Keesokan
paginya, kami dijanjikan oleh Pak De Bambang untuk mengunjungi beberapa spot
wisata di Sarangan. Lalu menjelang siang, kami dijemput untuk menunaikan
janjinya. Kami naik mobil Pak De. Dia piawai di dalam mengendarai mobil. Dia
sendiri adalah seorang rider yang
telah berpengalaman di dalam dunia touring.
Pak De paling senang touring bersama
Bu De. Biasanya, kalau mereka sudah touring, maka anak perempuan mereka yang
akan mengawasi bisnis mereka di rumah.
Jalur
yang kami tempuh kali ini menuju ke tempat wisata yang memiliki waduk yang
dikenal sebagai Telaga Sarangan. Menjelang sampai ke Telaga Sarangan kami
disuguhi makan siang. Lalu diajak jalan-jalan menyusuri areal kawasan
pemandangan yang cukup indah. Lalu setelah itu, kami ke waduk Telaga Sarangan. Ini
merupakan salah satu spot wisata yang paling digemari oleh warga sekitar. Kami
jalan-jalan di pinggir waduk, sambil berfoto ria. Setelah itu, kami diajak
makan lagi di tempat persis menuju Tawangmangu, perbatasan antara Jawa Timur
dengan Jawa Tengah.
Setelah
hampir sampai di kota Solo, kami kembali diajak minum khas yang serba jahe.
Lalu menjelang pulang, kami makan malam di pinggir jalan. Hari ini, kami
benar-benar diportal oleh Pak De dengan makanan yang hanya ada dua rasa, yaitu
enak dan enak sekali. Jam 10 malam kami sampai di penginapan. Kami tidur
terlelap sampai pagi hari. Namun, sebelum pulang ke kediamannya, Pak De
mengatakan kalau besok pagi, jangan sarapan di hotel, dia akan bawa kami ke
tempat sarapan favorit di kota Madiun.
Esok
pagi, kami bersiap-siap untuk melanjutkan arah perjalanan ke Pati. Jam 8 pagi,
Pak De sudah menjemput kami di Hotel Bali. Lalu diajak sarapan Soto di salah
satu sudut gang di dekat rumahnya. Hari itu adalah hari Minggu. Jadi,
pengunjung pada gerai kuliner ini mulai ramai. Setelah makan soto, kami kembali
lagi ke kediaman Pak De. Kami pun bersiap-siap untuk berangkat. Namun, Bu De
menyiapkan lagi minuman susu jahe. Dia mengajak kami masuk ke dalam
kediamannya.
Motor
KTM 1000 Cc parkir di dalam rumah. Saya sama isteri saling melirik akan motor
ini. Pak De menimpali bahwa kalau mau, jangan beli yang baru, tetapi beli yang
bekas saja. Harganya pasti tidak mahal. Kemudian Pak De menyebutkan beberapa
seri KTM yang bisa untuk saya, supaya naik kelas, dari 250 cc ke atasnya. Ini
merupakan “racun” bagi saya, sebab selama touring, saya telah berjumpa dengan
berbagai komunitas dan kendaraan motor. Tampaknya, dunia motor memang membuat
ketagihan untuk terus menjajali berbagai jenis sepeda motor.
Hampir
satu jam kami di dalam rumah Pak De. Dia bahkan membantu kami dengan berbagai
peralatan touring. Saya sendiri tidak tahu istilah apa saja, dari barang-barang
yang dihadiahkan oleh Pak De. Apapun yang kami sebut, Pak De langsung
mencarikan barang miliknya, untuk diberikan kepada kami. Ketika saya sedang
memanaskan kendaraan, istri saya tiba-tiba keluar dengan sepatu baru. Bu De
menghadiahkan sepatu baru touringnya kepada istrinya. Sepatu ini sama sekali
tidak dia pakai, setelah pakai sekali saat touring di Sulawesi.
Setelah
kami berpamitan kepada keluarga yang super baik ini, akhirnya kami menuju ke
Pati. Di sana sudah ditunggu oleh sahabat saya, Siti Munafiah. Dia adalah teman
sekelas saya saat kuliah di IAIN Sunan Kalijaga. GPS saya setingg menuju ke
Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Perjalannya tidak begitu jauh, hanya 3-4 jam.
Namun, selalu saya tambahkan dua jam, karena itu jam istirahat saya. Jadi, saya
memperkirakan sore hari akan sampai di Pati.
Keluar
dari Madiun, saya memilih jalur yang ramai kendaraan, supaya jalannya mulus.
Namun begitu saya lihat ada jalur perkampungan, saya langsung membelokkan Nyak
Ver. Saya sengaja masuk jalur perkampungan, untuk merasakan sensasi berkendara
di jalan-jalan alternatif, menuju Pati. Kali ini jalan dan jalur tidak
bersahabat. Istri saya sudah mulai khawatir dengan jalur ini. Sebab, terkadang
jalannya mulus, kadang jalannya sangat-sangat rusak. Namun, saya pacu Nyak Ver
secara pelan-pelan.