Perjuangan di Balik Touring Indonesia Harmoni: Uang, Sponsor, dan Persahabatan di Jalan Raya

Trakteer Saya

Trouble di Pariaman, Sumatera Barat

 

Ketika peralatan touring sudah dianggap cukup, saya mulai menghitung total pengeluaran yang telah dikeluarkan. Angkanya ternyata mencapai lebih dari sepuluh juta rupiah. Rupanya, harga-harga perlengkapan untuk persiapan touring benar-benar menguras kantong. Barang-barang yang dibeli pun datang silih berganti ke Banda Aceh. Beberapa kerabat yang mengetahui jumlah belanjaan kami hanya bisa geleng-geleng kepala. Wajar saja, sebab pengalaman ini memang belum pernah kami lakukan sebelumnya. Biasanya, dana sebesar itu justru kami alokasikan untuk membeli buku-buku baru demi menambah koleksi khazanah bacaan di Perpustakaan KBA.

Bagian yang paling krusial dalam persiapan Touring Indonesia Harmoni adalah masalah finansial. Logikanya, saya harus mempersiapkan dua hal sekaligus: pertama, biaya keberangkatan; kedua, biaya untuk anak-anak yang akan kami tinggalkan selama berbulan-bulan di Banda Aceh. Persoalan keuangan menjadi sangat penting, karena kami belum pernah melakukan perjalanan panjang berbulan-bulan sambil meninggalkan anak-anak di rumah. Biasanya, saat melakukan road trip, kami selalu mengajak mereka bersama—misalnya keliling provinsi Aceh atau menempuh perjalanan darat melewati Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, lalu kembali ke Banda Aceh.

Kelima putera-puteri kami bersekolah di lembaga pendidikan swasta, sehingga mereka harus membayar SPP setiap bulan, ditambah uang jajan. Belum lagi kebutuhan sehari-hari bagi dua anak kami yang tinggal di rumah, Qyara dan Qinar. Tidak mungkin kami meninggalkan mereka dalam situasi keuangan yang tidak menentu. Terlebih lagi, tiga anak kami yang berada di pesantren—Qatrin, Qaishar, dan Queen—juga harus terpenuhi kebutuhannya, agar tidak menimbulkan masalah saat mereka berada di pondok.

Persiapan Finansial 

Demikian pula, untuk perjalanan kami membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Beberapa keperluan tidak dapat ditawar, seperti bahan bakar, konsumsi, dan berbagai kebutuhan lain selama perjalanan. Di sinilah perencanaan yang matang dan strategi keuangan yang tepat menjadi sangat penting.

Selain itu, sebelum keberangkatan, rumah juga perlu direhabilitasi demi keamanan anak-anak selama kami berada jauh. Kami membangun pagar tembok, memasang CCTV di beberapa sudut rumah, serta memodifikasi pintu pagar agar lebih aman dan nyaman. Anggaran untuk renovasi ini pun tidak kecil. Dengan demikian, ada tiga pos besar yang harus kami siapkan secara finansial demi kelancaran Touring Indonesia Harmoni: biaya perjalanan, biaya untuk anak-anak di rumah dan di pesantren, serta biaya perbaikan rumah.

See also  #42 Cerita Dibalik Touring Indonesia Harmoni: Rute Pulau Jawa

Situasi kami tentu berbeda dengan para biker yang masih lajang atau mereka yang memiliki passive income. Karena itu, proposal yang kami siapkan harus realistis. Beberapa kolega kami dekati untuk menceritakan rencana perjalanan keliling Indonesia ini. Ada yang meminta proposal untuk membantu sebatas kemampuan. Setelah Bapak Deputi I BNPT menyebutkan estimasi biaya perjalanan, kami pun segera mencari dana tambahan dari sejumlah sponsor.

Sponsor

Proposal kami kirimkan ke beberapa instansi dan calon sponsor yang kami perkirakan dapat membantu perjalanan ini. Biasanya, saya hanya mengirimkan proposal penelitian ke lembaga pendanaan atau instansi pemerintah. Namun kali ini, saya harus menyiapkan proposal untuk sebuah perjalanan touring. Dari situ saya belajar menyusun proposal dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang berbeda. Jika proposal penelitian berfokus pada metodologi dan keluaran akademik, proposal touring memuat pos-pos seperti bahan bakar, konsumsi harian, penginapan, biaya penyeberangan, servis sepeda motor, telekomunikasi, dan kebutuhan taktis lainnya. Setelah tersusun, kami memilih calon sponsor yang paling mungkin memberikan dukungan. Beberapa sponsor tidak memberikan respons, sementara yang lain memberikan dukungan dana dalam jumlah tertentu.

Ketika dana mulai terkumpul, kami mematangkan konsep dan desain logo yang akan ditempel pada sepeda motor. Dalam proses mencari sponsor, ada pengalaman unik—misalnya saat mengirimkan proposal ke Kawasaki Motor Indonesia. Surat kami tidak sampai ke pihak terkait karena prosedur keamanan perusahaan hanya menerima surat yang ditujukan secara spesifik kepada nama tertentu. Akibatnya, surat tersebut akhirnya kami titipkan kepada kurir untuk dibuang, daripada harus membayar biaya pengiriman kembali ke Banda Aceh. Meskipun demikian, kami sangat berterima kasih kepada beberapa individu yang membantu perjalanan ini dengan tulus.

See also  #40 Cerita Dibalik Touring Indonesia Harmoni: Rute Pulau Jawa

Selama Touring Indonesia Harmoni, bantuan yang kami terima tidak selalu berupa uang. Banyak pihak menyediakan penginapan dan makan secara gratis, sehingga meringankan beban perjalanan. Bahkan, pada beberapa penyeberangan, kami mendapatkan fasilitas tanpa biaya berkat dukungan pihak-pihak tertentu. Pengalaman ini mengajarkan bahwa touring jarak jauh tidak semata-mata mengandalkan uang, tetapi juga kemampuan membangun persahabatan dan jaringan yang akan memudahkan perjalanan. Dengan kata lain, modal sosial sering kali lebih menentukan kesuksesan perjalanan dibandingkan modal finansial.

Administrasi

Dari sisi administrasi, saya juga mengajukan pembuatan Surat Tugas dari BNPT agar perjalanan ini bersifat resmi. Surat ini sangat penting, mengingat pelaksanaan touring di masa PPKM memiliki tantangan tersendiri, terutama di wilayah yang memberlakukan PPKM level 4. Surat Tugas ini berfungsi sebagai legitimasi dan memberikan dukungan dari berbagai pihak atau instansi demi kelancaran perjalanan. Surat tersebut akhirnya ditandatangani oleh Direktur Pencegahan BNPT, Brigadir Jenderal R. Ahmad Nurwahid.

Trakteer Saya

 

About The Author