jaminan repatriasi modal), didukung stabilitas politik serta birokrasi yang efisien, membuat Dubai unggul sebagai lokasi pilihan bagi ekspansi bisnis internasional. Kombinasi antara reformasi struktural dan dukungan aktif pemerintah ini berimplikasi langsung pada melonjaknya arus investasi dan proyek usaha di Dubai, memperkuat reputasinya sebagai salah satu pusat bisnis global paling dinamis saat ini.
Infrastruktur Modern dan Kemajuan Teknologi
Salah satu pilar utama yang menjadikan Dubai menarik bagi penduduk dan pelaku bisnis adalah infrastruktur kelas dunia yang dimilikinya. Dubai telah berinvestasi besar-besaran dalam pembangunan infrastruktur fisik maupun digital, sehingga menawarkan fasilitas modern yang mendukung berbagai aktivitas ekonomi dan meningkatkan kenyamanan hidup. Dari jaringan transportasi, telekomunikasi, hingga utilitas, Dubai telah menetapkan standar tinggi di kawasan Timur Tengah.
Di sektor transportasi, Dubai memiliki prasarana yang sangat maju. Bandar Udara Internasional Dubai (DXB) adalah salah satu bandara tersibuk di dunia. Per tahun 2023, DXB terhubung dengan 262 destinasi di 104 negara, dilayani oleh 102 maskapai internasional[22]. Secara keseluruhan, lebih dari 8.500 penerbangan per minggu beroperasi melalui Dubai, menghubungkan kota ini ke lebih dari 270 destinasi di seluruh benua[23]. Konektivitas udara yang luar biasa ini menempatkan Dubai sebagai global aviation hub strategis, memudahkan pelaku bisnis dan wisatawan untuk mencapai Dubai maupun bepergian ke berbagai penjuru dunia melalui Dubai. Bahkan, sebelum pandemi, DXB secara konsisten menduduki peringkat #1 dunia dalam jumlah penumpang internasional. Lalu lintas penumpang telah pulih pasca pandemi; pada 2023, DXB melayani 87 juta penumpang, menunjukkan pemulihan dan pertumbuhan yang kuat[24]. Bandara Dubai tidak hanya berfungsi sebagai gerbang ke Timur Tengah, tetapi juga penghubung utama antara Eropa, Asia, dan Afrika, menjadikannya titik transit favorit bagi perjalanan antar-benua.
Selain bandara, infrastruktur pelabuhan dan logistik Dubai juga unggul. Pelabuhan Jebel Ali di Dubai merupakan salah satu pelabuhan kontainer tersibuk di dunia dan terbesar di Timur Tengah, berperan sebagai pintu gerbang perdagangan regional. Jaringan jalan raya di Dubai dibangun lebar dan modern, termasuk jalan Sheikh Zayed yang ikonis membentang di tengah kota. Meskipun populasi dan jumlah kendaraan meningkat pesat, pemerintah berupaya mengatasi kemacetan dengan terus memperluas jalan dan membangun infrastruktur transportasi publik. Dubai Metro, yang diluncurkan tahun 2009, adalah sistem metro otomatis tanpa masinis pertama di kawasan Teluk. Metro ini menghubungkan area-area vital kota dan terus diperpanjang rutenya, memberikan alternatif transportasi publik yang bersih dan efisien. Selain metro, terdapat sistem tram di kawasan Marina, jaringan bus terpadu, serta taksi yang terintegrasi dengan aplikasi ride-hailing modern. Menurut laporan WEF, sistem transportasi di UEA (termasuk Dubai) termasuk salah satu yang termodern di dunia[12], menunjukkan tingginya kualitas infrastruktur transportasi yang mendukung mobilitas masyarakat dan kelancaran bisnis.
Kemajuan teknologi di Dubai juga sangat menonjol, seiring ambisi kota ini menjadi smart city terdepan. Pemerintah Dubai telah menerapkan inisiatif Smart Dubai yang bertujuan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan layanan publik dan kualitas hidup. Salah satu hasilnya, Dubai menjadi salah satu kota pertama yang menerapkan layanan pemerintahan elektronik dan digital secara luas. Banyak layanan pemerintah (dari perpanjangan visa, pembayaran tagihan, hingga perizinan usaha) dapat diakses melalui platform daring atau aplikasi, mengurangi birokrasi tatap muka. Pada 2021, pemerintah Dubai mengumumkan target untuk menjadi pemerintahan tanpa kertas (paperless government), dimana semua transaksi dan dokumen pemerintah beralih ke platform digital. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pelayanan publik, tetapi juga menciptakan ekosistem kota yang melek teknologi dan memudahkan penduduk maupun pebisnis dalam aktivitas sehari-hari.
Investasi Dubai dalam teknologi baru juga terlihat dari berbagai proyek percontohan. Misalnya, Dubai bereksperimen dengan teknologi mobil otonom dan drone taksi untuk transportasi masa depan. Otoritas Jalan dan Transportasi Dubai (RTA) telah menguji coba taksi terbang drone dan kendaraan swakemudi di jalanan terbatas. Di sektor keamanan, kota ini menerapkan kamera pengawas cerdas bertenaga AI dan teknologi pengenalan wajah di area publik, meningkatkan kapabilitas pemantauan keamanan kota[3]. Inovasi seperti ini, selain meningkatkan keamanan (yang akan dibahas di bagian selanjutnya), juga menempatkan Dubai di garis depan adopsi teknologi smart city global.
Infrastruktur telekomunikasi UEA tergolong paling maju di kawasan. Cakupan jaringan 4G LTE mencapai hampir seluruh populasi, dan Dubai termasuk kota pertama di dunia yang menggelar jaringan 5G secara komersial. Laporan global menunjukkan UEA berada di peringkat atas untuk kecepatan internet broadband maupun seluler. Infrastruktur digital yang mumpuni ini sangat menunjang sektor e-commerce, fintech, dan ekonomi digital yang berkembang di Dubai. Tak mengherankan jika sektor teknologi informasi dan komunikasi menjadi salah satu penerima investasi terbesar. Data FDI Dubai menunjukkan porsi signifikan (lebih dari setengah pada puncaknya) dari investasi asing masuk ke sektor teknologi menengah dan tinggi[20]. Hal ini mencerminkan keyakinan investor bahwa infrastruktur teknologi Dubai mampu mendukung pertumbuhan bisnis berbasis inovasi.
Selain infrastruktur fisik dan digital, fasilitas perkotaan lain di Dubai dibangun dengan standar tinggi. Dubai memiliki jaringan listrik dan air yang andal dengan sedikit gangguan, bahkan dalam kondisi beban puncak (misalnya musim panas). Pasokan energi juga semakin diarahkan ke sumber terbarukan; Dubai membangun Taman Surya Mohammed bin Rashid Al Maktoum, salah satu kompleks pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia, sebagai bagian dari upaya menyediakan energi bersih bagi kota. Dalam hal fasilitas bisnis, Dubai menawarkan banyak gedung perkantoran modern, pusat konvensi bertaraf internasional (seperti Dubai World Trade Centre), dan zona komersial yang dirancang khusus untuk industri tertentu (misalnya kawasan Dubai Internet City, Dubai Media City yang dilengkapi infrastruktur TI canggih untuk perusahaan di sektor terkait).
Secara keseluruhan, keunggulan infrastruktur dan teknologi di Dubai memberikan fondasi kuat bagi dunia usaha dan kenyamanan hidup. Bagi perusahaan multinasional, fasilitas logistik yang efisien dan infrastruktur komunikasi yang handal di Dubai mempermudah operasi regional dan global mereka. Sementara bagi penduduk, tersedianya transportasi publik modern, layanan digital, serta utilitas kota yang andal meningkatkan kualitas hidup secara signifikan. Infrastruktur kelas dunia ini tak lepas dari visi pemerintah yang berorientasi jangka panjang, memastikan Dubai mampu mengakomodasi pertumbuhan ekonomi dan demografis di masa depan. Pada akhirnya, reputasi Dubai sebagai kota berinfrastruktur maju menjadi faktor kunci yang menarik investor, ekspatriat profesional, maupun wisatawan untuk datang dan menetap.
Keunggulan Geografis dan Konektivitas Global
Secara geografis, Dubai memiliki posisi yang sangat strategis di peta dunia. Terletak di pantai Teluk Persia, Dubai berada di persimpangan antara Asia, Eropa, dan Afrika. Lokasi inilah yang sejak dulu menjadikan Dubai pusat perdagangan regional, dan kini dimanfaatkan untuk peran yang lebih besar sebagai hub global. Keunggulan geografis Dubai memberikan keuntungan waktu dan jarak tempuh yang unik: sekitar dua pertiga populasi dunia dapat dijangkau dalam penerbangan kurang dari delapan jam dari Dubai[25]. Artinya, dari Dubai seseorang dapat terbang ke kota-kota utama di Eropa, Asia Selatan, Asia Timur, hingga sebagian Afrika dalam waktu relatif singkat. Time-zone Dubai (GMT+4) juga berada di tengah-tengah zona Asia dan Eropa, sehingga jam kerja di Dubai tumpang tindih dengan jam kerja di kedua belahan (pagi di Eropa bersamaan siang di Dubai, sementara sore di Dubai bersamaan malam di Asia Timur). Hal ini memudahkan komunikasi bisnis lintas zona waktu.
Konektivitas global Dubai paling terlihat dari sektor penerbangannya. Maskapai penerbangan Emirates, berbasis di Dubai, tumbuh menjadi salah satu maskapai internasional terbesar di dunia dengan jaringan rute yang sangat luas. Emirates melayani penerbangan langsung ke lebih dari 150 destinasi di enam benua, memanfaatkan kekuatan armada jarak jauh seperti Airbus A380 dan Boeing 777. Ditambah dengan maskapai berbiaya rendah milik pemerintah Dubai, Flydubai, kota ini terhubung ke ratusan kota termasuk destinasi-destinasi sekunder. Menurut data resmi, pada awal 2025 terdapat lebih dari 100 maskapai yang beroperasi di Dubai, menghubungkan kota ini dengan lebih dari 270 destinasi di seluruh dunia[23]. Kombinasi Emirates dan Flydubai menciptakan jaringan rute terpadu yang menghubungkan kota-kota besar maupun kecil di Eropa, Asia, Afrika, bahkan Amerika, melalui hub Dubai. Sebagai contoh, Emirates mengoperasikan penerbangan nonstop dari Dubai ke kota-kota seperti London, Paris, New York, Sydney, hingga Sao Paulo. Rute-rute jarak jauh ini dimungkinkan berkat lokasi Dubai yang memungkinkan penerbangan non-stop ke hampir semua destinasi global dengan pesawat modern.
Efek dari konektivitas udara ini bagi dunia bisnis sangat besar. Banyak perusahaan multinasional memilih mendirikan kantor regional di Dubai karena dari sini eksekutif mereka dapat dengan mudah melakukan perjalanan bisnis ke negara-negara tetangga di Timur Tengah, ke Eropa, Asia, bahkan Afrika dalam waktu singkat. Dubai menjadi semacam titik temu (meeting point) internasional. Misalnya, perusahaan yang menarget pasar Asia dan Eropa dapat berkantor di Dubai dan mengatur pertemuan regional di sini karena delegasi dari kedua benua tersebut bisa mencapai Dubai dalam separuh hari perjalanan. Tidak heran jika Dubai sering menjadi tuan rumah konferensi dan pameran dagang internasional, memanfaatkan aksesibilitas globalnya. Dubai World Trade Centre, misalnya, setiap tahun menggelar ratusan pameran dan konvensi berskala global, karena peserta dari berbagai negara dapat datang dengan penerbangan langsung.
Selain transportasi udara, posisi Dubai yang menghadap Teluk juga menjadikannya pusat perdagangan laut. Pelabuhan Jebel Ali menyediakan akses ke jalur pelayaran internasional melalui Laut Arab dan Samudera Hindia. Pelabuhan ini melayani rute kapal dari Asia Timur (Cina, Jepang, Korea), Asia Selatan (India, Pakistan), Afrika, hingga rute ke Eropa (via Terusan Suez). Dengan fasilitas pelabuhan peti kemas raksasa dan zona logistik di sekitarnya, Jebel Ali menjadi simpul distribusi barang regional. Bagi perusahaan manufaktur atau logistik, keberadaan pelabuhan kelas dunia ini adalah nilai tambah karena impor bahan baku maupun ekspor produk jadi dapat dilakukan dengan cepat ke banyak destinasi.
Konektivitas tidak hanya soal fisik, tetapi juga aliran informasi dan modal. Dalam era ekonomi global, Dubai juga berperan sebagai pusat penghubung keuangan dan data. Dubai memiliki beberapa kabel komunikasi bawah laut yang mendarat di UAE, menghubungkan jaringan internet antara Eropa dan Asia. Selain itu, zona keuangan seperti Dubai International Financial Centre (DIFC) telah terkoneksi dengan jaringan perbankan internasional, memudahkan arus modal lintas negara. DIFC sendiri berfungsi sebagai hub bagi banyak bank global, perusahaan asuransi, dan manajer aset yang melayani kawasan Timur Tengah-Afrika-Asia Selatan (MEASA). Dengan demikian, dana investasi dari berbagai belahan dunia dapat dialirkan ke proyek di wilayah ini melalui Dubai, dan sebaliknya keuntungan bisnis di kawasan dapat ditransfer ke investor global dengan infrastruktur finansial yang ada.
Keunggulan geografis Dubai juga dimanfaatkan pemerintah melalui inisiatif diplomasi ekonomi. Dubai secara aktif mengembangkan koridor dagang baru ke negara-negara berkembang yang potensial. Sebagai contoh, Dubai Economic Agenda D33 (yang akan dibahas kemudian) mencanangkan inisiatif Dubai Economic Corridors 2033 untuk mempererat hubungan dagang dengan 400 kota di Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Latin[26]. Hal ini bertujuan menjadikan Dubai pusat rantai pasok yang menghubungkan pasar-pasar di negara berkembang dengan pasar global. Contohnya, banyak perusahaan Afrika yang menjadikan Dubai sebagai basis distribusi produk mereka ke Eropa/Asia, dan sebaliknya perusahaan Asia memanfaatkan Dubai untuk ekspansi ke Afrika, berkat jaringan transportasi dan perbankan Dubai yang terhubung ke kedua kawasan tersebut.
Secara keseluruhan, lokasi strategis dan konektivitas global Dubai memberikan nilai tambah besar bagi pelaku usaha dan juga penduduk. Bagi bisnis, Dubai menawarkan akses langsung ke pasar global — baik untuk perdagangan barang, mobilitas tenaga kerja, maupun pelayanan jasa ke berbagai negara. Bagi individu, terutama ekspatriat, lokasi Dubai memudahkan pulang-pergi ke negara asal atau bepergian wisata ke destinasi internasional, karena banyak pilihan penerbangan. Konektivitas ini pula yang membantu Dubai berkembang menjadi kota kosmopolitan; orang dari berbagai bangsa mudah datang dan pergi, menciptakan aliran pertukaran budaya dan ide yang dinamis. Dengan menempatkan diri sebagai penghubung antar-benua, Dubai telah memantapkan posisinya sebagai simpul utama dalam jaringan perdagangan dan perjalanan dunia. Keunggulan ini jelas berkontribusi menjadikan Dubai salah satu destinasi utama untuk tinggal dan berbisnis secara global.
Budaya, Gaya Hidup, dan Keamanan
Dubai menawarkan perpaduan unik antara budaya lokal dan gaya hidup kosmopolitan yang sangat menarik bagi penduduk internasional. Sekitar 200 kebangsaan berbeda hidup berdampingan di Dubai, menjadikannya salah satu kota dengan keragaman budaya tertinggi di dunia. Hanya sekitar 11-12% populasi UEA adalah warga negara Emirat[27][1], sisanya adalah ekspatriat dari Asia Selatan, Asia Tenggara, Eropa, Amerika, Timur Tengah lain, hingga Afrika. Keragaman demografis ini menciptakan lingkungan multikultural di mana berbagai bahasa, agama, dan tradisi berinteraksi. Bahasa Inggris digunakan secara luas sebagai lingua franca di sektor bisnis dan pelayanan sehari-hari, memudahkan komunikasi bagi pendatang dari luar (selain bahasa Arab yang merupakan bahasa resmi). Bagi ekspatriat, kemudahan berbahasa dan menemukan komunitas senegara merupakan faktor penting kenyamanan tinggal. Di Dubai, terdapat komunitas besar penduduk asal India, Pakistan, Filipina, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok, dan banyak lagi, lengkap dengan restoran, toko, sekolah, dan tempat ibadah yang sesuai kebutuhan masing-masing kelompok. Misalnya, sekolah kurikulum Britania dan IB untuk ekspatriat Barat, sekolah India dan Pakistan bagi diaspora Asia Selatan, gereja dan kuil (Hindu, Sikh) bagi pemeluk agama non-Muslim, semuanya tersedia di Dubai. Pemerintah UEA mengizinkan beroperasinya rumah ibadah berbagai agama (meski dengan aturan tertentu), mencerminkan toleransi beragama di Dubai yang relatif tinggi dibanding kota-kota lain di kawasan Teluk.
Gaya hidup di Dubai sering digambarkan sebagai mewah, modern, namun juga nyaman bagi keluarga. Kota ini terkenal dengan pusat perbelanjaan megah, gedung pencakar langit ikon seperti Burj Khalifa, hotel-hotel bintang lima, serta berbagai atraksi hiburan kelas dunia. Bagi mereka yang menyukai kehidupan urban, Dubai menyediakan restoran fine-dining dengan koki internasional, pantai-pantai publik yang terawat, taman hiburan (Dubai Parks, IMG Worlds), hingga tempat hiburan malam dan beach club. Kalender acara Dubai juga dipenuhi festival belanja (Dubai Shopping Festival, Dubai Summer Surprises), konser musik artis global, event olahraga (tur PGA, turnamen tenis ATP/WTA, turnamen rugby internasional, balap kuda Dubai World Cup), dan pameran budaya. Hal ini memastikan selalu ada kegiatan bagi penduduk dari berbagai minat. Sementara itu, bagi keluarga, Dubai menawarkan lingkungan yang relatif ramah anak: banyak sekolah internasional berkualitas, taman bermain dan taman kota, serta fasilitas kesehatan unggulan. Layanan kesehatan di Dubai bertaraf internasional dengan banyak rumah sakit akreditasi JCI, menjadikannya destinasi wisata medis di kawasan.
Keamanan merupakan salah satu daya tarik utama Dubai, baik bagi penduduk maupun investor. Tingkat kriminalitas di Dubai sangat rendah untuk ukuran kota global. Survei menunjukkan Dubai secara konsisten berada di jajaran teratas kota teraman dunia. Sebagai contoh, indeks keamanan versi Numbeo menempatkan Dubai di peringkat ke-7 dunia pada tahun 2023 dengan skor indeks keamanan ~83,6[28]. Bahkan laporan Safest Cities 2025 dari CEOWORLD memasukkan dua kota UEA (Dubai dan Ras Al Khaimah) di 10 besar kota teraman global[29]. Hal ini sejalan dengan data pemerintah yang menyebut tingkat kejahatan serius di Dubai sangat rendah. Pada tahun 2022, tingkat kejahatan serius di kota ini hanya 33,4%, yang diklaim sebagai terendah di dunia[30]. Praktisnya, penduduk merasa aman berjalan sendirian di malam hari di sebagian besar area kota.
Tingginya tingkat keamanan di Dubai dapat dicapai berkat kombinasi kebijakan hukum yang tegas, investasi teknologi keamanan, dan inisiatif kepolisian yang efektif. Pemerintah UEA menerapkan hukum yang ketat terhadap kejahatan serius seperti narkoba, kekerasan, atau pencurian, dengan penegakan hukum yang cepat. Selain itu, infrastruktur kota dilengkapi jaringan CCTV dan pengawasan canggih. Dubai dikenal menerapkan sistem smart surveillance dengan kamera AI di banyak sudut kota, yang membantu mencegah dan mengungkap tindak kriminal[3]. Contoh nyatanya, seluruh tol dan jalan protokol dipantau kamera kecepatan dan CCTV, area publik seperti mal dan taman diawasi petugas keamanan serta kamera. Pemerintah Abu Dhabi (ibukota UEA) bahkan diakui karena sukses mempertahankan status kota teraman selama 9 tahun berturut-turut menurut Numbeo, sebagian berkat advanced surveillance, community policing, dan rapid response systems[31][32]. Strategi serupa diterapkan di Dubai, yang bersama Abu Dhabi, Sharjah, dan emirat lain berhasil menempatkan 5 kota UEA di jajaran 10 kota teraman dunia pada 2025[33][3]. Pendekatan keamanan nasional UEA yang komprehensif ini memastikan standar keamanan tinggi di semua emirat, termasuk Dubai.
Keamanan yang terjamin berdampak luas pada kualitas hidup dan iklim bisnis. Bagi penduduk, rasa aman meningkatkan kesejahteraan sehari-hari. Keluarga dapat beraktivitas tanpa was-was, anak-anak dapat pergi ke sekolah atau bermain di luar dengan risiko minimal, wanita dapat bepergian sendiri dengan aman – hal-hal yang menjadi pertimbangan penting saat memilih kota tempat tinggal. Bahkan survei Gallup Global Law and Order 2023 menempatkan UEA di antara negara-negara tertinggi dimana penduduk merasa aman berjalan sendirian di malam hari, dengan tingkat kepercayaan publik >90%[34]. Lingkungan yang aman ini juga berkontribusi menjadikan Dubai sebagai kota yang liveable. Dalam Indeks Global Liveability 2024 (Economist Intelligence Unit), Dubai dan Abu Dhabi memperoleh skor tinggi untuk stabilitas (yang mencakup keamanan), selain juga peningkatan di sektor layanan kesehatan dan pendidikan[35][36]. Stabilitas dan keamanan jelas merupakan komponen penting daya tarik kota bagi ekspatriat.
Bagi komunitas bisnis dan investor asing, catatan keamanan Dubai memberikan jaminan dan rasa percaya dalam menjalankan usaha. Iklim yang stabil dan aman artinya risiko gangguan bisnis akibat kriminalitas atau kerusuhan sangat rendah. Investor global melihat Dubai sebagai tempat yang aman untuk menyelenggarakan konferensi dan menyimpan aset. Bahkan, Times of India mencatat bahwa reputasi keamanan Abu Dhabi–Dubai meningkatkan daya tarik emirat ini sebagai lokasi markas multinasional dan pusat investasi global[37]. Hal ini karena perusahaan tentu lebih memilih beroperasi di lingkungan di mana karyawan ekspatriat mereka merasa nyaman dan aman, dan aset perusahaan terlindungi. Sektor pariwisata juga diuntungkan oleh citra aman; wisatawan cenderung memilih destinasi yang stabil untuk perjalanan bisnis maupun liburan.
Meskipun Dubai merupakan bagian dari negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan budaya konservatif, kehidupan sosial di Dubai relatif terbuka dan moderat jika dibandingkan dengan beberapa negara Teluk lainnya. Pemerintah lokal menerapkan kebijakan toleran dalam batas tertentu: misalnya, memperbolehkan ekspatriat non-Muslim untuk mengonsumsi alkohol di tempat berlisensi, mengizinkan perayaan keagamaan non-Islam (Natal, Diwali) di komunitas masing-masing, serta berpakaian dengan gaya barat di area umum dengan etika sopan. Namun, tetap ada aturan norma yang dijaga (seperti larangan tindakan asusila di depan umum, pembatasan tertentu pada kebebasan berekspresi politik, dll.), yang justru oleh beberapa ekspatriat dianggap positif karena menjaga ketertiban. Banyak ekspat Eropa menyatakan hidup di Dubai terasa “lebih mudah dan teratur” – tidak ada pajak tinggi, layanan publik cepat, lingkungan bersih, dan tingkat kejahatan rendah, sehingga hidup terasa lebih ringan dan tidak penuh stres dibanding di kota asal mereka[38]. Kalimat seorang pengusaha asing merangkum hal ini: “Di Dubai, jalanan bersih, layanan serba cepat, lingkungan aman – Anda bisa berjalan malam tanpa khawatir. Dengan tidak adanya pajak penghasilan, uang Anda juga lebih bermanfaat; hidup di sini terasa lebih fokus dan kurang rumit”[38]. Testimoni semacam ini umum di kalangan ekspatriat yang telah merasakan tinggal di Dubai, yang menggambarkan kualitas hidup di kota ini sebagai kombinasi kemudahan hidup modern dan kenyamanan.
Secara ringkas, budaya dan gaya hidup kosmopolitan yang ditopang keamanan tinggi menjadikan Dubai pilihan ideal bagi banyak orang dari berbagai negara. Di satu sisi, penduduk dapat merasakan pengalaman hidup internasional – berinteraksi dengan berbagai budaya, menikmati fasilitas kelas dunia, dan mengejar karier global. Di sisi lain, mereka mendapatkan keuntungan tinggal di kota dengan tingkat kriminalitas sangat rendah dan tatanan sosial yang stabil. Kombinasi langka ini (kosmopolitan namun aman) membuat Dubai unggul dibanding banyak megapolitan dunia lainnya. Aspek budaya dan keamanan yang positif ini tidak hanya menarik individu dan keluarga, tapi juga menjadi selling point bagi perusahaan yang hendak relokasi atau ekspansi, karena mereka tahu para staf dan aset mereka akan berada di tempat yang aman dan nyaman.
Insentif Pajak dan Zona Ekonomi Bebas
Daya tarik Dubai sebagai surga bisnis juga berkaitan erat dengan kebijakan pajak yang sangat menguntungkan dan keberadaan berbagai zona ekonomi bebas (free zones) yang menawarkan insentif khusus. UEA, termasuk Dubai di dalamnya, sejak lama dikenal sebagai tax haven moderat karena beban pajak yang rendah bagi korporasi maupun individu. Selama bertahun-tahun, tidak ada pajak penghasilan pribadi yang dikenakan di UEA. Artinya, individu yang bekerja di Dubai dapat menikmati 100% gaji mereka tanpa potongan pajak penghasilan, suatu hal yang sangat langka di kebanyakan negara. Hal ini menjadi magnet kuat, terutama bagi profesional dan entrepreneur dari negara-negara dengan pajak tinggi. Para pendiri startup dan ekspatriat dari Eropa, misalnya, menjadikan nol pajak penghasilan di Dubai sebagai “penyelamat” bagi keuangan mereka, dibanding harus membayar tarif pajak pribadi 30-50% di negara asal[39]. Selain itu, tidak ada pajak keuntungan modal (capital gains tax) maupun pajak kekayaan di UEA[40]. Bagi investor, ini berarti keuntungan dari penjualan aset atau investasi bisa dinikmati penuh tanpa pajak. Kebijakan ini menjadikan Dubai sangat atraktif untuk lokasi holding perusahaan atau investasi properti, karena keuntungan yang diperoleh tidak tergerus pajak.
Di sisi pajak korporasi, UEA hingga sangat baru tidak memberlakukan pajak pendapatan badan usaha (corporate income tax) di luar sektor minyak dan perbankan. Baru pada tahun 2023, UEA memperkenalkan pajak korporasi federal sebesar 9%. Namun demikian, tarif 9% ini masih tergolong salah satu yang terendah di dunia, dan bahkan hanya dikenakan atas laba di atas AED 375.000 (sekitar USD 100.000)[41]. Bisnis kecil dengan laba di bawah ambang tersebut pada praktiknya tetap bebas pajak. Selain itu, pemerintah menjamin berbagai insentif seputar penerapan pajak baru ini, termasuk pengecualian bagi entitas di zona bebas yang tidak bertransaksi di pasar lokal. Maka, meski ada pajak korporat, struktur aturannya masih mendukung UEA sebagai destinasi ramah pajak. Sebagai perbandingan, tarif pajak badan di banyak negara maju berkisar 20-30% atau lebih. Di Eropa, misalnya, pendiri perusahaan harus menghadapi pajak korporasi ~25% ditambah pajak dividen, PPN, dan beban-beban lain[39]. Di Dubai, pajak korporasi efektif bisa 0-9% saja, tanpa pajak dividen. Jelas ini perbedaan besar yang secara signifikan meningkatkan net profit usaha di Dubai dibanding di yurisdiksi berpajak tinggi[39].
Selain pajak penghasilan dan korporasi yang nihil atau sangat rendah, UEA juga menerapkan tarif pajak tidak langsung yang rendah. Pajak pertambahan nilai (PPN/VAT) baru diperkenalkan pada 2018 dengan tarif hanya 5%, jauh lebih rendah daripada standar Eropa (PPN 20% ke atas). Tidak ada pajak penjualan selain VAT tersebut. Impor barang ke UEA dikenai bea impor yang relatif rendah atau bahkan 0% untuk banyak kategori, terutama bila masuk melalui zona bebas. Daftar ini dilengkapi dengan tidak adanya pajak properti tahunan (property tax) untuk hunian, tidak ada pemotongan jaminan sosial dari gaji ekspat, dan tidak ada pajak warisan. Secara keseluruhan, beban pajak total (total tax burden) di UEA sangat minimal dibanding hampir semua negara maju maupun berkembang.
Keunggulan insentif pajak Dubai makin dipertegas oleh keberadaan free trade zones atau zona perdagangan bebas. Dubai merupakan pionir dalam mendirikan zona ekonomi khusus di kawasan Timur Tengah. Zona bebas Jebel Ali (JAFZA) didirikan tahun 1985, menjadi zona bebas pertama di UEA. Kini, terdapat puluhan zona ekonomi bebas di Dubai yang masing-masing fokus pada sektor tertentu, misalnya: Dubai International Financial Centre (DIFC) untuk sektor finansial, Dubai Internet City untuk ICT dan startup digital, Dubai Media City untuk industri media dan kreatif, Dubai Multi Commodities Centre (DMCC) untuk perdagangan komoditas dan logistik, Dubai Airport Free Zone (DAFZA) di area bandara untuk perdagangan ekspor-impor, Dubai Silicon Oasis untuk teknologi, dan banyak lagi[42]. Setiap free zone memiliki pengelola (Free Zone Authority) dan aturan tersendiri yang mendukung industri terkait.
Beroperasi di dalam zona bebas memberikan sederet keuntungan bagi investor asing. Pertama, perusahaan yang terdaftar di zona bebas dapat dimiliki 100% oleh asing (tanpa memerlukan mitra lokal) – keistimewaan yang dulu tidak berlaku di luar zona hingga aturan 2021 keluar. Kedua, zona bebas menawarkan pembebasan pajak perusahaan selama periode tertentu. Umumnya, perusahaan zona bebas dibebaskan dari pajak korporasi selama 15 tahun, dan periode ini dapat diperpanjang 15 tahun lagi[43]. Mengingat UEA kini memiliki pajak 9%, perusahaan di zona bebas yang memenuhi syarat dapat terus menikmati 0% pajak setidaknya sampai masa insentifnya habis. Ketiga, tidak ada pajak impor/ekspor bagi barang yang masuk-keluar melalui zona bebas (100% bebas bea impor-ekspor)[44]. Hal ini menurunkan biaya bahan baku dan logistik bagi manufaktur atau distribusi di zona tersebut. Keempat, tidak ada pembatasan repatriasi modal dan keuntungan – perusahaan bebas mengirim kembali modal atau profit ke negara asal tanpa restriksi[13]. Ini penting bagi investor asing karena menjamin fleksibilitas pengelolaan keuangan. Kelima, free zone biasanya menyediakan infrastruktur siap pakai dan layanan administrasi terpadu, mulai dari penyediaan kantor/gudang, layanan visa sponsorship bagi karyawan asing, hingga kemudahan proses perizinan (dengan dokumentasi minim dan berbahasa Inggris)[45]. Bahkan beberapa zona bebas membantu dalam rekrutmen tenaga kerja dan penyediaan akomodasi karyawan[45], sehingga investor dapat fokus pada menjalankan bisnis.
Keberadaan lebih dari 20.000 perusahaan di zona-zona bebas seluruh UEA (data hingga beberapa tahun lalu) menunjukkan popularitas skema ini[46]. Di Dubai sendiri, DMCC telah berkembang menjadi zona bebas dengan perusahaan terbanyak di dunia. DMCC menampung lebih dari 24.000 perusahaan anggota per 2023, dengan spesialisasi mulai dari perdagangan batu mulia, energi, hingga startup blockchain dan AI[47]. Pada tahun 2022 saja, DMCC menarik 3.049 perusahaan baru, rekor tertinggi tahunannya, dan di 2023 menambah 2.692 perusahaan lagi[48]. Bahkan, DMCC berkontribusi sekitar 15% dari total proyek FDI di Dubai selama dua tahun terakhir[48], menandakan peran pentingnya dalam menjaring investasi asing. Zona bebas lain seperti Dubai World Trade Centre Authority (fokus pada fintech, blockchain, AI) juga diakui secara global; laporan fDi Intelligence – Global Free Zone Awards 2024 menobatkan DMCC dan Dubai World Trade Centre Authority sebagai “leading knowledge zones” terbaik dunia[47]. Penghargaan ini mengukuhkan posisi zona bebas Dubai di kancah internasional sebagai model kawasan khusus yang sukses menarik investasi dan mendorong diversifikasi ekonomi.
Bagi entrepreneur dan perusahaan rintisan kecil, Dubai juga menawarkan ragam opsi yang fleksibel terkait pendirian perusahaan. Selain zona bebas, pemerintah meluncurkan inisiatif seperti Dubai Unified License (Lisensi Terpadu Dubai) yang direncanakan di bawah agenda D33[49]. Skema ini nantinya memungkinkan bisnis memperoleh identitas komersial tunggal yang berlaku lintas zona ekonomi, sehingga operasional antar zona/onshore lebih sederhana. Bahkan untuk perorangan seperti pekerja lepas (freelancer) atau konsultan, beberapa free zone (contoh: twofour54 Abu Dhabi, Dubai GoFreelance) menyediakan visa dan lisensi freelancer dengan biaya terjangkau, memfasilitasi profesional independen untuk tinggal dan bekerja di UEA.
Dengan iklim pajak dan insentif seperti di atas, tidak mengherankan Dubai dijuluki sebagai salah satu surga pajak dunia bagi individu kaya dan perusahaan. Laporan migrasi kekayaan oleh Henley & Partners mengonfirmasi tren ini. Pada tahun 2024, UEA (dipimpin oleh Dubai) diproyeksikan akan menarik migrasi bersih tertinggi orang-orang kaya dunia, dengan estimasi 6.700 jutawan (netto) pindah masuk dalam setahun[50]. Angka net inflow jutawan ini merupakan yang terbesar secara global, melampaui negara-negara tradisional tujuan kaya seperti Swiss atau Singapura, dan kontras dengan net outflow jutawan di negara seperti Tiongkok (-15.200) dan India (-4.300), bahkan Inggris (-9.500)[50]. (Tabel berikut menggambarkan 5 negara teratas dengan arus masuk/keluar jutawan pada 2024 menurut Henley & Partners).
Top 5 Net Inflow (2024) | +Jutawan | Top 5 Net Outflow (2024) | −Jutawan |
Uni Emirat Arab (Dubai)** | +6.700 | Tiongkok | -15.200 |
Amerika Serikat | +3.800 | Inggris | -9.500 |
Singapura | +3.500 | India | -4.300 |
Kanada | +3.200 | Korea Selatan | -1.200 |
Australia | +2.500 | Rusia | -1.000 |
<p style=”text-align:center; font-size:90%”>Tabel: Negara dengan arus masuk/keluar jutawan tertinggi 2024 (sumber data: Henley & Partners [50])</p> |
Data di atas menunjukkan bahwa UEA (terutama Dubai) kini dipandang sebagai lokasi ideal bagi orang-orang kaya dunia untuk relokasi, mengalahkan destinasi klasik seperti Swiss. Alasan utamanya jelas: gaya hidup mewah yang ditawarkan Dubai tanpa beban pajak tinggi, ditambah stabilitas dan keamanan yang sudah dibahas sebelumnya. Laporan tersebut juga menggarisbawahi bahwa jutawan yang pindah ke Dubai bukan sekadar “pensiun pasif”, melainkan para profesional dan pengusaha strategis yang membawa serta bisnis, tim, dan investasi mereka[51][52]. Banyak di antara mereka adalah pemilik bisnis dari Tiongkok yang menghadapi regulasi domestik lebih ketat, investor Asia Tenggara yang ingin diversifikasi aset, taipan dari negara bergejolak (seperti Turki, Argentina) yang menghindari depresiasi mata uang, serta keluarga kaya dari Eropa/Amerika yang melihat Dubai sebagai basis aman untuk perencanaan kekayaan multi-generasi[53][54]. Dengan kata lain, kebijakan pajak dan insentif Dubai berhasil menarik modal dan manusia berbakat dari berbagai belahan dunia yang mencari tempat berbisnis dan berlindung aset yang kondusif.
Sebagai penutup bagian ini, dapat disimpulkan bahwa struktur pajak rendah dan fasilitas zona ekonomi bebas merupakan salah satu fondasi terpenting daya tarik Dubai di mata pebisnis internasional. Bagi perusahaan, beroperasi di Dubai berarti biaya pajak minimal, kemudahan kepemilikan dan repatriasi keuntungan, serta dukungan infrastruktur dari zona khusus. Bagi individu berpenghasilan tinggi, tinggal di Dubai berarti mampu menikmati hasil jerih payah tanpa terpotong pajak besar, suatu proposisi yang sangat menggiurkan terlebih jika dikombinasikan dengan kualitas hidup premium yang tersedia. Efek jangka panjangnya, Dubai telah menjadi magnet kekayaan global — sebuah pusat di mana modal finansial dan manusia berkumpul untuk tumbuh tanpa hambatan fiskal yang kerap ditemukan di tempat lain.
Reputasi Internasional dan Persepsi Global terhadap Dubai
Reputasi Dubai di kancah internasional telah berevolusi secara dramatis seiring pertumbuhannya. Dahulu dipandang sebelah mata sebagai “kota oasis” di padang pasir, Dubai kini dikenal luas sebagai simbol kemewahan, inovasi, dan peluang tanpa batas. Persepsi positif ini tidak hanya dimiliki oleh masyarakat di kawasan Timur Tengah, tetapi juga oleh publik dan media di Eropa, Amerika, Asia, serta belahan dunia lainnya. Berikut akan diuraikan bagaimana berbagai kawasan memandang Dubai sebagai peluang bisnis maupun tempat tinggal, disertai faktor-faktor yang melatarbelakanginya.
Pandangan dari Eropa: Bagi banyak orang Eropa, Dubai identik dengan tax haven modern dan tempat untuk menikmati gaya hidup yang tidak bisa mereka dapatkan di negara asal. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan signifikan migrasi pengusaha dan profesional Eropa ke Dubai. Salah satu penyebab utamanya adalah kekecewaan terhadap iklim bisnis di Eropa sendiri: pajak yang tinggi, regulasi birokratis, dan biaya hidup yang mahal[55][38]. Sebuah artikel bisnis di Inggris bahkan berjudul “High Taxes, Low Patience: Why European Entrepreneurs Are Moving Their Businesses to Dubai”, menggambarkan tren para founder startup Eropa yang “habis kesabaran” terhadap pajak 25% atau lebih di negara seperti Prancis, Jerman, Belanda, lalu memilih memindahkan perusahaan ke Dubai[39]. Bagi mereka, perbandingan pajak sangat kontras: di Dubai pajak perusahaan hanya 9% dan pajak penghasilan nol[40]. Selain itu, di Eropa sering dikeluhkan prosedur mendirikan usaha yang lambat dan regulasi yang berubah-ubah, sedangkan di Dubai semuanya serba cepat dan stabil. Salah satu entrepreneur Inggris yang pindah ke Dubai berujar bahwa proses mendirikan perusahaan di sana “bisa hitungan hari secara online” dan kemudahan ini menjadi daya tarik besar[6]. Ia juga menyoroti bahwa aturan kepemilikan 100% asing (tanpa sponsor lokal) dan adanya banyak free zone dengan fasilitas perkantoran dan dukungan spesifik industri membuat Dubai memang “dibangun untuk bisnis”[56]. Hal senada banyak diungkapkan komunitas ekspatriat Eropa di Dubai: mereka menghargai bagaimana Dubai menawarkan lifestyle unggul (cuaca hangat, restoran kelas dunia, komunitas ekspat besar) namun juga lingkungan profesional yang kondusif (perpaduan unik yang sulit ditemukan di kota Eropa pada umumnya).
Tak dapat dipungkiri, bagi sebagian warga Eropa, citra Dubai juga melekat dengan kemewahan dan status. Banyak figur publik, atlit, dan selebriti Eropa kerap berkunjung atau memiliki properti di Dubai, memperkuat image kota ini sebagai destinasi glamor. Media Eropa sering menampilkan berita tentang rekor dunia di Dubai – dari gedung tertinggi (Burj Khalifa), mal terbesar, hingga pulau buatan termewah (Palm Jumeirah) – yang semua membentuk persepsi bahwa Dubai adalah kota “superlatif” yang penuh hal-hal terbesar dan terbaik. Meski ada pula kritik di media Eropa mengenai isu hak buruh migran atau kebebasan sipil di Dubai, secara umum daya tarik ekonominya sering kali mengalahkan kritik tersebut di benak para investor. Apalagi, pasca Brexit, sejumlah pengusaha Inggris mencari basis baru di luar UE dan sebagian melirik Dubai karena kemudahan bisnis dan penerimaan globalnya.
Sebuah laporan migrasi kekayaan Eropa mencatat eksodus jutawan dari Inggris belakangan ini, diikuti lonjakan yang pindah ke UEA[57][58]. Henley & Partners melaporkan bahwa tahun 2023 Inggris mengalami net outflow 1.600 jutawan (digadang sebagai “exodus”), sementara UEA justru net inflow ribuan[59][60]. The National (media UEA berbahasa Inggris) menulis bahwa permintaan kuat dari Inggris, India, Rusia, Asia Tenggara, dan Afrika memperkuat status UEA sebagai surga kekayaan[61]. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa dari perspektif Eropa (Inggris dan negara lain), Dubai/UEA kini dipandang sebagai wealth haven yang aman dan menguntungkan, terlebih di tengah gejolak ekonomi global. Pendek kata, bagi banyak orang Eropa, Dubai menawarkan solusi atas “kelelahan” terhadap sistem di rumah: di Dubai mereka menemukan iklim bisnis bebas pajak, pelayanan efisien, serta kualitas hidup tinggi dengan iklim hangat dan keamanan terjamin – hal-hal yang mungkin sulit mereka dapatkan bersamaan di negara sendiri.
Pandangan dari Amerika Serikat: Bagi kalangan Amerika, Dubai mungkin tidak sepopuler bagi Eropa atau Asia, mengingat jarak geografis dan fakta bahwa warga AS tetap dikenai pajak oleh pemerintahnya meski tinggal di luar negeri. Namun, Dubai tetap memiliki reputasi positif sebagai pusat bisnis Timur Tengah dan destinasi ekspatriat. Banyak perusahaan AS, terutama di sektor minyak, kedirgantaraan, teknologi, dan keuangan, memiliki kantor regional di Dubai atau di Abu Dhabi, tapi sering menjadikan Dubai sebagai basis operasi karena lingkungan kota yang lebih kosmopolitan. Multinasional AS memuji stabilitas politik dan ekonomi, infrastruktur hebat, serta absennya kejahatan terorisme di UEA sebagai alasan menempatkan kantor di sana[62]. Kedubes AS di UEA mencatat bahwa perusahaan multinasional menyoroti stabilitas politik-ekonomi UEA, infrastruktur yang unggul, pasar modal maju, serta ketiadaan ancaman keamanan yang berarti sebagai daya tarik utama[62]. Hal-hal ini penting bagi kepentingan Amerika yang menilai UEA sebagai sekutu stabil di kawasan. Selain itu, kemitraan ekonomi AS-UEA sangat kuat; AS merupakan salah satu mitra dagang terbesar UEA dan sebaliknya UEA juga banyak investasi di AS[63]. Di mata investor Amerika, Dubai adalah pintu gerbang ke pasar Timur Tengah dan Asia Selatan yang relatif aman dan bersahabat dengan Barat.
Secara budaya, orang Amerika yang tinggal di Dubai umumnya menikmati fasilitas yang mirip standar AS: mal besar, toko merek global, komunitas eksekutif ekspat yang homogen, dan penggunaan bahasa Inggris luas. Salah satu majalah perjalanan bahkan memasukkan Dubai dalam daftar destinasi terbaik bagi ekspatriat Amerika untuk pindah atau pensiun, karena infrastruktur unggul dan lingkungan bersih serta efisien[64]. Ada puluhan ribu warga AS di UEA, dengan perkiraan sekitar 50.000 tinggal di Dubai/Abu Dhabi. Bagi mereka, kendala utamanya mungkin iklim panas musim panas dan perbedaan budaya (norma hukum yang ketat misal terkait alkohol atau pergaulan). Namun banyak juga yang melihat Dubai sebagai petualangan karier internasional dengan benefit finansial signifikan. Perusahaan-perusahaan AS di Dubai (seperti di Dubai Internet City atau DIFC) menarik ekspatriat dari Amerika dengan paket gaji bebas pajak, akomodasi disediakan, dan pengalaman global. Apresiasi terhadap Dubai di kalangan profesional muda Amerika meningkat seiring cerita sukses startup dan inovasi di sana. Apalagi Dubai belakangan gencar mempromosikan sektor teknologi dan menjadi tuan rumah event seperti Gitex Global, World Government Summit, yang sering dihadiri tokoh dan perusahaan AS. Dengan kata lain, meski publik Amerika secara umum mungkin mengenal Dubai sebatas destinasi wisata mewah (melalui iklan pariwisata di CNN misalnya), di kalangan bisnis Amerika Dubai diakui sebagai lokasi yang kondusif untuk mengembangkan pasar Timur Tengah dan memanfaatkan pusat finansialnya yang berkelas dunia[65].
Pandangan dari Asia (termasuk Asia Selatan, Asia Timur): Bagi negara-negara di Asia, terutama Asia Selatan, Dubai sudah sejak lama akrab didengar. India, Pakistan, Bangladesh, Filipina telah menjadi pemasok tenaga kerja terbesar ke Dubai sejak dekade 1970-an. Maka di satu sisi, Dubai dipandang sebagai sumber lapangan kerja dan remitansi. Jutaan pekerja migran Asia telah meraih kesejahteraan keluarga lewat bekerja di Dubai di sektor konstruksi, jasa, maupun profesional. Namun belakangan, persepsi Asia terhadap Dubai bukan hanya sebagai tempat “cari nafkah” untuk pekerja, tapi juga sebagai pusat bisnis modern dan destinasi investasi. Kaum elit dan kelas menengah Asia kini melihat Dubai sebagai alternatif menarik untuk relokasi atau ekspansi usaha.
Contoh paling nyata adalah India. Hubungan India dengan Dubai sangat erat; warga keturunan India merupakan komunitas ekspatriat terbesar di UEA, mencapai sekitar 3,5-4 juta orang[66]. Bagi banyak orang India, Dubai adalah perpanjangan dari kisah sukses diaspora mereka – kota di mana pengusaha India mendirikan bisnis, membangun properti, dan terlibat di komunitas. Media India sering meliput pencapaian Dubai, misalnya tentang Expo 2020 Dubai yang sukses atau rekor konstruksi terbaru di sana, dengan nada bangga seolah itu keberhasilan “tetangga dekat”. Persepsi publik India cenderung positif; Times of India bahkan menulis soal keberhasilan Abu Dhabi dan Dubai menjaga keamanan publik yang bisa jadi pelajaran bagi dunia[31][3]. Selain itu, investor India kian melirik properti Dubai sebagai lahan investasi. Properti di Dubai dianggap prestisius dan harganya masih kompetitif dibanding Mumbai atau Delhi jika dilihat kualitasnya. Laporan menyebutkan India termasuk salah satu sumber investasi properti terbesar di Dubai, dan hal ini didorong oleh citra Dubai yang aman, kosmopolit, serta relatif dekat jaraknya (hanya ~3 jam penerbangan dari Mumbai).
Bagi Asia Timur dan Tenggara, Dubai sedang naik daun sebagai hub bisnis luar negeri. Orang Tiongkok, misalnya, belakangan aktif mendirikan kantor atau memindahkan aset ke Dubai. Alasan utamanya, menurut analisis Middle East Briefing, adalah perubahan regulasi domestik di Tiongkok yang mendorong pebisnis mencari lokasi offshore aman[67]. Dubai menawarkan stabilitas politik dan kemudahan yang dicari. Bank-bank dan institusi keuangan Tiongkok pun memperluas operasi di DIFC Dubai. Demikian pula, pengusaha dari Vietnam, Indonesia, dan negara Asia Tenggara lain mulai menjadikan Dubai basis diversifikasi investasi, terutama ketika ekonomi lokal menghadapi ketidakpastian[68]. Dubai gencar menarik wisatawan Tiongkok dan Asia dengan menyediakan fasilitas seperti kawasan Chinatown di Dubai, komunikasi dalam bahasa Mandarin, hingga kemudahan visa. Sebelum pandemi, turis Tiongkok dan Asia Tenggara ke Dubai melonjak, menunjukkan minat yang meningkat atas kota ini sebagai destinasi. Jadi, di mata masyarakat Asia, Dubai makin diakui sebagai kota global yang tidak hanya milik orang Arab atau Barat, tetapi juga ramah bagi Asia.
Pandangan kawasan Teluk/Timur Tengah: Meskipun pertanyaan berfokus global, penting dicatat bahwa di lingkungan regionalnya, Dubai telah lama menjadi acuan dan kebanggaan. Bagi banyak orang Arab di Timur Tengah, Dubai ibarat bukti nyata bahwa kota Arab bisa maju sejajar dengan metropolitan Barat. Wisatawan dari negara Teluk tetangga membanjiri Dubai untuk liburan, berbelanja, dan hiburan (karena beberapa negara tetangga lebih konservatif, mereka datang ke Dubai untuk menikmati suasana yang lebih bebas). Dubai dipandang sebagai trend-setter dalam gaya hidup di dunia Arab. Kesuksesan Dubai juga menginspirasi kota-kota lain seperti Riyadh (Saudi) atau Doha (Qatar) untuk mengikuti jejak membangun pusat bisnis dan hiburan, meski sejauh ini Dubai masih terdepan dari segi skala dan keragaman.
Secara umum, citra internasional Dubai saat ini adalah sebuah kota global yang makmur, aman, dan penuh peluang – meskipun tentu ada bayang-bayang kritik, misalnya tentang ketimpangan atau isu buruh migran. Akan tetapi, dari sudut pandang ekonomi, reputasi Dubai sangat positif. Laporan Bank of America menyebut Dubai tengah tumbuh menjadi hub finansial dan teknologi yang menarik talenta dan investasi top dunia[65]. Media bisnis Forbes pernah menyoroti Dubai sebagai magnet baru bagi orang kaya dunia, menekankan bahwa ribuan jutawan pindah ke sana mengalahkan tujuan tradisional seperti AS atau Swiss[69]. Sementara itu, media Asia seperti China Briefing menulis “Dubai has evolved from a luxury stopover to a global stronghold for high-net-worth individuals (HNWIs)”, dengan peningkatan 98% populasi milioner di UAE dalam dekade terakhir[70]. Angka-angka seperti ini disebarluaskan dan membentuk persepsi bahwa Dubai adalah tempat “para pemenang” berkumpul.
Pada aspek lain, penyelenggaraan acara internasional besar di Dubai turut mengangkat citranya. Expo 2020 (diadakan pada 2021 karena pandemi) sukses mendatangkan 24 juta pengunjung dari seluruh dunia dan memamerkan Dubai sebagai kota inovatif yang menyambut bangsa-bangsa. Demikian juga, Dubai akan menjadi tuan rumah konferensi iklim PBB COP28 pada akhir 2023, menandakan kepercayaan dunia kepada UEA untuk memimpin diskusi global. Capaian semacam ini mengokohkan persepsi bahwa Dubai bukan pemain pinggiran, melainkan pusat kegiatan global.
Sebagai kesimpulan bagian ini, persepsi global terhadap Dubai secara mayoritas adalah positif dan penuh kekaguman terhadap pencapaiannya. Eropa melihat Dubai sebagai alternatif segar dari belitan pajak dan birokrasi, Amerika menganggapnya mitra stabil di Timur Tengah, Asia menilainya gerbang peluang dan destinasi modern, sementara dunia Arab bangga menjadikannya role model kemajuan. Reputasi internasional Dubai sebagai kota kosmopolitan, aman, dan pro-bisnis membuatnya terus dilirik sebagai land of opportunity. Tentu, tantangan seperti biaya hidup tinggi di Dubai atau soal regulasi sosial tetap ada, namun sejauh ini hal-hal tersebut tidak menghalangi arus masuk investasi dan manusia. Persepsi positif ini justru cenderung semakin kuat dengan adanya visi masa depan yang ambisius dari pemerintah Dubai, yang akan diuraikan berikutnya.
Strategi Jangka Panjang Pemerintah Dubai (Dubai 2040 dan Agenda D33)
Dubai tidak hanya bersandar pada keberhasilan saat ini, tetapi juga memiliki rencana jangka panjang yang jelas untuk memastikan kota ini tetap menarik dan berkelanjutan di masa depan. Pemerintah telah meluncurkan berbagai visi strategis, di antaranya Dubai 2040 Urban Master Plan dan Dubai Economic Agenda D33, yang menjadi peta jalan perkembangan Dubai dalam beberapa dekade mendatang. Strategi-strategi ini berperan penting dalam mempertahankan dan meningkatkan daya tarik Dubai, baik sebagai kota hunian berkualitas maupun pusat ekonomi global.
Dubai 2040 Urban Master Plan: Diluncurkan pada tahun 2021, Rencana Induk Urban Dubai 2040 adalah cetak biru komprehensif untuk pembangunan kota hingga tahun 2040. Inti dari Dubai 2040 adalah menjadikan Dubai “kota terbaik di dunia untuk dihuni” dengan menitikberatkan pada peningkatan kualitas hidup, keberlanjutan lingkungan, dan penyebaran pertumbuhan yang seimbang[71]. Beberapa tujuan kunci Dubai 2040 antara lain: memperbarui kawasan urban lama (Deira, Bur Dubai) dan mengembangkan dua pusat urban baru (di sekitar Expo 2020 dan Dubai Silicon Oasis)[72]; menggandakan luas ruang hijau dan area rekreasi kota[73]; melipatgandakan (134% peningkatan) lahan untuk kegiatan pariwisata, serta meningkatkan lahan untuk komersial hingga 168 km²[74]; meningkatkan porsi kawasan alam dan cagar alam hingga mencakup 60% area emirat[73]; juga memperpanjang panjang garis pantai publik hingga 400%[75]. Target-target ini menunjukkan fokus pada aspek liveability kota: lebih banyak taman, pantai, ruang terbuka hijau, serta fasilitas pendidikan dan kesehatan (+25% luas lahan) pada tahun 2040[75]. Dengan lingkungan fisik yang hijau, indah, dan sehat, Dubai ingin memastikan penduduk merasakan kualitas hidup tertinggi.
Rencana 2040 juga mengedepankan mobilitas berkelanjutan. Ditekankan pengembangan jaringan transportasi massal yang nyaman agar penggunaan transportasi umum, jalan kaki, dan sepeda meningkat[76]. Tujuannya menciptakan kota yang ramah pejalan kaki dan mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi, sehingga lingkungan lebih bersih. Selain itu, Rencana 2040 selaras dengan prioritas ekonomi Dubai. Tercantum bahwa rencana tata ruang akan mendukung prioritas ekonomi strategis dan sektor baru, serta mendorong investasi ke sektor-sektor tersebut[77]. Artinya, pembangunan kota (misal zonasi lahan, infrastruktur) akan diarahkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di sektor yang diinginkan, seperti pariwisata, layanan keuangan, teknologi, dsb.
Yang menarik, Rencana 2040 disusun dengan semangat keberlanjutan budaya: ada inisiatif untuk melestarikan warisan budaya dan memperkuat keterikatan warga terhadap lingkungan bersejarah[78]. Ini mencakup revitalisasi distrik lama agar tetap hidup dan relevan, sehingga di tengah modernitas, Dubai tak kehilangan jati diri historisnya. Keterlibatan warga Emirat juga diperhatikan, misalnya melalui pengembangan perumahan terjangkau bagi warga lokal dan integrasi mereka dalam komunitas yang tersebar (tidak terisolasi). Secara keseluruhan, Dubai 2040 memberikan sinyal kepada investor dan penduduk bahwa Dubai serius menjadi kota berkelanjutan dan human-centric. Peningkatan ruang hijau dan fasilitas umum akan membuat Dubai semakin nyaman dihuni, yang pada gilirannya menarik lebih banyak profesional global untuk tinggal jangka panjang. Bagi pebisnis, rencana ini menjamin bahwa pertumbuhan kota akan diimbangi dengan infrastruktur dan lingkungan yang memadai, sehingga ekspansi bisnis bisa berjalan selaras dengan perkembangan kota.
Dubai Economic Agenda D33: Pada 4 Januari 2023, Sheikh Mohammed bin Rashid (Penguasa Dubai) meluncurkan Agenda Ekonomi Dubai yang dikenal sebagai “D33”. Inisiatif ini bernama D33 karena bertepatan dengan target tahun 2033 (10 tahun dari peluncuran) dan juga melambangkan ambisi menggandakan ukuran ekonomi Dubai[79]. Visi utama D33 adalah melipatduakan ekonomi Dubai dalam dekade berikutnya, serta menempatkan Dubai dalam jajaran tiga besar kota utama dunia dalam hal investasi, kualitas hidup, dan daya saing ekonomi[80]. Untuk mencapai hal tersebut, D33 mencakup 100 proyek transformasional yang akan digulirkan secara bertahap hingga 2033[79].
Beberapa target konkret yang dicanangkan di bawah D33 sangat impresif. Total sasaran nilai ekonomi yang ingin dicapai adalah AED 32 triliun (sekitar USD 8,7 triliun) selama 10 tahun[79]. Dubai juga menargetkan peningkatan kumulatif perdagangan luar negerinya hingga AED 25,6 triliun selama periode itu[81] – angka yang mencerminkan ekspansi masif dalam peran Dubai sebagai pusat perdagangan global. Dari sisi investasi, D33 mematok target akumulasi FDI masuk lebih dari AED 650 miliar hingga 2033[81]. Ini berarti rata-rata harus menarik investasi asing sekitar AED 65 miliar per tahun, melanjutkan tren kenaikan FDI yang sudah dibahas sebelumnya. Pencapaian ini akan didukung dengan mengidentifikasi 400 kota di seluruh dunia sebagai mitra dagang kunci dalam inisiatif Dubai Economic Corridors 2033[26]. Dengan memperluas jejaring kota mitra, Dubai ingin menggali pasar-pasar baru di Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara yang mungkin selama ini kurang tergarap, sehingga diversifikasi pasar tercapai.
Agenda D33 tidak hanya berorientasi pada angka makro, tetapi juga mencakup program-program spesifik untuk mendorong inovasi dan pemberdayaan ekonomi. Beberapa inisiatif kunci dalam D33 di antaranya[82][83]:
- Dubai Economic Corridors 2033: seperti disebut, memperluas koridor perdagangan dengan kota-kota di Afrika, Latin Amerika, Asia Tenggara untuk meningkatkan hubungan bisnis Dubai secara global[84].
- Dubai Traders Project: program untuk mendukung para pedagang dan pelaku UKM Dubai dalam sektor-sektor industri yang sedang tumbuh, agar mereka lebih berdaya saing di pasar global[85].
- Dubai Unified License: skema lisensi terpadu untuk pelaku usaha di zona ekonomi, memberikan identitas komersial unik sehingga bisnis bisa beroperasi lintas zona dengan mudah[49].
- Sandbox Dubai: menjadikan Dubai sebagai inkubator raksasa untuk inovasi, di mana inventor dan perusahaan dapat menguji coba dan mengkomersialkan teknologi baru di kota ini dengan dukungan pemerintah[86]. Ini akan menarik para inovator global ke Dubai.
- Dubai Project (proyek pendidikan): menjadikan Dubai hub pendidikan global dengan menarik kampus-kampus top dunia dan mendukung 400 perusahaan dalam pengembangan kapasitas UKM[87]. Ambisinya termasuk mendirikan universitas kelas dunia dan program untuk melahirkan unicorn
- Program penciptaan Unicorn & integrasi tenaga kerja Emirat: membantu 30 perusahaan di berbagai industri agar tumbuh menjadi “unicorn” (startup valuasi >USD 1 miliar)[88], serta mendorong 65.000 anak muda Emirat masuk ke sektor swasta[89]. Langkah ini untuk memastikan keberlanjutan inovasi sekaligus meningkatkan partisipasi penduduk lokal dalam ekonomi modern.
Dengan kombinasi proyek di atas, D33 berupaya mengubah struktur ekonomi Dubai agar lebih inovatif, berkelanjutan, dan inklusif. Bagi investor asing, D33 berarti peluang baru di berbagai bidang – mulai dari infrastruktur perdagangan, teknologi, pendidikan, hingga pasar digital. Komitmen melahirkan unicorn dan mendatangkan kampus top, misalnya, akan membuat ekosistem startup dan SDM berpengetahuan di Dubai makin kuat, yang ujungnya menarik modal ventura dan perusahaan teknologi global datang (suatu siklus positif). D33 juga memperlihatkan keseriusan Dubai menjaga pertumbuhan jangka panjang di atas rata-rata dunia. Bahkan IMF memproyeksikan ekonomi UEA tumbuh 4-5% per tahun hingga 2026[90], angka yang sehat untuk ekonomi yang sudah maju seperti Dubai. Inflasi diestimasi tetap rendah (~2%), menciptakan lingkungan makro yang stabil[90].
Dari sisi daya tarik tinggal, banyak aspek D33 dan Dubai 2040 yang saling melengkapi: D33 memastikan ekonomi terus bertumbuh dan lapangan kerja tercipta, sementara 2040 memastikan kota tetap nyaman dihuni di tengah pertumbuhan tersebut. Misalnya, jika D33 sukses melahirkan ribuan pekerjaan baru di sektor teknologi dan menarik talenta global, Rencana 2040 telah menyiapkan kota dengan perumahan, transportasi, dan fasilitas publik yang memadai untuk menyerap populasi baru (diproyeksi populasi Dubai naik dari 3,3 juta di 2020 menjadi 5,8 juta pada 2040)[91]. Pemerintah memperkirakan pada 2040 Dubai akan dihuni 7,8 juta penduduk (mungkin termasuk komuter), dan semua rencana diarahkan agar kota tidak kolaps dengan populasi sebesar itu[91].
Bagi komunitas internasional, strategi jangka panjang ini juga memberi pesan penting: kepemimpinan Dubai berpikir jauh ke depan dan berkomitmen menjadikan kota ini tetap relevan secara global. Para investor dapat yakin bahwa Dubai tidak akan berhenti berinovasi atau membiarkan infrastrukturnya usang. Sebaliknya, ada jaminan perencanaan bahwa dalam 10-20 tahun ke depan, Dubai akan semakin hijau, cerdas, dan terintegrasi global. Ini meningkatkan kepercayaan jangka panjang. Contohnya, agenda D33 yang menargetkan Dubai di top 3 kota dunia menunjukkan ambisi besar, tapi juga menjadi pemacu kebijakan konkret. Salah satu target D33 yang mungkin tidak tertulis eksplisit tapi tersirat adalah menjadikan Dubai top 3 city for talent. Hal ini disampaikan di situs Invest in Dubai bahwa D33 bertujuan menjadikan Dubai salah satu dari 3 kota teratas untuk tinggal, investasi, dan bekerja di dunia[80]. Jadi orientasinya bukan semata GDP, tapi juga daya tarik kualitas hidup dan peluang karier. Ini sangat relevan bagi profesional asing: mereka tahu pemerintah ingin mereka betah tinggal (tidak hanya datang sementara).
Langkah-langkah seperti Golden Visa 10 tahun, inisiatif visa pensiun, visa remote work satu tahun[92], semuanya sejalan dengan visi itu – mempermudah orang untuk menjadikan Dubai rumah jangka panjang. Jika visi 2040 dan D33 tercapai, Dubai kemungkinan akan bertransformasi dari expatriate city yang sering dianggap transit, menjadi kota global permanen di mana generasi baru mungkin menetap dan berkeluarga. Bagi dunia usaha, hal ini berarti kestabilan suplai tenaga kerja berbakat dan konsumen berdaya beli di Dubai akan berkelanjutan.
Secara ringkas, strategi jangka panjang seperti Dubai 2040 dan Agenda D33 memperkuat posisi Dubai di masa depan. Investasi besar-besaran pada keberlanjutan kota, diversifikasi ekonomi, inovasi, dan pengembangan sumber daya manusia lokal maupun asing menandakan bahwa daya tarik Dubai bukanlah fenomena sementara. Sebaliknya, Dubai bertekad menjadi pemimpin global di era ekonomi baru. Bagi calon penduduk maupun investor, adanya rencana jangka panjang ini bak jaminan garansi bahwa memilih Dubai adalah pilihan yang aman untuk dekade mendatang – kota ini tidak akan redup, malah kian bersinar dengan proyek-proyek transformasionalnya.
Penutup
Perjalanan Dubai menjadi salah satu destinasi paling menarik di dunia untuk tinggal dan berbisnis merupakan hasil dari visi jauh ke depan, kebijakan strategis, serta kemampuan beradaptasi dalam menghadapi tantangan global. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa daya tarik Dubai bersifat multi-dimensi dan saling mendukung satu sama lain. Kebijakan pemerintah yang pro-bisnis memberikan dasar bagi iklim investasi yang unggul, terbukti dari derasnya aliran modal dan proyek asing yang masuk ke Dubai dalam beberapa tahun terakhir. Infrastruktur modern dan kemajuan teknologi menjamin aktivitas ekonomi dapat berlangsung efisien dan masyarakat memperoleh kenyamanan hidup kelas dunia. Keunggulan geografis dan konektivitas global menempatkan Dubai di pusat peta perdagangan dan perjalanan internasional, memudahkan interaksi bisnis lintas benua serta mobilitas penduduk internasional. Sementara itu, budaya kosmopolitan, gaya hidup mewah namun aman menjadikan Dubai lingkungan yang menarik bagi profesional dan keluarga dari berbagai negara – sebuah metropolis di mana keragaman dirayakan tanpa mengorbankan keamanan dan keteraturan.
Lebih lanjut, insentif pajak yang rendah dan jaringan zona ekonomi bebas menawarkan keuntungan finansial konkret bagi perusahaan dan individu, menjadikan Dubai kompetitif secara unik dalam menarik dan mempertahankan bisnis global serta individu berpenghasilan tinggi. Dampaknya terlihat dari status Dubai/UEA sebagai magnet migrasi kekayaan dunia dewasa ini. Reputasi internasional Dubai pun kian positif; di mata banyak pengamat global, Dubai telah bertransisi menjadi model kota Timur Tengah yang sukses mengintegrasikan kemodernan dengan tradisi, dan mampu menjadi pemain kunci dalam ekonomi global. Persepsi positif dari Eropa, Amerika, Asia, hingga Afrika menciptakan umpan balik yang memperkuat posisi Dubai sebagai “land of opportunity” – semakin banyak orang datang mencari peluang, semakin Dubai berkembang dan memperkukuh reputasinya.
Yang terpenting, Dubai tidak berpuas diri dengan pencapaian saat ini. Strategi jangka panjang seperti Dubai 2040 Urban Master Plan dan Dubai Economic Agenda D33 menunjukkan bahwa pemerintah berkomitmen meningkatkan keunggulan kompetitif kota dalam jangka panjang. Fokus pada keberlanjutan, diversifikasi ekonomi, inovasi, dan kualitas hidup memastikan Dubai akan terus relevan dan memikat bagi generasi mendatang. Pembangunan kota yang terencana rapi dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif akan menjaga Dubai di puncak preferensi destinasi global, baik bagi pelaku bisnis yang mencari tempat terbaik untuk ekspansi maupun bagi individu yang menginginkan kehidupan kosmopolitan yang aman dan makmur.
Tentu, tantangan tetap ada. Dubai harus terus memantau isu seperti keterjangkauan hidup bagi semua lapisan, keseimbangan pembangunan dengan pelestarian lingkungan, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal. Namun, bila menilik rekam jejak beberapa dekade terakhir, Dubai telah berkali-kali membuktikan kemampuannya beradaptasi dan berinovasi menghadapi tantangan – mulai dari keterbatasan sumber daya air, fluktuasi harga minyak, krisis ekonomi global 2008, hingga pandemi COVID-19, semuanya berhasil dilalui dan justru memperkuat fondasi ekonomi Dubai yang lebih beragam.
Pada akhirnya, kombinasi faktor ekonomi, sosial, dan kebijakan yang dimiliki Dubai sulit ditandingi oleh kota lain secara bersamaan. Dubai menawarkan paket lengkap: stabilitas dan keamanan ala Swiss, kemudahan bisnis dan pajak ala Singapura, keragaman budaya ala New York, ditambah lokasi geografis sentral yang unik. Tak heran jika investor, pengusaha, hingga para profesional dari penjuru dunia terus berbondong-bondong menuju Dubai. Kota ini telah menjadi sebuah global city sejati – tempat di mana Timur bertemu Barat, tradisi bertemu modernitas, dan visi besar diwujudkan nyata.
Dari perspektif akademik, kisah sukses Dubai memberikan studi kasus bagaimana kebijakan pemerintah yang visioner dan terpadu dapat mentransformasi sebuah kota secara radikal dalam waktu relatif singkat. Dubai menunjukkan pentingnya perencanaan strategis, keterbukaan terhadap dunia luar, dan keberanian berinovasi dalam pembangunan ekonomi. Selama asas-asas ini dipertahankan, Dubai tampaknya akan terus bersinar sebagai salah satu destinasi paling menarik di dunia untuk tinggal dan berbisnis, tidak hanya hari ini tetapi juga untuk dekade-dekade mendatang.
Daftar Pustaka
- Galadari Law. (2023, January 4). Dubai government launches the Dubai Economic Agenda ‘D33’. Galadari Advocates & Legal Consultants. [79][84]
- Invest in Dubai. (2023). Dubai’s Economic Agenda “D33” aims to double the size of Dubai’s economy by 2033. InvestInDubai.gov.ae. [80]
- UAE Embassy in Washington DC. (2021). Starting a Business – Ease of Doing Business in the UAE. UAE-Embassy.org. [4][13]
- UAE Government. (2023, June 14). Dubai 2040 Urban Master Plan – Key Objectives. U.ae (Official Portal of UAE Government). [77][93]
- Seed Group. (2025, April). Dubai tops global foreign direct investment lists in 2024: Key sources driving its continued stability. SeedGroup.com. [18][17]
- Seed Group. (2025, April). Dubai tops global FDI – New jobs created through FDI. SeedGroup.com. [19]
- Travelling For Business. (2025, June 2). High Taxes, Low Patience: Why European Entrepreneurs Are Moving Their Businesses to Dubai. TravellingForBusiness.co.uk. [39][38]
- Times of India. (2025, July 21). Abu Dhabi tops global safety list: What the world can learn from UAE. TimesofIndia. [3][37]
- Global Media Insight. (2025). UAE Population Statistics 2025. GlobalMediaInsight.com. [27][1]
- The National News. (2025, June 24). UAE ranked world’s most popular wealth haven as UK millionaires depart. TheNationalNews.com. [58][61]
- China Briefing – Middle East. (2025, May 23). Dubai: Global Hotspot for Millionaire Migration and Wealth Relocation. China-Briefing.com. [52][50]
- Dubai Department of Economy & Tourism. (2023). Annual Visitor Report 2023 – Tourism Statistics. DubaiDET.gov.ae. [2]
- Gulf News. (2025). UAE ranked safest country in the world in 2025. GulfNews.com. [94]
- Gulf Business. (2023). By the numbers: Dubai International Airport is world’s busiest. GulfBusiness.com. [95]
- Henley & Partners. (2024). Henley Private Wealth Migration Report 2024. HenleyGlobal.com. [60]
- Bank of America. (2023). Dubai’s Growth as a Business, Financial, and Technology Hub. Business.BofA.com. [65]
[1] [27] [66] United Arab Emirates (UAE) Population Statistics 2025 | GMI
https://www.globalmediainsight.com/blog/uae-population-statistics/
[2] Tourism in Dubai – Wikipedia
https://en.wikipedia.org/wiki/Tourism_in_Dubai
[3] [31] [32] [33] [34] [36] [37] Abu Dhabi tops global safety list: What the World can learn from UAE | World News – Times of India
[4] [5] [11] [12] [13] [14] [42] [43] [44] [45] [46] Starting a Business | UAE Embassy in Washington, DC
https://www.uae-embassy.org/business-trade/getting-started
[6] [7] [8] [9] [21] [38] [39] [40] [55] [56] High Taxes, Low Patience: Why European Entrepreneurs Are Moving Their Businesses to Dubai
[10] [50] [51] [52] [53] [54] [60] [67] [68] [70] [90] Dubai Global Hotspot for Millionaire Migration and Wealth Relocation
[15] [16] [17] [18] [19] [20] [47] [48] Dubai tops global foreign direct investment lists in 2024: Key sources driving its continued stability | Seed Group
[22] Dubai International Airport completes recovery in 2023 as it exceeds …
[23] Dubai International Airport – Wikipedia
https://en.wikipedia.org/wiki/Dubai_International_Airport
[24] DXB smashes targets with 87 million guests in 2023, rising 31.7 …
https://mediaoffice.ae/en/news/2024/february/19-02/dxb-smashes-targets
[25] About Dubai
https://www.visitdubai.com/en/explore-dubai/about-dubai
[26] [49] [79] [81] [82] [83] [84] [85] [86] [87] [88] [89] Galadari Alerts: Dubai government launches the Dubai Economic Agenda ‘D33’ – Galadari Law
[28] Safety Index by City 2023 – Cost of Living
https://www.numbeo.com/crime/rankings.jsp?title=2023&displayColumn=1
[29] Ranked: Safest Cities in the World, 2025 – CEOWORLD magazine
https://ceoworld.biz/2025/05/12/ranked-safest-cities-in-the-world-2025/
[30] Is Dubai a safe city to live for expats? – Luxhabitat
https://www.luxhabitat.ae/the-journal/is-dubai-a-safe-city-to-live-for-espats/
[35] Abu Dhabi and Dubai ranked top livable cities in MENA
https://fastcompanyme.com/news/abu-dhabi-and-dubai-ranked-top-livable-cities-in-mena/
[41] 9 Low Tax Countries That Are Ideal for U.S. Expats
https://brighttax.com/blog/low-tax-countries-for-us-expats/
[57] [58] [61] [69] UAE ranked world’s most popular wealth haven as mass departure of UK millionaires continues | The National
https://www.thenationalnews.com/business/money/2025/06/24/uae-millionaires-dubai/
[59] These Are The Countries Where Wealthy People Want To … – Forbes
[62] 2023 Investment Climate Statements: United Arab Emirates
https://www.state.gov/reports/2023-investment-climate-statements/uae
[63] Economic – UAE Embassy in Washington, DC
https://www.uae-embassy.org/uae-us-cooperation/economic
[64] The 25 Best Countries for Americans to Move to, Live Abroad, or Retire
https://digitalnomads.world/tips/25-best-countries-for-americans-to-live-abroad/
[65] Dubai’s Growth as a Business, Financial, and Technology Hub
https://business.bofa.com/en-us/content/gis2025/dubai-as-a-global-hub.html
[71] [72] [73] [74] [75] [76] [77] [78] [93] Dubai 2040 Urban Master Plan | The Official Portal of the UAE Government
[80] [92] Why Invest in Dubai – Strategic Location & Growth Potential
https://www.investindubai.gov.ae/en/why-dubai
[91] Dubai 2040 | Urban Master Plan & Sustainable Development
[94] UAE ranked safest country in the world in 2025 – Gulf News
https://gulfnews.com/uae/government/uae-ranked-safest-country-in-the-world-in-2025-1.500207217
[95] By the numbers: Why Dubai International Airport is world’s busiest
https://gulfbusiness.com/by-the-numbers-why-dubai-international-airport-is-worlds-busiest/