Tari Saman Aceh: gerakan cepat, kompak, dan penuh energi yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, simbol kebanggaan dan identitas generasi muda Aceh.

Tari Saman Aceh: Warisan Budaya yang Mendunia dan Identitas Generasi Muda

Kalau saya ditanya apa yang langsung kebayang ketika orang luar nyebut Aceh, jawabannya pasti ada dua: kopi dan Tari Saman. Kalau kopi bisa kita nikmati di warkop atau coffee shop (yang sebelumnya sudah sering saya tulis), maka Tari Saman adalah sesuatu yang kita nikmati di panggung—baik itu di desa, di kota, maupun di level internasional.

Tari Saman berasal dari Gayo, salah satu wilayah di Aceh. Kalau kamu pernah nonton langsung, pasti tahu gimana vibes-nya: puluhan penari duduk berjejer rapi, gerakannya cepat banget, serempak, penuh energi, dan bikin penonton tepuk tangan tanpa henti. Yang bikin keren, Tari Saman nggak pakai musik modern. Semua iramanya datang dari tubuh: tepukan tangan, dada, paha, plus syair yang dilantunkan. Jadi yang kita rasakan bukan cuma tarian, tapi sebuah harmoni yang lahir dari tubuh manusia itu sendiri.

Saman dan Sejarahnya

Tari Saman pertama kali diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama dari Gayo. Awalnya, tarian ini bukan sekadar hiburan, tapi media dakwah. Melalui syair yang berisi pesan-pesan Islam dan gerakan kompak, Tari Saman mengajarkan nilai kebersamaan dan spiritualitas.

Seiring waktu, Tari Saman berkembang jadi tarian adat. Ia selalu hadir di acara-acara penting di Aceh: dari penyambutan tamu, festival budaya, sampai perayaan besar. Dan yang lebih membanggakan, Tari Saman juga sering tampil di panggung dunia.

See also  Flexing di Medsos: Antara Outfit Thrift, iPhone Baru, dan Budaya Anak Muda

Saya masih ingat waktu Asian Games beberapa tahun lalu, Tari Saman ikut dipertunjukkan di acara pembukaan. Rasanya luar biasa lihat budaya Aceh tampil di depan mata dunia. Itu semacam pengingat bahwa kita, anak Aceh, punya warisan yang nggak kalah keren dari budaya manapun di dunia.

Apa yang Bikin Tari Saman Unik?

Menurut saya, ada beberapa hal yang bikin Tari Saman beda dari tarian lain:

  • Gerakannya super cepat, energik, dan rapi banget.

  • Nggak ada alat musik, semua irama lahir dari tubuh dan suara.

  • Nggak ada pemain tunggal. Semuanya tampil bareng-bareng → simbol kebersamaan.

  • Maknanya dalam. Dari syair sampai gerakan, semua ada nilai religius dan budaya.

Bayangin aja, kalau satu orang telat sepersekian detik, seluruh formasi bisa kacau. Jadi Tari Saman benar-benar mengajarkan kekompakan. Buat saya, ini bukan cuma tarian, tapi juga pelajaran hidup: kalau kita pengen sukses, kita harus jalan bareng, saling jaga ritme, dan nggak bisa egois.

Tari Saman dan Dunia

Pada 2011, UNESCO resmi mengakui Tari Saman sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia. Itu momen yang bikin semua orang Aceh bangga. Karena artinya, Tari Saman nggak cuma milik Aceh atau Indonesia, tapi juga sudah diakui dunia sebagai warisan bersama umat manusia.

See also  Asal Muasal Nama Aceh: Jejak Sejarah, Perdagangan, dan Identitas Budaya

Sejak itu, Tari Saman makin sering dibawa ke event-event internasional. Dari Eropa sampai Asia, penonton selalu kagum dengan energi dan kekompakan penarinya. Bagi saya, ini bukti bahwa budaya bisa jadi “bahasa universal.” Tanpa harus ngerti syairnya, orang bisa tetap merasakan semangat dan kebersamaan dari Tari Saman.

Penutup

Tari Saman adalah bukti kalau Aceh punya pesona yang nggak lekang oleh waktu. Ia mengajarkan kita tentang kompak, disiplin, kebersamaan, dan rasa syukur lewat syair-syair yang penuh makna.

Bagi anak muda Aceh seperti saya, Tari Saman adalah identitas, kebanggaan, dan warisan yang harus terus dijaga. Karena lewat Tari Saman, Aceh nggak hanya dikenal sebagai daerah ujung barat Indonesia, tapi juga sebagai pusat budaya yang dihormati dunia.

Jadi, setiap kali nonton Tari Saman, saya selalu merasa: inilah Aceh, inilah kita, inilah kebanggaan yang harus diwariskan ke generasi berikutnya. 🌍

👉 Artikel ini ditulis oleh Qaishar, siswa kelas XII SMA Labschool Banda Aceh, yang mencoba merekam denyut budaya Aceh lewat tulisan—dari warkop, coffee shop, pulot, peusijuk, hingga Tari Saman yang mendunia.

About The Author


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *