Akhirnya,
hari ini kami berjumpa dengan Dr. M Adli Abdullah dan Dr. Mukhlisuddin Ilyas.
Perjumpaan dilakukan di salah satu warung makan Garuda di Jalan Sabang. Kami
menghabiskan makan malam, sambil bercerita tentang keadaan masing-masing. Keesokan
harinya kami pun berjumpa untuk melepaskan kepergian menuju BNPT Sentul,
selanjutnya menuju ke Merak, untuk menyeberang ke Pulau Sumatera. Tanggal 26 November
2021, jam 6:30 kami berangkat menuju Sentul, dilepaskan oleh kedua karib kami tersebut.
Pihak BNPT menerima kami di jam 10 pagi.
Kami
sengaja berangkat lebih awal untuk menghindari macet, terlebih lagi menuju kota
Bogor. Namun, ada karib yang mengatakan bahwa kalau keluar Jakarta di pagi
hari, maka tidak akan menemukan macet. Perjalanan menuju Sentul berjalan lancar.
Bahkan saya menghindari untuk sarapan pagi, supaya tiba tepat waktu. Maklum
yang menunggu kedatangan kami adalah Jenderal Bintang Dua, yang baru saja
dilantik menjadi Deputi I BNPT, yang bernama Mayjen Nisan Setiadi. Begitu
sampai di pintu gerbang, kami melaporkan diri bahwa kami sudah ditunggu oleh
Deputi I. Mereka pun sudah mendapatkan kabar akan kedatangan kami di BNPT. Di salah
satu sudut kantor BNPT terpampang spanduk kedatangan Touring Indonesia Harmoni.
Inilah
pertama kali bertandang ke BNPT setelah beberapa tahun berkhidmat di FKPT Aceh.
Lahannya yang sangat luas. Bangunannya tertata rapi. Ini merupakan komplek
pertahanan dan keamanan Republik Indonesia. Ada beberapa instansi yang memiliki
kantor di kawasan Sentul. Tahun 2004 saya pernah bertandang ke Sentul ketika
diunadang oleh IIN (Institut Intelijen Negara) menjadi narasumber pada satu
acara yang digagas oleh pihak BIN (Badan Intelijen Negara). Ketibaan kali ini
tentu bukan sebagai narasumber, melainkan bersilaturrahmi ke BNPT, setelah
beberapa bulan kami melaksanakan Touring Indonesia Harmoni.
Kami
langsung disambut oleh beberapa staf BNPT. Beberapa dari mereka ada yang saya
kenali, sebab terkadang mereka menjadi pendamping, jika ada kegiatan BNPT atau
FKPT di Aceh. Setelah beberapa saat, kami langsung diterima oleh Mayjen Nisan
Setiadi. Dia langsung memperkenalkan diri bahwa pernah bertugas di Aceh,
sebagai Asintel Kodam Iskandar Muda. Karena itu, suasana pertemua menjadi cair.
Kami hanya melaporkan kegiatan kami. Bapak Deputi memberikan ucapan selamat dan
memberikan semangat untuk kami, agar sampai di Banda Aceh dengan selamat.
Kami
disuguhi minuman. Bapak Deputi pun kemudian mengajak kami berfoto ria, sebelum
kami berpamitan menuju ke Merak. Setelah beberapa staf pergi keluar, kami
bersalaman. Di sini salaman yang kami lakukan, sebagaimana layaknya saya
bertemu dengan para jenderal. Kepala saling bertemu, bukan cipika cipiki. Saya
sering melihat model salaman ini memang tidak begitu terlihat ke publik. Pola
salaman sambil mengantukkan kepala pernah saya terima ketika berjumpa dengan
para jenderal TNI. Saya tidak paham model salaman seperti ini. Bapak Deputi pun
membisikkan sesuatu ke telinga saya. Saya mengangguk sambil mohon diri.
Setelah
kami pamit, giliran dua hal lagi yang harus kami lakukan yaitu pod cast di
salah satu sudut kantor BNPT dan swab
anti gen sebagai syarat untuk penyeberangan ke Pulau Sumatera. Staf BNPT
memang benar-benar mendampingi kami untuk tes swab. Kami juga diizinkan untuk
berfoto di beberapa spot di kantor BNPT. Setelah itu, jam 11 siang kami masuk
ke suatu ruangan untuk melakukan wawancara. Kali ini, pod cast melibatkan istri
saya. Sebab di saat pod cast di BNPT TV, istri saya tidak dilibatkan sebagai nara
sumber.
Selama
45 menit kami diwancarai. Setelah itu, kami pun memohon diri untuk kembali naik
motor menuju Merak. Staf pun sangat memahami kondisi perjalanan kami, kendati
mereka menggoda kami untuk menginap satu malam di mes BNPT. Saya menolak secara
halus sambil mengatakan rasa rindu saya sama anak-anak di Banda Aceh, sudah
tidak tertahan lagi. Akhirnya menjelang azan Jum‘at Nyak Ver keluar dari
komplek perkantoran BNPT di Sentul. Kali ini Nyak Ver benar-benar ingin pulang ke
Aceh.
Perjalanan
awalnya ditargetkan sampai ke Pelabuhan Merak. Namun, suasana perjalanan dan
cuaca tidak mengizinkan kami menyeberang pada hari itu. Kami kemudian
memutuskan bermalam di Cilegon. Inilah malam terakhir kami berada di Pulau
Jawa. Karena keesokan harinya, jam 7 pagi kami sudah memasukan areal pelabuhan
penyeberangan di Merak untuk selanjutnya menuju ke Bakauheni, Lampung Selatan.