Di antara sekian banyak pemikir Muslim kontemporer, nama Muhammad Abed al-Jabiri menempati posisi yang sangat unik. Ia bukan hanya seorang filsuf Arab yang lahir dari tradisi, tetapi juga seorang intelektual yang berani melakukan kritik radikal terhadap warisan epistemologis Islam. Bukunya Post-Tradisionalisme Islam merupakan karya monumental yang memperlihatkan bagaimana al-Jabiri menata ulang cara kita memandang tradisi, modernitas, dan problem metodologi dalam studi Islam.
Dalam dunia Muslim, tradisi sering kali menjadi medan pertarungan: antara mereka yang ingin melestarikannya sebagai benteng identitas dan mereka yang hendak mengkritiknya demi membuka ruang baru bagi modernitas. Al-Jabiri hadir dengan menawarkan jalan ketiga, yakni membedah tradisi dengan pisau rasionalitas, tanpa menafikan akar kultural yang membentuk identitas umat Islam. Buku ini terasa relevan bukan hanya bagi dunia Arab, tetapi juga bagi siapa saja yang berhadapan dengan tarik-menarik antara konservatisme dan progresivisme dalam Islam.
Membongkar Problem Metodologi
Al-Jabiri membuka diskusi dengan menggarisbawahi problem metodologi dalam membaca tradisi Islam. Baginya, tradisi bukan sekadar kumpulan teks yang diwariskan, melainkan ruang ideologis yang membentuk kesadaran kolektif umat. Ia menyinggung tiga metodologi besar yang selama ini digunakan: ideologis, orientalis, dan metodologi “kesadaran terbelah”. Kritiknya tajam: terlalu lama tradisi kita diperlakukan sebagai objek beku, padahal ia harus dibaca dalam dinamika sosial, politik, dan epistemologis.
Bahasa, Rasionalitas, dan Andalusia
Salah satu bagian paling menarik adalah analisis al-Jabiri tentang hubungan bahasa Arab dan struktur berpikir umat Islam. Ia menunjukkan bagaimana bahasa membentuk logika, pola pikir, hingga sistem epistemologi. Lebih jauh, al-Jabiri membawa kita ke Andalusia—Cordova dan Granada—sebagai panggung intelektual yang mempertemukan Islam dengan Barat. Di sana lahir Ibn Hazm, Ibn Rusyd, dan Ibn Khaldun, tokoh-tokoh yang dijadikan al-Jabiri sebagai bukti bahwa Islam tidak pernah alergi terhadap rasionalitas.
Andalusia menjadi cermin bagaimana peradaban Islam mampu berdialog dengan dunia luar tanpa kehilangan identitasnya. Refleksi ini seolah mengingatkan bahwa keterbukaan bukanlah ancaman, melainkan kekuatan.
Rasionalisme Islam – Ibn Rusyd dan Ibn Khaldun
Bab tentang rasionalisme Islam menjadi inti buku ini. Al-Jabiri membela posisi rasionalisme Ibn Rusyd yang sering dimarjinalkan dalam sejarah Islam. Menurutnya, rasionalisme bukan sekadar metode filsafat, melainkan jalan untuk membebaskan pemikiran Islam dari kungkungan dogmatisme. Tidak hanya Ibn Rusyd, al-Jabiri juga mengangkat Ibn Khaldun dengan analisis sosiologisnya tentang sejarah, serta al-Syathibi dengan maqashid syariah-nya yang visioner.
Bagi al-Jabiri, tokoh-tokoh ini adalah bukti bahwa Islam memiliki tradisi rasionalisme yang kaya dan otentik. Tugas kita hanyalah menggali kembali warisan itu dan membacanya dengan keberanian baru.
Problem Islam dan Modernitas
Di bagian akhir, al-Jabiri menantang pembaca dengan pertanyaan mendasar: apakah Islam dan modernitas adalah pilihan yang saling menegasikan, atau justru ruang yang bisa disintesiskan? Ia menolak dikotomi kaku antara tradisi dan modernitas. Yang ia tawarkan adalah rekonstruksi kesadaran: mengakui akar tradisi, tetapi sekaligus mengaktifkan potensi rasionalitas yang lama terabaikan.
Islam, menurut al-Jabiri, tidak harus menjadi benteng yang menutup diri, tetapi bisa menjadi rumah besar yang terbuka, dinamis, dan progresif.
Kesimpulan
Post-Tradisionalisme Islam bukan sekadar karya akademis, tetapi juga manifesto intelektual. Al-Jabiri mengajarkan bahwa Islam tidak pernah selesai dibaca. Ia adalah tradisi yang harus terus dibongkar, dikritik, dan direkonstruksi. Dengan gaya kritis dan analitis, al-Jabiri menantang kita untuk berani berpikir, bukan sekadar mewarisi.
Buku ini menjadi penting dibaca bagi siapa saja yang bergulat dengan pertanyaan tentang tradisi, modernitas, dan rasionalitas dalam Islam. Dan bagi pembaca yang ingin terus memperkaya khazanah intelektualnya, silakan jelajahi berbagai telaah buku di laman kami, www.kba13.com. Setiap ulasan di sana menghadirkan perspektif baru yang akan membuka ruang refleksi lebih luas dalam memahami dunia ilmu, budaya, dan agama.