Tanggal
8 November 2021 kami sampai di Pelabuhan Merak dengan bus Sembodo. Jam
menunjukkan pukul 9:30 malam. Selama dalam perjalanan, saya sudah mengatakan
kepada kru bus Sembodo untuk mencarikan kami bus menuju ke Surabaya. Ketika
dalam kapal penyeberangan, rupanya awak bus telah berkoordinasi dengan bus lain
yang menuju ke Tanah Jawa. Di dalam kapal penyeberangan kami juga saling
mencari informasi bus mana saja yang akan ke Tanah Jawa. Bus Sembodo hanya
sampai di Terminal Kalideres. Kalau pun kami tidak dapat bus di Merak, oleh kru
Bus Sembodo, kami akan diturunkan di Terminal Kampung Rambutan. Di sana sudah
ditunggu oleh agen bus Bus Sembodo untuk dicarikan bus yang akan menuju ke
Surabaya. Kabar dari agen di Terminal Kampung Rambutan, ada bus malam itu yang
akan berangkat ke Surabaya, yaitu ALS (Antar Lintas Sumatera).
Akan
tetapi, begitu kami naik ke Bus Sembodo, kru bus mengatakan bahwa sudah
didapatkan bus untuk kami yang menuju ke Surabaya. Saya berpikir bahwa besok
pagi, kami akan sampai di Surabaya, jika berangkat malam itu juga. Begitu bus
keluar dari lambung kapal ferry, kami siap-siap pindah bus. Semua barang kami
kumpulkan untuk pindah ke bus lain. Dalam bayangan saya, sangat boleh jadi
busnya nyaman atau bahkan sebaliknya. Saat bus menyentuh aspal jalan raya,
tiba-tiba bus berhenti dan meminta kami pindah ke bus yang ada di belakang Bus
Sembodo. Begitu melihat bus, wajah kami agak sedikit kecewa, karena busnya
ber-AC, namun memiliki 40 seat. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana sempitnya di
dalam bus.
Begitu
kami naik, semua mata mengarah ke kami. Saya mengatakan bahwa tolong diberikan
tempat duduk untuk sepasang suami istri. Sebab rata-rata penumpang duduk di
sesuka hati, termasuk jika busnya agak kosong. Malam itu, bus yang akan membawa
kami ke Tanah Jawa, penuh dengan wajah-wajah orang Jawa. Saya memperikirakan
bahwa bus ini dari Lampung, sebab provinsi ini sangat banyak sekali ditemui
etnis Jawa. Rupanya, bus ini berangkat dari Riau. Sampai sekarang, meski saya
sudah lihat beberap akali nama bus di dinding, tetapi saya masih lupa. Istri
saya agak sedikit syok melihat kondisi dalam bus yang penuh dengan penumpang,
tidak terkecuali di bagian belakang, di mana ada beberapa penumpang yang tidak
mendapatkan kursi.
Kami
mendapatkan kursi di bagian tengah. Semua penumpang beretnis Jawa. Kalau dari
dalam bus Sembodo, saya mendengarkan percakapan dalam bahasa Minangkabau, di
dalam bus ini, bahasa Jawa menjadi bahasa pengantar, antara kru dan juga sesama
penumpang. Setelah mendapatkan tempat duduk yang lumayan sempit, ditambah lagi
dengan barang bawaan kami. Saya pun diminta untuk membayar ongkos perjalanan.
Setelah itu, bus tiba-tiba belok ke arah warung makan untuk santap makan malam.
Kami turun lagi untuk makan malam. Sebagaimana saya akan mencari warung di
samping restoran untuk menghemat. Malam itu kami tidak makan, karena sudah
menunjukkan jam 10 malam.
Setelah
jam 11 malam, bus akhirnya diberangkatkan lagi. Supirnya anak muda yang
rambutnya dicat. Meski tempat duduk super sempit, saya tetap memaksa diri untuk
istirahat, hingga tidak lama setelah itu, saya terlelap. Begitu bangun,
menjelang Shubuh bus berhenti lagi untuk istirahat. Saya berpikir bahwa kami
tidak akan sampai di Surabaya besok pagi, karena bus masih disekitar kawasan
Jawa Barat. Supir mengatakan bahwa tadi malam macet luar biasa di Jakarta.
Setelah setengah jam, bus akhirnya berangkat lagi. Kali ini, bus mulai
menurunkan penumpang di beberapa tempat pemberhentian.
Sebagaimana
biasanya, bus di Tanah Jawa cenderung memilih jalur Pantura. Namun, macet di
pagi hari adalah menu wajib bagi pemakai jalan di jalur ini. Begitu juga saat
masuk ke daerah provinsi Jawa Tengah. Macet yang luar biasa, menyebabkan bus
ini seperti merangkak di jalan raya. Kami hanya pasrah, bahwa kami akan sampai
tengah malam di Surabaya. Padahal, ketika kami berangkat dari Surabaya menuju
Jakarta dengan Bus Sinar Jaya, perjalanan hanya ditemput 10 jam, melalui jalan
tol trans Jawa. Saya dapat memahami mengapa bus ini juga sangat lambat, karena
mereka menurunkan penumpang dan barang kiriman di beberapa lokasi, yang
menyebabkan mereka tidak begitu rajin masuk ke jalan tol.
Sore
hari bus melewat kota Semarang menuju Demak. Kemudian bus perlahan-lahan masuk
ke kota Pati. Rupanya bus ini akan berhenti di Pati. Saya melihat seisi bus
sudah mulai kosong. Hanya 3 penumpang yang akan ke Surabaya, yaitu kami dan
satu lagi penumpang yang naik bersama kami tadi malam di Pelabuhan Merak. Kami
diturunkan di terminal. Kami dibelaki oleh kernet ongkos bus ke Surabaya. Dari
GPS saya melihat sekitar 300 km lagi sampai di Surabaya. Oleh kernet kami
dikatakan bahwa nanti akan banyak bus yang singgah di terminal menuju ke
terminal.