Secrets of the Soul karya Eli Zaretsky bukan sekadar kisah tentang psikoanalisis, melainkan sebuah perjalanan intelektual yang menyingkap bagaimana ilmu jiwa ini membentuk budaya modern. Dengan jeli, Zaretsky menelusuri jejak Freud, pergulatan ideologi, hingga dampak psikoanalisis dalam politik, seni, dan kehidupan sehari-hari.

Buku Agama, Filsafat & BudayaTelaah BukuTokoh dan Pemikiran

Eli Zaretsky: Genealogi Intelektual, Karya Lengkap, dan “Secrets of the Soul” — Sebuah Riset Mendalam

Kamaruzzaman Bustamam Ahmad

Kajian ini memetakan sosok Eli Zaretsky secara utuh: asal intelektual, jaringan guru-pengaruh, daftar karya penting, serta posisi konsep kunci seperti Freudo-Marxis, keluarga modern dalam kapitalisme, dan “Freud Politik.” Pembacaan tematik terhadap Secrets of the Soul menautkan sejarah psikoanalisis dengan dinamika budaya, perang, gender, serta transformasi kapitalisme. Narasi dilengkapi Political Freud, Capitalism, the Family and Personal Life, dan Why America Needs a Left untuk menunjukkan kesinambungan gagasan besar Zaretsky. Artikel ini menempatkan sosok Zaretsky dalam tradisi sejarah budaya abad ke-20, sekaligus membuka peta pengaruh yang membentuk kajian psikoanalisis dan politik budaya kontemporer.

Charles Taylor menyingkap dilema besar modernitas: ketika relativisme mereduksi autentisitas menjadi slogan dangkal, filsafat harus hadir untuk mengartikulasikan kembali moral ideal. Sebuah bacaan wajib bagi pencinta filsafat dan kritik budaya.

Buku Agama, Filsafat & BudayaKonsep dan TeoriWacana Akademik

Charles Taylor dan Etika Autentisitas: Mengurai Relativisme dan Debat Inartikulatif

Kamaruzzaman Bustamam Ahmad

Artikel ini membahas bab “The Inarticulate Debate” dari karya monumental Charles Taylor, The Ethics of Authenticity. Taylor mengurai bagaimana relativisme, individualisme, dan self-fulfilment telah membentuk budaya modern sekaligus menjerumuskannya ke dalam krisis artikulasi moral. Ia menolak dua ekstrem—sinisme total dan glorifikasi buta—seraya menawarkan rehabilitasi autentisitas sebagai moral ideal. Autentisitas sejati, menurut Taylor, bukan sekadar mengikuti dorongan pribadi, melainkan kesetiaan pada diri yang lebih dalam, terbuka pada nilai-nilai yang lebih tinggi, dan mampu menuntun manusia ke arah kehidupan yang lebih bermakna.