
Pendahuluan
Abad pertengahan merupakan sebuah periode panjang dengan berbagai dinamika sejarah, berlangsung dari abad ke 5 sampai abad ke 15 Masehi, yang menyimpan dua wajah peradaban dunia yang sangat kontras. Di satu sisi zaman ini disebut sebagai Dark Ages (zaman kegelapan) karena dianggap sebagai era kemunduran dan keterpurukan bagi Eropa, ketika runtuh nya kekaisaran Romawi Barat, Eropa memasuki zaman ketidak pastian, ketidak stabilan, banyak orang-orang yang percaya tahayul, tingkat literasi yang sangat rendah, yang berlangsung sangat lama bahkan sampai berabad abad lamanya. Kondisi politik yang tidak stabil memperparah keadaan sehingga terjadinya perpecahan. Sedangkan di sisi lain dunia Islam justru mengalami masa keemasan dalam ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan pemerintahan. Dalam tulisan ini akan mengulas perbedaan mencolok antara kondisi eropa dan dunia Islam pada masa Abad pertengahan serta pelajaran penting yang nanti nya dapat diambil dari perbedaan nas dua peradaban besar ini.
Eropa Dalam Kabut Kegelapan
Keadaan Sosial dan Politik
Setelah runtuh nya Kekaisaran Romawi, Eropa mulai terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang lemah dan kerap kali berkonflik satu sama lain. Sistem pemerintahan terdesentralisasi kekuasaan tersebar hanya kepada para bangsawan lokal. Dalam konteks ini sistem feodalisme mulai berkembang dimana masyarakat terbagi kedalam kedalam kelas-kelas sosial yang kaku. Rakyat kecil menjadi pihak yang paling dirugikan dalam sistem ini. Sistem feodalisme menciptakan struktur sosial yang tidak merata. Kaum bangsawan hidup dengan kemewahan sementara masyarakat rendah terjebak di dalam sebuah kondisi kerja keras yang tidak pernah benar-benar mengangkat taraf hidup mereka. Seseorang yang lahir sebagai seorang petani akan tetap menjadi seorang petani sampai seumur hidupnya.
Sementara itu para bangsawan bertindak seolah sebagai penguasa kecil yang memiliki otoritas penuh atas wilayah mereka bahkan kadang lebih berkuasa dari seorang raja. Hal inilah yang membuat kerap kali perselisihan antar bangsawan yang sering kali berujung pada konflik lokal bahkan sampai antar wilayah. Kondisi sosial dan politik yang tidak stabil ini membuat Eropa menjadi sebuah benua yang terfragmentasi, tanpa kekuasaan politik yang kuat. Tidak ada sistem hukum yang seragam dan keadilan seringkali hanya berpihak kepada kaum yang berkuasa dalam kondisi seperti ini rakyat hidup dalam ketidakpastian baik dari sisi keamanan maupun kesejahteraan.
Kekuasaan Gereja
Dalam kekacauan politik dan sosial yang melanda Eropa pada Abad Pertengahan, Gereja Katolik muncul sebagai sebuah lembaga yang paling berpengaruh dan stabil. Ketika para raja silih berganti dan perang tak kunjung usai, Gereja tetap berdiri kokoh dan bahkan memperluas kekuasaannya. Tak hanya menjadi penuntun dalam hal keagamaan. Namun Gereja juga mengambil peran besar dalam urusan pemerintahan, hukum, hingga pendidikan masyarakat. Dalam banyak kasus, otoritas Paus bahkan dianggap melebihi kekuasaan raja. Pengaruh Gereja menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan. Ajaran agama dijadikan sebuah pedoman mutlak dalam berpikir dan bertindak, dan mereka-mereka yang mempertanyakan, mengkritisi atau menentang ajaran gereja dianggap sesat dan bisa dijatuhi hukuman berat. Pengadilan Inkuisisi, misalnya, menjadi simbol dari kerasnya kontrol gereja terhadap kebebasan intelektual.
Banyak ilmuwan, filsuf, dan penulis yang karyanya disembunyikan, dilarang, atau bahkan dibakar dan dimusnahkan demi menjaga kemurnian ajaran. Selain daripada itu, Gereja juga memegang kendali penuh atas pendidikan. Sekolah-sekolah yang ada umumnya berada di bawah pengawasan biara-biara dan institusi keagamaan. Ilmu pengetahuan yang diajarkan pun terbatas, berfokus pada teologi dan penafsiran kitab suci. Akses terhadap pendidikan hanya dimiliki oleh kalangan elit, terutama calon rohaniwan. Bagi rakyat biasa, membaca dan menulis bukanlah kebutuhan, melainkan kemewahan yang tidak terjangkau. Dalam kondisi seperti ini, perkembangan ilmu dan pemikiran rasional hampir tidak bergerak selama berabad-abad.
Kehidupan Sehari-Hari Masyarakat
Kehidupan sehari-hari masyarakat eropa pada abad pertengahan, terutama rakyat biasa seperti para buruh dan petani mereka menjalani hidup dengan keadaan yang sangat sederhana bahkan bisa disebut tidak higienis. Kebersihan bukanlah menjadi prioritas dalam kehidupan mereka, akses terhadap air bersih yang sangat terbatas terutama di daerah pedalaman. Mandi bukanlah kegiatan rutin yang mereka lakukan dan banyak dari masyarakat mandi hanya beberapa kali dalam setahun. Sanitasi yang sangat minim, toilet dalam seperti yang berada pada zaman sekarang ini belum dikenal luas. Banyak Masyarakat nya buang air di luar rumah, di sungai, atau lubang sederhana di tanah. di kota-kota limbah manusia sering kali di buang begitu saja ke jalan atau ke parit, yang menciptakan aroma yang tidak sedap dan menjadi sumber penyakit. Sampah rumah tangga yang juga ikut dibuang sembarangan, karena belum ada sistem pengelolaan sampah yang terorganisir.
Kondisi perumahan pun tidak mendukung kebersihan. Rumah-rumah petani umumnya sempit, terbuat dari kayu, beratap jerami, dan dihuni oleh manusia serta hewan ternak secara bersamaan. Kandang hewan sering menyatu dengan area tempat tinggal. Ini bukan hanya menimbulkan bau tak sedap, tapi juga menjadi sarang penyakit. Wabah penyakit, seperti pes, bisa menyebar dengan cepat karena lingkungan yang padat, lembut, dan penuh tikus serta kutu. Meski bangsawan dan rohaniawan hidup sedikit lebih bersih, kebiasaan mereka pun jauh dari standar sanitasi modern. Bahkan, dalam istana sekalipun, air mengalir jarang tersedia dan pembuangan limbah tidak tertata. Parfum dan bunga kering sering digunakan bukan untuk kecantikan, melainkan untuk menutupi bau badan karena jarang mandi. Dalam kondisi seperti ini, tidak mengherankan jika berbagai wabah penyakit bisa menyebar luas dan cepat di seluruh penjuru Eropa.
Tragedi-Tragedi Besar
Sebuah tragedi mengerikan yang pernah melanda Eropa pada Abad Pertengahan adalah Wabah Hitam (Black Death),tahun 1347. Penyakit mematikan ini dibawa oleh kutu pada tikus yang ikut terbawa kapal-kapal dagang dari Asia ke pelabuhan-pelabuhan Eropa. Hanya dalam waktu singkat, wabah menyebar luas dan menelan korban jiwa dalam jumlah luar biasa diperkirakan sepertiga hingga separuh dari populasi Eropa tewas dalam kurun waktu hanya beberapa tahun. Kota dan desa seketika menjadi sunyi, kehidupan ekonomi lumpuh, dan rasa takut menyelimuti seluruh masyarakat. Situasi ini menimbulkan guncangan besar, tidak hanya dalam kehidupan sosial, tetapi juga dalam kepercayaan terhadap agama dan institusi yang sebelumnya dianggap tidak tergoyahkan.
Bukan hanya wabah, Eropa juga dilanda kelaparan hebat pada awal abad ke-14, yang dikenal sebagai Great Famine 1315–1317. Cuaca ekstrem dan musim tanam yang gagal selama beberapa tahun menyebabkan kekurangan makanan secara massal. Persediaan gandum dan hasil tani menyusut drastis, sementara harga kebutuhan pokok melonjak tajam. Rakyat miskin tidak mampu membeli makanan, hingga akhirnya banyak yang meninggal dunia karena kelaparan. Dalam kondisi yang seperti ini rasa putus asa mulai terjadi di dalam diri masyarakat, Saling mencuri bahkan memakan bangkai, sebuah keadaan kelam dari penderitaan yang luar biasa. Sementara itu, kaum bangsawan dan gereja tetap hidup dalam kemewahan, memperlihatkan betapa timpangnya kondisi sosial saat itu.
Dunia Islam Diatas Puncak Kegemilangan
Stabilitas Politik
Berbeda dengan Eropa, pada saat itu dunia Islam mengalami stabilitas politik dan kemajuan peradaban yang sangat pesat. Kekhalifahan Abbasiyah menciptakan sistem tatanan pemerintahan yang begitu besar, adil, dan kuat. Selain daripada kestabilan pemerintahan, keberhasilan dunia Islam juga didukung oleh nilai-nilai islam yang mendorong umat Islam untuk mencari ilmu pengetahuan sebagai bentuk ibadah. Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk menuntut ilmu sehingga hal ini menjadi landasan kuat untuk menciptakan kemajuan. Kota Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan yang melahirkan berbagai ilmuwan yang memberikan manfaat besar bagi dunia.
Kehidupan Sehari Hari Masyarakat
Kehidupan masyarakat Islam pada abad pertengahan hidup dengan bersih dan teratur dibandingkan dengan masyarakat Eropa Pada masa yang sama. Islam sebagai sebuah agama sangat menekankan kebersihan, baik itu dalam aspek spiritual maupun fisik. Konsep bersuci menjadi bagian yang sangat penting dari ibadah harian umat islam. Seperti berwudhu sebelum melaksanakan sholat, mandi besar, menjaga kebersihan pakaian dan kebersihan tempat untuk beribadah. Banyak kota besar di dunia Islam seperti Baghdad, Kairo, dan Cordoba memiliki sistem sanitasi yang lebih maju, termasuk saluran air, pemandian umum, dan pasar yang diawasi kebersihannya oleh petugas khusus. Hal ini menjadikan standar hidup masyarakat Islam, jauh lebih sehat dan higienis.
Pusat Ilmu pengetahuan dan Budaya
Zaman kegemilangan Islam ditandai dengan kemajuan luar bisa dari berbagai sektor ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Banyak dari para ilmuwan memberikan karya yang begitu luar biasa bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia, seperti Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Sina. Yang menciptakan berbagai karya besar dalam ilmu Kedokteran, Matematika, Astronomi dll. Perpustakaan Baitul Hikmah menjadi pusat ilmu pengetahuan, penelitian, penerjemahan, terbesar di dunia.
Al-Khwarizmi meletakkan dasar-dasar aljabar dan algoritma yang hingga kini menjadi fondasi teknologi modern. Ibnu Sina menulis Al-Qanun fi al-Tibb, ensiklopedia kedokteran yang menjadi rujukan di Eropa selama berabad-abad. Di bidang filsafat, Al-Farabi dan kemudian Ibnu Rusyd memperkaya pemikiran logika dan metafisika, serta mempertemukan gagasan Aristoteles dengan nilai-nilai Islam. ak hanya dalam sains, dunia Islam juga mencapai puncak dalam seni, sastra, arsitektur, dan musik. Seni kaligrafi, desain geometris, dan arsitektur masjid dengan kubah dan menara yang megah menjadi bukti kemajuan estetika dan spiritual yang harmonis.
Kesimpulan
Dari perbandingan antara kondisi Eropa dan dunia Islam pada Abad Pertengahan, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting. kemajuan suatu peradaban sangat tergantung pada sejauh mana masyarakatnya menghargai ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dunia Islam mampu mencapai puncak kejayaan karena mendukung riset, penerjemahan, dan penyebaran ilmu lintas budaya dan wilayah.Stabilitas politik dan keadilan sosial menjadi pondasi penting dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera dan produktif. Kebersihan dan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat juga mencerminkan kualitas peradaban itu sendiri. Pelajaran paling besar adalah bahwa keterbukaan terhadap pemikiran kritis dan toleransi terhadap perbedaan akan selalu melahirkan kemajuan, sementara pengekangan terhadap ilmu dan kekuasaan absolut hanya akan menjerumuskan suatu bangsa ke dalam kegelapan.
Referensi
Fatma Afifah, Riza Multazam Luthfy, Pemikiran Negara Pada Masa Abad Pertengahan, Jurnal Ilmu Hukum Wijaya Putra, Vol. 2 No 2, September 2024, Hlm 132.
Herawati, Augustinus : Potret Sejarawan Masa Pertengahan Dan Kontribusi Bagi Kajian Islam, Thaqafiyyat,VOL.13, No.1, Juli 2012, Hlm 144.
Rosanti Salsabila, Sejarah Dinasti Abbasiyah Dan Perkembangan Pendidikan Di Masa Modern, Jurnal Keislaman Dan Ilmu kependidikan, Vol 1, No 1, November 2021, Hlm 101.
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-abad-pertengahan/?srsltid=AfmBOopB29YeuKBGCi8sDNjQXAVS4fMbsCwynPk-wduX4OGvtAt00860#google vignette, Diakses Pukul 20.00 tanggal 23 April 2024.