Prof. Ibrahim Alfian dalam kenangan — sejarawan Aceh, kolektor buku, dan pendidik yang mengabdikan hidupnya pada sejarah dan masyarakat. Dari kampung Aceh hingga kampus UGM, dari perpustakaan pribadi hingga seminar akademik, jejak intelektual beliau abadi dalam warisan ilmu pengetahuan.

InsightTokoh dan Pemikiran

Prof. Ibrahim Alfian: Ayahanda Sejarah Aceh dan Warisan Intelektual yang Abadi

Prof. Ibrahim Alfian bukan hanya seorang akademisi, tetapi juga “ayahanda” bagi mahasiswa Aceh di Yogyakarta. Dengan ketekunan dan konsistensinya, beliau meletakkan dasar penting bagi studi sejarah Aceh, termasuk melalui karyanya tentang Perang Aceh dan pendirian Pusat Dokumentasi Aceh. Artikel ini adalah catatan reflektif tentang hubungan personal penulis dengan Prof. Ibrahim, pandangan beliau tentang sejarah, kecintaannya pada buku, hingga keprihatinannya terhadap pusaka Aceh yang dijual ke luar negeri. Kepergian beliau bukan sekadar kehilangan bagi Aceh, tetapi juga bagi dunia pendidikan Indonesia.

Wajah Ganda Indonesia: Dialektika Nilai Jawa dan Aceh | KBA13 Insight

Budaya dan MasyarakatInsight

Dialektika Aceh dan Jawa dalam Struktur Kultural Indonesia: Membaca Kuntowijoyo dan Charles Taylor

Indonesia lahir dari dialektika dua poros kultural: Jawa dan Aceh. Jawa menjadi basis kekuasaan, administrasi, dan politik modern, sementara Aceh mengukuhkan fondasi religiusitas dan legitimasi moral. Keduanya membentuk wajah ganda bangsa: sekuler dalam politik, religius dalam etika sosial. Melalui perspektif Kuntowijoyo tentang nilai sebagai sentimen kolektif dan Charles Taylor tentang evaluasi moral, kita dapat melihat bahwa identitas nasional Indonesia tidak hanya dibangun dari hukum dan rasionalitas, tetapi juga dari etika agama dan tradisi budaya. Sintesis ini menegaskan posisi Indonesia dalam sejarah modernitas global.