Foto-foto Touring Indonesia Harmoni dapat diakses melalui IG.
Awalnya,
kami hendak menuju Bali sampai Kupang. Karena rute ini sengaja kami tinggalkan
terlebih dahulu, saat kembali dari Merauke ke Surabaya. Namun, keadaan berubah.
Begitu tanggal 18 Oktober 2021, kami sampai, Abang Syamsul sudah sakit parah,
sehingga kami harus menempuh perjalanan darat ke Aceh. Ketika kedua kali kami
sampai, harapan tersebut terus bergema di dalam semangat riding saya. Akan tetapi tiba-tiba ada kabar dari Kementerian
Agama, bahwa akan dilakukan ACRP (Annual
Conference Research Proposal) di Tangerang pada tanggal 21-24 November
2021.
Berbagai
opsi kami diskusikan. Misalnya, kami terus riding
ke Bali seterusnya, lalu saya akan naik pesawat dari daerah dimana kami
sampai pada saat itu. Istri saya akan menunggu di tempat penginapan, sampai
acara ACRP selesai, lalu saya terbang lagi ke tempat tersebut untuk melanjutkan
perjalanan. Opsi ini terdengar masuk akal, tetapi kami tidak mau berspekulasi
dengan jadwal pesawat yang terkadang berubah-ubah di Indonesia Timur, terlebih
lagi jika saya berangkat dari Labuhan Bajo. Opsi ini memberikan pengaruh pada
situasi finansial kami, yaitu saya harus menanggung penginapan di kawasan
Labuhan Bajo, dimana penginapan dan makanan, serba mahal di kawasan wisata
premium tersebut.
Adapun
opsi kami riding ke ACRP, lalu
berangkat lagi ke arah Bali hingga Kupang, tampaknya akan sangat melelahkan.
Pada saat yang sama, kami juga mendengar cuaca tidak begitu bersahabat,
terutama ketika membaca berita banjir di Malang. Faktor cuaca selalu menjadi
titik fokus saat perjalanan Touring Indonesia Harmoni. Bagaimana pun, cuaca
ekstrem akan sangat memberikan pengaruh pada mental kami berdua. Terlebih lagi,
dari Aceh yang pernah merasakan dampak Tsunami pada tahun 2004. Jadi, kami
lebih baik fokus pada daerah-daerah yang aman untuk dilewati. Hitungan
penyeberangan pun menjadi hal yang cukup penting, untuk kami putuskan.
Ketika
kami diskusi hal ini, juga saya melihat saldo di rekening. Rupanya kepulangan
ke Aceh telah menguras sekian juta dalam perjalanan ini. Belum lagi, pembayaran
SPP anak-anak di sekolah pada awal bulan Oktober dan November. Kemudian saya
memutuskan untuk tidak ke arah Bali dan Kupang. Saya menyarankan kepada istri
bahwa rute ini kita tinggalkan dulu untuk sementara. Kalau ada rezeki dan
waktu, rute ini akan kita tempuh pada saat yang lain. Sedih dan kecewa. Itulah
potret respon istri. Saya mengatakan ada dua rute yang tidak kami lalui, yaitu
Kalimantan Barat yang bisa menghubungkan dengan Malaysia dan Brunei Darussalam
dan rute Bali sampai ke perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. Akhirnya kami
sepakat untuk balik ke Banda Aceh keesokan harinya, demi mengejar waktu ACRP di
Tangerang yang dimulai pada tanggal 21 November 2021.
Keesokan
harinya, tanggal 11 November 2021, kami mulai lagi berpetualang menuju arah
balik ke Aceh. Tampaknya perjalanan ini juga akan ditempuh dalam waktu hampir
satu bulan. Jika pada Touring Bali-Banda Aceh bulan Februari 2021, kami
menempuh selama 15 hari, maka perjalanan kali ini tentu akan lebih lama, sebab
di Jakarta, selain ACRP kami juga ada beberapa kegiatan lainnya, seperti konferensi pers dengan AMAN Indonesia dan
silaturrahmi ke kantor BNPT. Dua acara ini harus kami hadiri, sebab kedua
lembaga tersebut merupakan sponsor di dalam Touring Indonesia Harmoni.
Pada
tanggal 11 November, kami hanya ingin menempuh rute yang tidak begitu jauh,
yakni hanya sampai ke Madiun. Karena di sana sudah ditunggu oleh Pak De Bambang
dan keluarga. Saat kami bertemu Pak De Bambang di Toraja, dia mengingatkan
bahwa kalau pulang nanti, jangan lupa singgah di Madiun. Namun on the way ke Madiun, kami akan berbelok
sebentar ke Kediri untuk bersilaturrahmi dengan salah satu karib di kota
tersebut, yaitu Dr. Ulin Ni’mah. Dia adalah teman seangkatan saya saat kuliah
di IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 1996-2000.
Sebenarnya
saya sudah pernah ke Kediri, menjadi pembicara Kuliah Umum yang diselenggarakan
oleh Dr. Ulin Ni’mah pada Fakultas Syariah, IAIN Kediri. Kali ini saya lihat di
peta, kota Kediri tidak akan begitu jauh dari kota Madiun. Ketika keluar dari
kota Surabaya, kami sengaja memilih berangkat agak pagi, supaya tidak bertemu
dengan truk atau bus yang akan menjadi sahabat di jalan raya. Rupanya ruas
jalan agak sepi, karena kendaraan roda empat atau lebih, memilih jalur via
jalan tol. Karena itu, perjalanan kami akan lengang.